Share

Pencarian Ibu Susu

Penulis: Libra Syafarika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-04 06:00:35

Ayu meraba pipinya yang panas dan perih. Tangannya gemetar, hatinya semakin remuk. "Aku gak ngapa-ngapain, Kak. Kak Rani salah paham."

"Kamu masih berani mengelak?" Maharani mengangkat tangannya lagi, siap memberikan tamparan kedua.

Tapi kali ini, Narendra bertindak cepat. Ia menangkap tangan istrinya sebelum sempat mendarat di wajah Ayu. "Sudah, sayang, sudah. Gak ada gunanya meladeni dia."

Maharani menatap Narendra dengan penuh emosi, masih marah, tapi juga menunggu kelanjutannya.

Narendra tersenyum tipis, suaranya berubah lebih lembut. "Ayo kita pergi saja! Aku akan temani kamu shopping, oke?"

Mata Maharani seketika berbinar. Seolah emosinya langsung menguap begitu saja. "Benarkah, Mas?"

"Tentu. Kamu mau tas Chanel terbaru itu, kan?"

Maharani langsung berubah sumringah. "Iya! Aku mau!"

Nar

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menahan Nyeri

    Nirmala terlonjak, buru-buru bangkit dari kursinya. "I-iya Pak..."Tanpa menunggu lebih lama, ia membalikkan badan dan melangkah cepat ke luar, hampir tersandung kakinya sendiri saat menyeberangi ambang pintu."Bisa-bisanya dia tidak menyusui anaknya sendiri. Wanita macam apa itu!" teriak Baim. Suaranya menggema di ruangannya yang luas.Begitu pintu tertutup, Baim menghela napas panjang, lalu meraih telepon dan menekan nomor ekstensi Yoga dengan gerakan cepat."Pak… cepat panggil wanita selanjutnya!" suaranya terdengar lebih tajam dari sebelumnya.Di ujung sana, Yoga sempat terdiam sejenak sebelum menjawab, "B-baik, Pak."Ia segera bangkit dari mejanya, menata napas yang sedikit berantakan. "Apa yang baru saja terjadi di dalam sana?" batin Yoga.Sementara itu jauh di luar sana, Ayu berusaha keluar dari rumah Hayati den

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Bertemu Si Kembar

    Kemampuan tubuh Ayu terbatas. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, kakinya mulai gemetar. Setiap langkah di kakinya, terasa seperti menapaki bara api."Ya Allah... kuatkan aku," gumamnya.Ia tidak tahu berapa lama lagi bisa bertahan. Satu hal yang pasti—ia harus sampai ke rumah sakit sebelum tubuhnya menyerah.Ayu melangkah lagi setelah sempat berhenti sejenak. Nafasnya tersengal, bukan karena lelah, tapi karena hatinya yang masih dikepung kecemasan. Di depan pintu ruang perawatan bayi, ia menarik napas panjang sebelum masuk."Suster, saya mau menyusui Bintang," suaranya lirih, peluhnya masih menetes di pelipis.Perawat yang berjaga menoleh, lalu tersenyum lembut. "Baik, Bu Ayu. Silakan bersihkan diri dulu, ya. Pastikan juga payudara Ibu sudah bersih.""Baik, Sus..." Ayu bergegas ke toilet. Air dingin menyapu wajahnya, sedikit meredakan ketegangan di dadanya. Tangannya gemetar saat membasuh tubuh, pikirannya penuh dengan bayinya yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menyusui Si Kembar

    Wanita itu mengangguk, senyum kecil menghiasi wajahnya. "Iya, Pak.""Anak ke berapa?""Yang ke-enam, Pak."Mata Baim membelalak. "Apa? Enam?"Wanita itu tertawa kecil, seolah sudah terbiasa mendapat reaksi seperti ini. "Iya, Pak. Sekarang saya sedang menyusui anak kelima dan keenam sekaligus. Karena jarak kelahiran mereka dekat, kakaknya tetap menyusu meski sempat berhenti.""Apa jabatan Ibu di hotel ini?""Saya di bagian dapur, Pak. Mencuci piring dan membersihkan area dapur."Baim terdiam. Tubuhnya perlahan bersandar ke belakang, matanya menatap kosong ke langit-langit. Sejenak, ia tak tahu harus merespons bagaimana.Tanpa banyak bicara, tangannya kembali terulur ke telepon, menekan tombol ekstensi Yoga."Ke ruanganku, Pak Yoga!" suara Baim menggema, tegas dan tanpa keraguan.Tak butuh waktu lama, pintu kembali terbuka. Yoga melangkah masuk dengan ekspresi sedikit bingung. "Iya, Pak. Ada yang harus saya lakukan?

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Pertemuan Yang Mendebarkan

    "Aduh... lututku," rintih Ayu memegang lututnya. Ia mengangkat wajah, napasnya tercekat sejenak.Ayu tersentak. Tadi pria itu masih berdiri di seberang ruangan, tapi kini ia sudah berjongkok tepat di hadapannya.Lelaki itu mengulurkan tangan, jemarinya besar namun gerakannya lembut. Sorot matanya tajam, tapi bukan menusuk—ada sesuatu yang menenangkan di sana. Ayu menelan ludah. Wajahnya bersih, rahangnya tegas, dan ada senyum samar yang hampir tak kentara di bibirnya. Setelan kasualnya tampak rapi, berkelas, seperti seseorang yang terbiasa berada di tempat-tempat eksklusif.Baim. Ayah si kembar yang baru saja disusui ayu."Apa Mbak baik-baik saja?" tanya Baim.Ayu tetap diam. Pikirannya berkelebat pada sosok lain—Narendra. Baru beberapa jam yang lalu, pria itu sekan-akan menawarkan bantuan. Tapi yang terjadi sesungguhnya, ia hanyalah ingin melecehkan Ayu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Pasangan Menyakitkan

    "Ada apa kau terus menelepon putriku?"Namun, bukan suara Laura yang terdengar. Itu adalah laki-laki yang dingin. Suaranya terdengar berwibawa dan syarat dengan penolakan.Dada Baim terasa sesak, seolah sesuatu menekan dadanya dari dalam."Pa…" Suaranya bergetar, nyaris tercekat. Ia menggenggam ponsel lebih erat. "Tolong berikan ponselnya pada Laura.""Laura sangat sibuk. Dia tidak punya waktu untuk bicara denganmu.""Tapi, Pa—"Tuut. Tuut. Tuut.Sambungan terputus.Baim menatap layar ponselnya, napasnya memburu. Ia segera meneleponnya lagi.Kali ini tidak ada nada sambung. Hanya suara mekanis yang terdengar dingin dan asing.'Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi.'Baim mengatupkan rahangnya. Napasnya berat."Apa yang sebenarnya terjadi, Laura? Kenapa kamu masih belum datang untuk anak-anak kita?"Panas membakar dadanya—menyengat, menyakitkan hingga ke ulu hati.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Sakit Yang Luar Biasa

    Jaka hanya terkekeh, lalu menepis tangan Ayu. "Jangan rusak malamku, Yu. Aku sedang bersenang-senang."Ayu terhuyung selangkah ke belakang, tangannya mencengkeram rok lusuhnya erat-erat. Matanya membelalak, tetapi suaranya tetap bergetar. "Nggak, Mas. Ayo pulang. Anak kita sedang menunggu di rumah sakit."Jaka hanya menggeram pelan, tak melawan saat Ayu menggamit lengannya. Tubuhnya limbung, hampir jatuh ke trotoar.Sebuah taksi melintas, Ayu buru-buru melambaikan tangan. Mobil itu berhenti, dan dengan sisa tenaganya, ia membopong tubuh suaminya yang berat ke dalam mobil.Ketika pintu taksi tertutup, napas Ayu memburu. Ia menatap lurus ke depan, menahan isak. Hatinya terasa lebih dingin dari embusan AC yang menyapu kulitnya.Sesampainya di rumah, Ayu mengempaskan tubuh Jaka ke sofa. Tubuh suaminya terkulai, kepalanya miring ke samping, napas berat berbau alkohol meme

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Berpapasan

    Dokter tersenyum sambil menatap bayi kembar yang tertidur pulas di balik kaca. "Mereka sudah menunjukkan perkembangan yang sangat bagus, Pak Baim. Masing-masing berat badannya sudah mencapai 3,2 sampai 4 kg. Itu adalah peningkatan yang sangat baik untuk bayi prematur."Baim menghela napas lega, bahunya yang sempat tegang mulai merosot sedikit. "Syukurlah, Dok. Jadi, kapan saya bisa membawa mereka pulang?"Dokter melipat tangan di depan dada. "Tiga hari lagi, mereka sudah siap keluar dari rumah sakit. Saat ini, mereka sudah tidak tidur di inkubator lagi," jelasnya.Baim mengangguk pelan, matanya tetap tertuju pada bayi-bayinya. "Lalu bagaimana selama mereka di rumah, Dok? Dan bagaimana dengan ibu susunya yang setiap hari datang ke rumah sakit?"Dokter menepuk dahinya ringan seolah baru teringat. "Ohh iya. Kemarin saya sudah mencatat nomor telepon ibu itu."Ia merogoh saku jas putihnya, mengeluarkan secarik kertas yang sedikit terlipat. "Ini nomor ib

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Napas Terakhir

    "Ya Allah, kenapa hari ini sepi banget ya?" Ayu bergumam pelan, matanya melirik dagangannya yang masih banyak.Udara pagi masih dingin ketika Ayu sibuk memilah tumpukan sayur mayur di lapaknya. Tangannya bergerak lincah, memisahkan daun yang layu, sementara lengan bajunya ia gunakan untuk mengelap keringat yang mulai mengembun di kening.Pasar masih sepi. Hanya beberapa pembeli yang melintas, kebanyakan sekadar melihat tanpa membeli. Ia menghela napas. Sejak melahirkan, lapaknya tak lagi seramai dulu."Apa mungkin, pelanggan mengira aku sudah gak jualan lagi?" pikirnya, menggigit bibir. Tapi ia tak punya pilihan. Ia butuh uang untuk biaya rumah sakit bayinya.Matahari mulai naik, sinarnya menyapu kios-kios yang berjejer. Ayu menegakkan badan, tersenyum tipis pada seorang ibu yang mendekat."Silakan, Bu. Sayurnya masih segar," ucapnya penuh harap.Ibu itu memegang beberapa ikat bayam, lalu mengangguk. "Kamu Ayu, kan? Lama gak kelihatan.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Rahasia Di Balik Pernikahan Ayu

    Sambo meremas ponselnya, rahangnya mengatup rapat. Sorot matanya menajam saat membaca komentar-komentar yang membanjiri berita daring. Ia melangkah cepat mendekati Hayati yang baru saja melempar gelas, jemarinya masih menggenggam remote televisi."Apa yang terjadi, Ma?" suaranya terdengar berat. "Masyarakat justru menyerangku. Kalau begini, reputasiku bisa hancur."Hayati mengangkat wajahnya. Matanya memerah, napasnya tertahan sesaat sebelum ia menghembuskannya perlahan. Bibirnya melengkung tipis, nyaris seperti sebuah senyum."Tenang aja, Pa," katanya, suaranya rendah, terukur. "Kita cuma perlu membalik pendapat mereka."Tiba-tiba, suara langkah cepat menggema dari koridor. Maharani muncul dengan wajah panik, ponsel tergenggam erat di tangannya."Ma… kacau!" suaranya meninggi, hampir histeris. "Akun sosmedku penuh hinaan. Kalau kayak gini, followers-ku bisa turun!"Hayati tak langsung menjawab. Mat

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Berhasil Bermain Peran

    Ayu menyeringai sinis, lalu berbalik. Tanpa kata lagi, ia melangkah pergi, meninggalkan pesta dengan kepuasan yang berpendar di matanya.Setelah usai melakukan misi di pesta itu, Ayu bergegas keluar ballroom. Ia bertemu dengan Baim yang mengawasinya sedari tadi. Ayu mengangguk memberi kode, Baim membalasnya dengan anggukan yang sama. Ayu kemudian berlalu dari pesta itu, kembali masuk ke dalam Limosin yang menjadi sorotan awak media. Kilatan lampu kamera masih berusaha menembus kaca gelapnya, tapi Ayu sudah tak peduli. Ia menyandarkan kepala, menatap langit-langit mobil dengan napas masih memburu.Tangannya menggenggam erat gaunnya yang sedikit kusut. "Ya Allah… akhirnya aku bisa melewati ini. Aku gak percaya bisa seberani itu di depan umum," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri."Bagus, Ayu."Suara itu datang dari belakang

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Sentuhan Itu Dingin

    Maharani mengangkat tangan, gelagapan. "Aduh… Rani lupa mau kasih tahu Mama! Pokoknya bukan itu intinya!"Ia menarik lengan ibunya, suaranya semakin mendesak."Sekarang apa yang harus kita lakukan? Gimana kalau Ayu bicara aneh-aneh ke wartawan?!"Hayati terdiam sesaat, napasnya mulai memburu.Di luar ballroom, kilatan kamera dan suara sorakan masih terdengar.Ayu ada di sini.Dan itu hanya bisa berarti satu hal—badai akan segera datang.Mata Hayati membesar, nyaris keluar dari rongganya. Rahangnya mengatup rapat, garis-garis kemarahan terukir jelas di wajahnya. "Kamu gak diundang," suaranya tajam seperti pisau. "Rakyat jelata dilarang ikut pesta orang kaya."Tawa Ayu meledak, nyaring dan penuh ejekan. Ia melangkah santai, tubuhnya condong ke depan, mendekati Hayati. "Mama… Mama…

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Sebuah Permainan

    "Ke mana Anda selama ini?"Suara-suara itu bertubi-tubi, menusuk gendang telinga Ayu dari segala arah. Dadanya mulai sesak, napasnya tersendat. Jemarinya yang menggenggam tas mulai bergetar.Kerumunan terasa semakin mendekat, seperti dinding yang siap meremukkannya kapan saja. Lututnya lemas, instingnya berteriak untuk kabur.Namun, di antara sorotan kamera yang menyilaukan, matanya menangkap sosok yang familiar.Baim.Berdiri tak jauh dari sana, mengenakan setelan jas hitam yang elegan, tangannya diselipkan ke dalam saku.Ia tidak berkata apa-apa.Hanya sebuah senyum tipis yang menghiasi wajahnya, tatapan matanya tenang, penuh keyakinan.Seakan-akan ia sedang berbisik tanpa suara, "Semuanya akan baik-baik saja."Ayu menelan ludah. Jemarinya yang gemetar perlahan mengendur. I

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menjadi Pusat Perhatian

    Ayu mengangguk, meski hatinya masih berdegup kencang.Baim melangkah pergi, meninggalkan Ayu dengan debaran hebat di dadanya. Punggungnya semakin menjauh, tetapi jejak kehadirannya masih tertinggal di hati Ayu, menggetarkan seluruh perasaannya."Ya Allah, Mas… Bagaimana mungkin aku bisa menahan perasaan ini?" batinnya lirih.Ia menarik napas panjang, mencoba meredam kekacauan dalam dirinya. Matanya jatuh pada tas yang tergeletak di dekatnya—tas yang dibelikan Baim tempo hari. Perlahan, ia meraihnya, jemarinya menelusuri permukaannya seakan mencari jawaban.Ia teringat kata-kata Baim saat memberikannya tas itu. "Kamu akan membutuhkannya suatu saat nanti."Ayu tersenyum miris. "Ternyata dia benar."Siapa sangka, hari itu telah tiba. Hari di mana ia harus berdiri tegak, menyaksikan suaminya bersanding dengan wanita lain di pela

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Kamu Bernilai

    Ayu mengangguk, meski keraguan masih menyelimuti dirinya. "Tapi... mungkinkah saya bisa cantik?"Baim menatap mata Ayu dalam-dalam, seolah ingin meyakinkan bahwa perkataannya benar. "Kamu sudah cantik, Ayu. Polesan ini hanya akan membuat kecantikanmu semakin bersinar."Ayu terenyuh. Baim adalah orang pertama yang pernah memujinya. Sementara Jaka, suaminya, bahkan tak pernah sudi menatap wajahnya lama-lama. Terlebih lagi mertua dan iparnya—yang selama ini hanya memberinya cacian dan hinaan. Hal itu membuatnya tidak percaya diri dan yakin bahwa dirinya memang sehina itu."Ayu… apa yang membuatmu ragu?" tanya Baim."Saya… saya tidak yakin bisa terlihat menarik, bahkan dengan riasan sekalipun.""Ayu, lupakan mereka yang merendahkanmu. Orang yang menganggapmu tak berharga hanyalah mereka yang tak mampu melihat keistimewaanmu. Di tangan yang tepat, kamu akan selalu bernilai."Setelah berpikir sedikit lama, Ayu akhirnya mantap u

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Amarah Yang Terpendam

    Baim mengangguk, matanya lurus ke jalan di depan. "Yah. Di pesta itu, pasti akan banyak wartawan. Kamera di mana-mana. Kamu harus berdiri di sana sebagai seorang ratu." Ia menoleh lagi, menatap Ayu dengan sorot mata yang tajam namun hangat. "Tegakkan kepalamu. Jangan pernah tertunduk, setakut apa pun kamu nantinya. Tetaplah pura-pura berani seperti sekarang."Ayu terpaku. Kata-kata itu menyusup ke dalam dirinya, menggetarkan sesuatu yang selama ini rapuh. Ia menatap Baim dalam-dalam, seakan mencari kepastian."Tapi… bagaimana kalau saya gagal, Mas?" suaranya pelan, nyaris berbisik.Baim tak langsung menjawab. Ia menarik napas, lalu tersenyum, kali ini lebih lembut. "Kamu nggak boleh gagal," ucapnya mantap. "Aku akan mengawasimu dari kejauhan."Ayu menggigit bibirnya. Pikirannya berkecamuk. Kata-kata Baim seperti sebuah perisai, tapi di saat yang sama, ketakutan itu tetap men

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Mulai Berani

    Mak Ti mengangguk kecil, kemudian berjalan menuju telepon. "Biar saya panggilkan lewat saluran telepon, Pak."Baim mengangguk. "Terima kasih, Mak..." Suaranya terdengar lebih lembut kini, seraya matanya kembali menyapu ruangan, menangkap sisa kehangatan yang sempat terhenti oleh kehadirannya.Matanya sesekali melirik ke arah Fatma dan Sari yang duduk di sofa. Ia menyandarkan satu tangan ke pinggang, lalu berkata dengan nada tenang, "Oh ya. Fatma... Sari. Aku sudah ambil ASIP di rumah sakit. Kalian ambil di mobil, ya."Fatma menegakkan punggungnya, sementara Sari menoleh dengan tatapan bertanya."Hari ini Ayu ikut denganku. Kemungkinan sampai malam. Jadi kalian susui si kembar dengan ASIP dulu."Fatma dan Sari segera bangkit. "Baik, Pak," jawab mereka hampir bersamaan, lalu bergegas keluar rumah.Dari sudut ruangan, Indri menyipitkan mata, bibirnya sedikit mengerucut. Ada yang menggelitik rasa ingin tahunya. Ia akhirnya melangkah mendekat, me

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Bukan Salah Ayu

    Seperti api tersulut bensin, wajah Indri memerah. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Hei, Ayu!" suaranya melengking. "Gak tahu diri banget kamu, ya! Pak Baim itu masih punya istri! Kamu juga punya suami!"Ia melangkah lebih dekat, hampir menudingkan jari ke wajah Ayu. "Teganya ya kamu jadi pelakor!"Udara di dapur seketika menjadi lebih panas. Fatma dan Sari menahan napas, mata mereka melebar, sementara Bi Imah yang baru kembali dari sudut ruangan hanya menggeleng pelan, menghela napas panjang.Ayu masih diam, tapi kali ini tatapannya mulai berubah. Tidak lagi penuh sindiran, tapi lebih tajam. Seolah dalam kepalanya, ia sedang memutuskan apakah akan membalas... atau membiarkan Indri tenggelam dalam amarahnya sendiri.Ayu menyandarkan satu tangan di pinggang, bibirnya melengkung tipis. Tatapannya menusuk langsung ke mata Indri."Indri... Indri," suaranya terdengar pelan, tapi penuh ejekan. "Kasihan kamu ya. Gak dapet respon dari Mas Baim. Makanya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status