Share

Harapan Yang Pudar

Penulis: Libra Syafarika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-02 04:48:01

"Halo, Mas Baim?"

Baim refleks berdiri dari kursinya, langkahnya gelisah. Ia melambaikan tangan ke arah Pak Yoga, memberi isyarat agar pria itu pergi.

Setelah memastikan dirinya sendirian, ia kembali menempelkan ponsel ke telinga.

"Laura, bagaimana kabarmu?"

"Aku—aku tidak baik-baik saja, Mas." Suara Laura terdengar patah. "Bagaimana dengan anak kita? Bagaimana keadaannya?"

Baim menutup matanya sejenak, menarik napas dalam, lalu mengembuskannya berat. "Buruk, Laura! Mereka butuh kamu. Tidak bisakah kamu pulang?"

"Mas, aku ingin pulang. Aku—"

Tut... Tut...

Nada putus itu menggema di telinganya.

"Laura... Halo? Laura?"

Baim menatap layar, panggilan terputus. Jemarinya mengepal erat ponsel, rahangnya mengatup.

Bayangan masa lalu menyeruak. Wajah Laura, senyumnya saat menggendong bayi mereka untuk pertama kali—lalu, hilang begitu saja. Tanpa kabar. Tanpa pesan.

Ponselnya tak pernah bisa dihubungi. Hingga beberapa waktu lalu, sebuah pesan datang.

"Aku di Jerman."

Itu saja. Setelah itu,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Terbuang

    "Mas Jaka, kamu di mana Mas? Aku sendirian di sini. Aku mohon angkat telponnya sekali saja Mas..." gumam Ayu sembari terisak.Namun, layar ponselnya hanya menampilkan satu hal—panggilan tidak terjawab.Ayu menurunkan tangannya perlahan. Matanya menatap kosong ke koridor rumah sakit yang lengang. Tak ada satu pun yang datang menjemputnya. Tak ada satu pun yang menanyakan keadaannya.Keluar dari rumah sakit, ia berdiri di bawah langit yang terik. Panas menyengat kepalanya, tubuhnya terasa limbung. Bekas jahitan di perutnya masih berdenyut, tapi ia mengabaikannya.Yang lebih mengganggunya adalah pertanyaan yang terus berputar di kepalanya. " Ya Allah... Aku harus bagaimana? Bagaimana aku bisa pulang?"Air matanya terus mengalir di pipi. Tiba-tiba, jari-jarinya yang merogoh saku merasakan sesuatu. Selembar uang kertas.Ayu menariknya keluar—seratus ribu rupiah.Sejenak, matanya terpaku pada lembaran lusuh itu. Ingatan berkelebat, mengantarnya kembali ke depan rumah Hayati, saat seorang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Sakit, Kak...

    "Aku telpon kamu berulang kali, Mas. Kenapa gak diangkat?""Gak sopan banget kamu ya! Baru datang bukannya mengucapkan salam pada kami," hardik Hayati."Maaf, Ma. Tapi bisakah kalian sedikit saja menganggapku? Aku baru saja habis dioperasi. Setidaknya, biarkan Mas Jaka menjemputku ke rumah sakit."Ayu sedikit memberontak, meski air matanya tak dapat dibendung lagi."Alah... Gak usah lebai deh kamu. Cuma operasi lahiran juga. Drama banget. Jadi maunya kamu diperlakukan kayak ratu begitu?" sanggah Rani."Kak, meski aku cuma lahiran, tapi itu penuh perjuangan. Aku berusaha keras untuk sampai di rumah sakit agar bayi itu terlahir dengan selamat. Tapi di mana kalian semua? Adakah sedikit saja rasa simpati?"Rani yang merasa kesal, bangkit dari kursinya lalu mendekati Ayu. Ia menjambak rambutnya dengan keras. Matanya melotot penuh amarah.Ayu tersentak saat rasa sakit menjalar dari kulit kepalanya. Rambut

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Tolong bayiku

    Rani semakin penuh amarah. Matanya memerah. Ia kembali meraih rambut Ayu dengan kasar. "Masih berani bicara kau ya..."Namun dengan cepat, Narendra menarik tangannya. "Sayang... Sudahlah. Nanti kalau dia terluka, kamu bisa kena masalah."Seketika, Rani menghentikan aksinya. Meski dalam hatinya masih tersimpan kemarahan yang begitu besar.Ruangan yang tadinya penuh dengan ketegangan kini perlahan senyap. Hanya suara napas tertahan yang terdengar di antara mereka.Ayu masih terduduk di lantai, tangannya mencengkeram perutnya, menahan nyeri yang semakin menjadi. Matanya terus menatap Jaka, berharap ada sedikit keberanian dalam dirinya untuk berpihak kepadanya."Mas..." suaranya bergetar. "Anak kita sedang butuh kita sekarang. Dia sedang berjuang untuk bisa hidup lebih lama. Tidakkah kamu kasihan padanya, Mas?"Jaka mengepalkan tangannya, tubuhnya menegang, tapi tetap tak bergerak.Ketidakmampuannya melawan Hayati dan keluarganya membuatn

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Bukan Salahku

    Maharani menghampiri Ayu dengan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya. Ia mencondongkan badan, lalu menunjuk dan mendorong dahi Ayu dengan keras."Gara-gara kamu! Makan siang ini jadi berantakan!"Ayu terjungkal tanpa perlawanan. Lalu dengan satu dengusan, Rani pun melangkah pergi, meninggalkan ruangan yang kini terasa lebih dingin.Narendra masih berdiri di tempatnya. Tatapannya tak lepas dari Ayu yang masih bersimpuh di lantai. Dengan satu tangan, ia mengulurkan bantuan.Ayu menatapnya ragu, matanya mencari kepastian di wajah pria itu. "Apa maksud Mas Rendra? Kenapa dia tiba-tiba bersikap baik?" batinnya."Ayo bangun," kata Narendra ringan. "Tanganku pegel nih..."Perlahan, Ayu menggapai tangannya. Telapak tangan Narendra terasa hangat, kontras dengan dinginnya ruangan yang menyesakkan.Dengan sedikit tarikan, ia berdiri.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Pencarian Ibu Susu

    Ayu meraba pipinya yang panas dan perih. Tangannya gemetar, hatinya semakin remuk. "Aku gak ngapa-ngapain, Kak. Kak Rani salah paham.""Kamu masih berani mengelak?" Maharani mengangkat tangannya lagi, siap memberikan tamparan kedua.Tapi kali ini, Narendra bertindak cepat. Ia menangkap tangan istrinya sebelum sempat mendarat di wajah Ayu. "Sudah, sayang, sudah. Gak ada gunanya meladeni dia."Maharani menatap Narendra dengan penuh emosi, masih marah, tapi juga menunggu kelanjutannya.Narendra tersenyum tipis, suaranya berubah lebih lembut. "Ayo kita pergi saja! Aku akan temani kamu shopping, oke?"Mata Maharani seketika berbinar. Seolah emosinya langsung menguap begitu saja. "Benarkah, Mas?""Tentu. Kamu mau tas Chanel terbaru itu, kan?"Maharani langsung berubah sumringah. "Iya! Aku mau!"Nar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menahan Nyeri

    Nirmala terlonjak, buru-buru bangkit dari kursinya. "I-iya Pak..."Tanpa menunggu lebih lama, ia membalikkan badan dan melangkah cepat ke luar, hampir tersandung kakinya sendiri saat menyeberangi ambang pintu."Bisa-bisanya dia tidak menyusui anaknya sendiri. Wanita macam apa itu!" teriak Baim. Suaranya menggema di ruangannya yang luas.Begitu pintu tertutup, Baim menghela napas panjang, lalu meraih telepon dan menekan nomor ekstensi Yoga dengan gerakan cepat."Pak… cepat panggil wanita selanjutnya!" suaranya terdengar lebih tajam dari sebelumnya.Di ujung sana, Yoga sempat terdiam sejenak sebelum menjawab, "B-baik, Pak."Ia segera bangkit dari mejanya, menata napas yang sedikit berantakan. "Apa yang baru saja terjadi di dalam sana?" batin Yoga.Sementara itu jauh di luar sana, Ayu berusaha keluar dari rumah Hayati den

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Bertemu Si Kembar

    Kemampuan tubuh Ayu terbatas. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, kakinya mulai gemetar. Setiap langkah di kakinya, terasa seperti menapaki bara api."Ya Allah... kuatkan aku," gumamnya.Ia tidak tahu berapa lama lagi bisa bertahan. Satu hal yang pasti—ia harus sampai ke rumah sakit sebelum tubuhnya menyerah.Ayu melangkah lagi setelah sempat berhenti sejenak. Nafasnya tersengal, bukan karena lelah, tapi karena hatinya yang masih dikepung kecemasan. Di depan pintu ruang perawatan bayi, ia menarik napas panjang sebelum masuk."Suster, saya mau menyusui Bintang," suaranya lirih, peluhnya masih menetes di pelipis.Perawat yang berjaga menoleh, lalu tersenyum lembut. "Baik, Bu Ayu. Silakan bersihkan diri dulu, ya. Pastikan juga payudara Ibu sudah bersih.""Baik, Sus..." Ayu bergegas ke toilet. Air dingin menyapu wajahnya, sedikit meredakan ketegangan di dadanya. Tangannya gemetar saat membasuh tubuh, pikirannya penuh dengan bayinya yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menyusui Si Kembar

    Wanita itu mengangguk, senyum kecil menghiasi wajahnya. "Iya, Pak.""Anak ke berapa?""Yang ke-enam, Pak."Mata Baim membelalak. "Apa? Enam?"Wanita itu tertawa kecil, seolah sudah terbiasa mendapat reaksi seperti ini. "Iya, Pak. Sekarang saya sedang menyusui anak kelima dan keenam sekaligus. Karena jarak kelahiran mereka dekat, kakaknya tetap menyusu meski sempat berhenti.""Apa jabatan Ibu di hotel ini?""Saya di bagian dapur, Pak. Mencuci piring dan membersihkan area dapur."Baim terdiam. Tubuhnya perlahan bersandar ke belakang, matanya menatap kosong ke langit-langit. Sejenak, ia tak tahu harus merespons bagaimana.Tanpa banyak bicara, tangannya kembali terulur ke telepon, menekan tombol ekstensi Yoga."Ke ruanganku, Pak Yoga!" suara Baim menggema, tegas dan tanpa keraguan.Tak butuh waktu lama, pintu kembali terbuka. Yoga melangkah masuk dengan ekspresi sedikit bingung. "Iya, Pak. Ada yang harus saya lakukan?

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Rahasia Di Balik Pernikahan Ayu

    Sambo meremas ponselnya, rahangnya mengatup rapat. Sorot matanya menajam saat membaca komentar-komentar yang membanjiri berita daring. Ia melangkah cepat mendekati Hayati yang baru saja melempar gelas, jemarinya masih menggenggam remote televisi."Apa yang terjadi, Ma?" suaranya terdengar berat. "Masyarakat justru menyerangku. Kalau begini, reputasiku bisa hancur."Hayati mengangkat wajahnya. Matanya memerah, napasnya tertahan sesaat sebelum ia menghembuskannya perlahan. Bibirnya melengkung tipis, nyaris seperti sebuah senyum."Tenang aja, Pa," katanya, suaranya rendah, terukur. "Kita cuma perlu membalik pendapat mereka."Tiba-tiba, suara langkah cepat menggema dari koridor. Maharani muncul dengan wajah panik, ponsel tergenggam erat di tangannya."Ma… kacau!" suaranya meninggi, hampir histeris. "Akun sosmedku penuh hinaan. Kalau kayak gini, followers-ku bisa turun!"Hayati tak langsung menjawab. Mat

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Berhasil Bermain Peran

    Ayu menyeringai sinis, lalu berbalik. Tanpa kata lagi, ia melangkah pergi, meninggalkan pesta dengan kepuasan yang berpendar di matanya.Setelah usai melakukan misi di pesta itu, Ayu bergegas keluar ballroom. Ia bertemu dengan Baim yang mengawasinya sedari tadi. Ayu mengangguk memberi kode, Baim membalasnya dengan anggukan yang sama. Ayu kemudian berlalu dari pesta itu, kembali masuk ke dalam Limosin yang menjadi sorotan awak media. Kilatan lampu kamera masih berusaha menembus kaca gelapnya, tapi Ayu sudah tak peduli. Ia menyandarkan kepala, menatap langit-langit mobil dengan napas masih memburu.Tangannya menggenggam erat gaunnya yang sedikit kusut. "Ya Allah… akhirnya aku bisa melewati ini. Aku gak percaya bisa seberani itu di depan umum," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri."Bagus, Ayu."Suara itu datang dari belakang

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Sentuhan Itu Dingin

    Maharani mengangkat tangan, gelagapan. "Aduh… Rani lupa mau kasih tahu Mama! Pokoknya bukan itu intinya!"Ia menarik lengan ibunya, suaranya semakin mendesak."Sekarang apa yang harus kita lakukan? Gimana kalau Ayu bicara aneh-aneh ke wartawan?!"Hayati terdiam sesaat, napasnya mulai memburu.Di luar ballroom, kilatan kamera dan suara sorakan masih terdengar.Ayu ada di sini.Dan itu hanya bisa berarti satu hal—badai akan segera datang.Mata Hayati membesar, nyaris keluar dari rongganya. Rahangnya mengatup rapat, garis-garis kemarahan terukir jelas di wajahnya. "Kamu gak diundang," suaranya tajam seperti pisau. "Rakyat jelata dilarang ikut pesta orang kaya."Tawa Ayu meledak, nyaring dan penuh ejekan. Ia melangkah santai, tubuhnya condong ke depan, mendekati Hayati. "Mama… Mama…

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Sebuah Permainan

    "Ke mana Anda selama ini?"Suara-suara itu bertubi-tubi, menusuk gendang telinga Ayu dari segala arah. Dadanya mulai sesak, napasnya tersendat. Jemarinya yang menggenggam tas mulai bergetar.Kerumunan terasa semakin mendekat, seperti dinding yang siap meremukkannya kapan saja. Lututnya lemas, instingnya berteriak untuk kabur.Namun, di antara sorotan kamera yang menyilaukan, matanya menangkap sosok yang familiar.Baim.Berdiri tak jauh dari sana, mengenakan setelan jas hitam yang elegan, tangannya diselipkan ke dalam saku.Ia tidak berkata apa-apa.Hanya sebuah senyum tipis yang menghiasi wajahnya, tatapan matanya tenang, penuh keyakinan.Seakan-akan ia sedang berbisik tanpa suara, "Semuanya akan baik-baik saja."Ayu menelan ludah. Jemarinya yang gemetar perlahan mengendur. I

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menjadi Pusat Perhatian

    Ayu mengangguk, meski hatinya masih berdegup kencang.Baim melangkah pergi, meninggalkan Ayu dengan debaran hebat di dadanya. Punggungnya semakin menjauh, tetapi jejak kehadirannya masih tertinggal di hati Ayu, menggetarkan seluruh perasaannya."Ya Allah, Mas… Bagaimana mungkin aku bisa menahan perasaan ini?" batinnya lirih.Ia menarik napas panjang, mencoba meredam kekacauan dalam dirinya. Matanya jatuh pada tas yang tergeletak di dekatnya—tas yang dibelikan Baim tempo hari. Perlahan, ia meraihnya, jemarinya menelusuri permukaannya seakan mencari jawaban.Ia teringat kata-kata Baim saat memberikannya tas itu. "Kamu akan membutuhkannya suatu saat nanti."Ayu tersenyum miris. "Ternyata dia benar."Siapa sangka, hari itu telah tiba. Hari di mana ia harus berdiri tegak, menyaksikan suaminya bersanding dengan wanita lain di pela

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Kamu Bernilai

    Ayu mengangguk, meski keraguan masih menyelimuti dirinya. "Tapi... mungkinkah saya bisa cantik?"Baim menatap mata Ayu dalam-dalam, seolah ingin meyakinkan bahwa perkataannya benar. "Kamu sudah cantik, Ayu. Polesan ini hanya akan membuat kecantikanmu semakin bersinar."Ayu terenyuh. Baim adalah orang pertama yang pernah memujinya. Sementara Jaka, suaminya, bahkan tak pernah sudi menatap wajahnya lama-lama. Terlebih lagi mertua dan iparnya—yang selama ini hanya memberinya cacian dan hinaan. Hal itu membuatnya tidak percaya diri dan yakin bahwa dirinya memang sehina itu."Ayu… apa yang membuatmu ragu?" tanya Baim."Saya… saya tidak yakin bisa terlihat menarik, bahkan dengan riasan sekalipun.""Ayu, lupakan mereka yang merendahkanmu. Orang yang menganggapmu tak berharga hanyalah mereka yang tak mampu melihat keistimewaanmu. Di tangan yang tepat, kamu akan selalu bernilai."Setelah berpikir sedikit lama, Ayu akhirnya mantap u

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Amarah Yang Terpendam

    Baim mengangguk, matanya lurus ke jalan di depan. "Yah. Di pesta itu, pasti akan banyak wartawan. Kamera di mana-mana. Kamu harus berdiri di sana sebagai seorang ratu." Ia menoleh lagi, menatap Ayu dengan sorot mata yang tajam namun hangat. "Tegakkan kepalamu. Jangan pernah tertunduk, setakut apa pun kamu nantinya. Tetaplah pura-pura berani seperti sekarang."Ayu terpaku. Kata-kata itu menyusup ke dalam dirinya, menggetarkan sesuatu yang selama ini rapuh. Ia menatap Baim dalam-dalam, seakan mencari kepastian."Tapi… bagaimana kalau saya gagal, Mas?" suaranya pelan, nyaris berbisik.Baim tak langsung menjawab. Ia menarik napas, lalu tersenyum, kali ini lebih lembut. "Kamu nggak boleh gagal," ucapnya mantap. "Aku akan mengawasimu dari kejauhan."Ayu menggigit bibirnya. Pikirannya berkecamuk. Kata-kata Baim seperti sebuah perisai, tapi di saat yang sama, ketakutan itu tetap men

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Mulai Berani

    Mak Ti mengangguk kecil, kemudian berjalan menuju telepon. "Biar saya panggilkan lewat saluran telepon, Pak."Baim mengangguk. "Terima kasih, Mak..." Suaranya terdengar lebih lembut kini, seraya matanya kembali menyapu ruangan, menangkap sisa kehangatan yang sempat terhenti oleh kehadirannya.Matanya sesekali melirik ke arah Fatma dan Sari yang duduk di sofa. Ia menyandarkan satu tangan ke pinggang, lalu berkata dengan nada tenang, "Oh ya. Fatma... Sari. Aku sudah ambil ASIP di rumah sakit. Kalian ambil di mobil, ya."Fatma menegakkan punggungnya, sementara Sari menoleh dengan tatapan bertanya."Hari ini Ayu ikut denganku. Kemungkinan sampai malam. Jadi kalian susui si kembar dengan ASIP dulu."Fatma dan Sari segera bangkit. "Baik, Pak," jawab mereka hampir bersamaan, lalu bergegas keluar rumah.Dari sudut ruangan, Indri menyipitkan mata, bibirnya sedikit mengerucut. Ada yang menggelitik rasa ingin tahunya. Ia akhirnya melangkah mendekat, me

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Bukan Salah Ayu

    Seperti api tersulut bensin, wajah Indri memerah. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Hei, Ayu!" suaranya melengking. "Gak tahu diri banget kamu, ya! Pak Baim itu masih punya istri! Kamu juga punya suami!"Ia melangkah lebih dekat, hampir menudingkan jari ke wajah Ayu. "Teganya ya kamu jadi pelakor!"Udara di dapur seketika menjadi lebih panas. Fatma dan Sari menahan napas, mata mereka melebar, sementara Bi Imah yang baru kembali dari sudut ruangan hanya menggeleng pelan, menghela napas panjang.Ayu masih diam, tapi kali ini tatapannya mulai berubah. Tidak lagi penuh sindiran, tapi lebih tajam. Seolah dalam kepalanya, ia sedang memutuskan apakah akan membalas... atau membiarkan Indri tenggelam dalam amarahnya sendiri.Ayu menyandarkan satu tangan di pinggang, bibirnya melengkung tipis. Tatapannya menusuk langsung ke mata Indri."Indri... Indri," suaranya terdengar pelan, tapi penuh ejekan. "Kasihan kamu ya. Gak dapet respon dari Mas Baim. Makanya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status