Share

Tolong bayiku

last update Last Updated: 2025-03-03 06:00:11

Rani semakin penuh amarah. Matanya memerah. Ia kembali meraih rambut Ayu dengan kasar. "Masih berani bicara kau ya..."

Namun dengan cepat, Narendra menarik tangannya. "Sayang... Sudahlah. Nanti kalau dia terluka, kamu bisa kena masalah."

Seketika, Rani menghentikan aksinya. Meski dalam hatinya masih tersimpan kemarahan yang begitu besar.

Ruangan yang tadinya penuh dengan ketegangan kini perlahan senyap. Hanya suara napas tertahan yang terdengar di antara mereka.

Ayu masih terduduk di lantai, tangannya mencengkeram perutnya, menahan nyeri yang semakin menjadi. Matanya terus menatap Jaka, berharap ada sedikit keberanian dalam dirinya untuk berpihak kepadanya.

"Mas..." suaranya bergetar. "Anak kita sedang butuh kita sekarang. Dia sedang berjuang untuk bisa hidup lebih lama. Tidakkah kamu kasihan padanya, Mas?"

Jaka mengepalkan tangannya, tubuhnya menegang, tapi tetap tak bergerak.

Ketidakmampuannya melawan Hayati dan keluarganya membuatn

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Bukan Salahku

    Maharani menghampiri Ayu dengan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya. Ia mencondongkan badan, lalu menunjuk dan mendorong dahi Ayu dengan keras."Gara-gara kamu! Makan siang ini jadi berantakan!"Ayu terjungkal tanpa perlawanan. Lalu dengan satu dengusan, Rani pun melangkah pergi, meninggalkan ruangan yang kini terasa lebih dingin.Narendra masih berdiri di tempatnya. Tatapannya tak lepas dari Ayu yang masih bersimpuh di lantai. Dengan satu tangan, ia mengulurkan bantuan.Ayu menatapnya ragu, matanya mencari kepastian di wajah pria itu. "Apa maksud Mas Rendra? Kenapa dia tiba-tiba bersikap baik?" batinnya."Ayo bangun," kata Narendra ringan. "Tanganku pegel nih..."Perlahan, Ayu menggapai tangannya. Telapak tangan Narendra terasa hangat, kontras dengan dinginnya ruangan yang menyesakkan.Dengan sedikit tarikan, ia berdiri.

    Last Updated : 2025-03-03
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Pencarian Ibu Susu

    Ayu meraba pipinya yang panas dan perih. Tangannya gemetar, hatinya semakin remuk. "Aku gak ngapa-ngapain, Kak. Kak Rani salah paham.""Kamu masih berani mengelak?" Maharani mengangkat tangannya lagi, siap memberikan tamparan kedua.Tapi kali ini, Narendra bertindak cepat. Ia menangkap tangan istrinya sebelum sempat mendarat di wajah Ayu. "Sudah, sayang, sudah. Gak ada gunanya meladeni dia."Maharani menatap Narendra dengan penuh emosi, masih marah, tapi juga menunggu kelanjutannya.Narendra tersenyum tipis, suaranya berubah lebih lembut. "Ayo kita pergi saja! Aku akan temani kamu shopping, oke?"Mata Maharani seketika berbinar. Seolah emosinya langsung menguap begitu saja. "Benarkah, Mas?""Tentu. Kamu mau tas Chanel terbaru itu, kan?"Maharani langsung berubah sumringah. "Iya! Aku mau!"Nar

    Last Updated : 2025-03-04
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menahan Nyeri

    Nirmala terlonjak, buru-buru bangkit dari kursinya. "I-iya Pak..."Tanpa menunggu lebih lama, ia membalikkan badan dan melangkah cepat ke luar, hampir tersandung kakinya sendiri saat menyeberangi ambang pintu."Bisa-bisanya dia tidak menyusui anaknya sendiri. Wanita macam apa itu!" teriak Baim. Suaranya menggema di ruangannya yang luas.Begitu pintu tertutup, Baim menghela napas panjang, lalu meraih telepon dan menekan nomor ekstensi Yoga dengan gerakan cepat."Pak… cepat panggil wanita selanjutnya!" suaranya terdengar lebih tajam dari sebelumnya.Di ujung sana, Yoga sempat terdiam sejenak sebelum menjawab, "B-baik, Pak."Ia segera bangkit dari mejanya, menata napas yang sedikit berantakan. "Apa yang baru saja terjadi di dalam sana?" batin Yoga.Sementara itu jauh di luar sana, Ayu berusaha keluar dari rumah Hayati den

    Last Updated : 2025-03-04
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Bertemu Si Kembar

    Kemampuan tubuh Ayu terbatas. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, kakinya mulai gemetar. Setiap langkah di kakinya, terasa seperti menapaki bara api."Ya Allah... kuatkan aku," gumamnya.Ia tidak tahu berapa lama lagi bisa bertahan. Satu hal yang pasti—ia harus sampai ke rumah sakit sebelum tubuhnya menyerah.Ayu melangkah lagi setelah sempat berhenti sejenak. Nafasnya tersengal, bukan karena lelah, tapi karena hatinya yang masih dikepung kecemasan. Di depan pintu ruang perawatan bayi, ia menarik napas panjang sebelum masuk."Suster, saya mau menyusui Bintang," suaranya lirih, peluhnya masih menetes di pelipis.Perawat yang berjaga menoleh, lalu tersenyum lembut. "Baik, Bu Ayu. Silakan bersihkan diri dulu, ya. Pastikan juga payudara Ibu sudah bersih.""Baik, Sus..." Ayu bergegas ke toilet. Air dingin menyapu wajahnya, sedikit meredakan ketegangan di dadanya. Tangannya gemetar saat membasuh tubuh, pikirannya penuh dengan bayinya yan

    Last Updated : 2025-03-04
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menyusui Si Kembar

    Wanita itu mengangguk, senyum kecil menghiasi wajahnya. "Iya, Pak.""Anak ke berapa?""Yang ke-enam, Pak."Mata Baim membelalak. "Apa? Enam?"Wanita itu tertawa kecil, seolah sudah terbiasa mendapat reaksi seperti ini. "Iya, Pak. Sekarang saya sedang menyusui anak kelima dan keenam sekaligus. Karena jarak kelahiran mereka dekat, kakaknya tetap menyusu meski sempat berhenti.""Apa jabatan Ibu di hotel ini?""Saya di bagian dapur, Pak. Mencuci piring dan membersihkan area dapur."Baim terdiam. Tubuhnya perlahan bersandar ke belakang, matanya menatap kosong ke langit-langit. Sejenak, ia tak tahu harus merespons bagaimana.Tanpa banyak bicara, tangannya kembali terulur ke telepon, menekan tombol ekstensi Yoga."Ke ruanganku, Pak Yoga!" suara Baim menggema, tegas dan tanpa keraguan.Tak butuh waktu lama, pintu kembali terbuka. Yoga melangkah masuk dengan ekspresi sedikit bingung. "Iya, Pak. Ada yang harus saya lakukan?

    Last Updated : 2025-03-05
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Pertemuan Yang Mendebarkan

    "Aduh... lututku," rintih Ayu memegang lututnya. Ia mengangkat wajah, napasnya tercekat sejenak.Ayu tersentak. Tadi pria itu masih berdiri di seberang ruangan, tapi kini ia sudah berjongkok tepat di hadapannya.Lelaki itu mengulurkan tangan, jemarinya besar namun gerakannya lembut. Sorot matanya tajam, tapi bukan menusuk—ada sesuatu yang menenangkan di sana. Ayu menelan ludah. Wajahnya bersih, rahangnya tegas, dan ada senyum samar yang hampir tak kentara di bibirnya. Setelan kasualnya tampak rapi, berkelas, seperti seseorang yang terbiasa berada di tempat-tempat eksklusif.Baim. Ayah si kembar yang baru saja disusui ayu."Apa Mbak baik-baik saja?" tanya Baim.Ayu tetap diam. Pikirannya berkelebat pada sosok lain—Narendra. Baru beberapa jam yang lalu, pria itu sekan-akan menawarkan bantuan. Tapi yang terjadi sesungguhnya, ia hanyalah ingin melecehkan Ayu

    Last Updated : 2025-03-05
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Pasangan Menyakitkan

    "Ada apa kau terus menelepon putriku?"Namun, bukan suara Laura yang terdengar. Itu adalah laki-laki yang dingin. Suaranya terdengar berwibawa dan syarat dengan penolakan.Dada Baim terasa sesak, seolah sesuatu menekan dadanya dari dalam."Pa…" Suaranya bergetar, nyaris tercekat. Ia menggenggam ponsel lebih erat. "Tolong berikan ponselnya pada Laura.""Laura sangat sibuk. Dia tidak punya waktu untuk bicara denganmu.""Tapi, Pa—"Tuut. Tuut. Tuut.Sambungan terputus.Baim menatap layar ponselnya, napasnya memburu. Ia segera meneleponnya lagi.Kali ini tidak ada nada sambung. Hanya suara mekanis yang terdengar dingin dan asing.'Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi.'Baim mengatupkan rahangnya. Napasnya berat."Apa yang sebenarnya terjadi, Laura? Kenapa kamu masih belum datang untuk anak-anak kita?"Panas membakar dadanya—menyengat, menyakitkan hingga ke ulu hati.

    Last Updated : 2025-03-05
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Sakit Yang Luar Biasa

    Jaka hanya terkekeh, lalu menepis tangan Ayu. "Jangan rusak malamku, Yu. Aku sedang bersenang-senang."Ayu terhuyung selangkah ke belakang, tangannya mencengkeram rok lusuhnya erat-erat. Matanya membelalak, tetapi suaranya tetap bergetar. "Nggak, Mas. Ayo pulang. Anak kita sedang menunggu di rumah sakit."Jaka hanya menggeram pelan, tak melawan saat Ayu menggamit lengannya. Tubuhnya limbung, hampir jatuh ke trotoar.Sebuah taksi melintas, Ayu buru-buru melambaikan tangan. Mobil itu berhenti, dan dengan sisa tenaganya, ia membopong tubuh suaminya yang berat ke dalam mobil.Ketika pintu taksi tertutup, napas Ayu memburu. Ia menatap lurus ke depan, menahan isak. Hatinya terasa lebih dingin dari embusan AC yang menyapu kulitnya.Sesampainya di rumah, Ayu mengempaskan tubuh Jaka ke sofa. Tubuh suaminya terkulai, kepalanya miring ke samping, napas berat berbau alkohol meme

    Last Updated : 2025-03-06

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Langkah Berat Dari Lantai Dua

    Laura menoleh cepat ke arah tangga. Matanya menyipit, napasnya tercekat. Ia menelan ludah, tubuhnya sedikit mundur—seolah berharap langkah kaki itu bukan pertanda bencana."Awas aja kalau kamu berani bicara pada orang lain," ancamnya.Ayu terdiam. Wajahnya datar, matanya tak lepas dari arah tangga. Alisnya mengernyit, mencoba mengenali siapa yang akan muncul.Langkah pelan terdengar, dan sesaat kemudian, Sari muncul dari ujung tangga.Laura menarik napas tajam, lalu melempar tatapan dingin pada Ayu. "Ingat ya, jangan bicara macam-macam.""Bu Laura... Ayu. Ada apa?"Laura menyilangkan tangan di dada, dagunya terangkat sedikit. "Kamu juga. Kepo banget sama urusan orang. Udah sana!"Sari tersenyum masam. Matanya bergerak cepat dari Laura ke Ayu. "Maaf, Bu, kalau saya mengganggu. Ayu... Aku nanti balik lagi ya."Ayu hanya mengangguk dan tersenyum tipis, lebih seperti isyarat terima kasih yang tidak terdengar.

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Akankah Sebuah Rahasia Terungkap?

    "Apa kamu juga melihat pesan itu?" tanya Sari, matanya memburu wajah Fatma.Fatma mengangguk pelan. Sorot matanya berguncang, menyimpan sisa-sisa kepanikan yang belum reda.Para karyawan saling pandang, gugup, setelah mengecek ponsel masing-masing."Itu kamu, kan, Indri?" Sari menatap tajam."Aku? Kenapa harus aku?" Indri mengangkat alis, suaranya meninggi."Pesan ini dikirim ke grup karyawan rumah. Dan cuma kamu yang selama ini paling suka menguliti hubungan Pak Baim dan Ayu. Jadi... itu pasti kamu, kan?" nada Sari tajam, tak menyisakan ruang untuk menyangkal."Yeh... jangan asal nuduh, dong." Indri mengibaskan tangan. "Aku mana punya akses ke rekaman CCTV rumah." Ia terdiam sejenak, lalu mendongak, matanya menyipit. "Apa jangan-jangan... Bu Laura udah lama punya bukti perselingkuhan mereka?"Mak Ti, yang sejak tadi hanya menunduk menatap lantai, akhirnya mengangkat wajah. Guratan kekhawatiran mengukir garis di keningny

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Pesan Misterius

    "Yu... kamu udah lihat berita hari ini?" Suara Fatma gemetar, nyaris berbisik tapi sarat tekanan.Ia melangkah cepat dari balik pintu, beberapa detik setelah Baim pergi. Napasnya memburu, matanya membelalak saat ia memasuki ruang bayi. Seolah ada sesuatu yang besar—mendesak—yang harus segera disampaikan.Ayu yang tengah hendak meletakkan Arjuna menoleh. Langkahnya terhenti."Berita apa, Mbak? Aku belum buka handphone."Tanpa menjawab, Fatma langsung meraih Arjuna dari pelukan Ayu dan memindahkannya ke boks bayi. Gerakannya terburu-buru, seperti ingin segera menyelesaikan sesuatu yang jauh lebih penting. Ayu spontan mengangkat Srikandi dan menempatkannya ke boks satunya.Fatma mengeluarkan ponselnya, membuka sebuah video YouTube, lalu menyodorkannya pada Ayu. "Lihat ini."Di layar, wajah Baim muncul, disandingkan dengan judul besar dan mencolok:"Skandal Cinta CEO Gran Mahakam dan Menantu Gubernur: Perselingkuhan, Kehancu

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Badai Besar Dalam Pusaran Asmara

    Ayu perlahan mengangkat wajahnya. "Apa maksud pertanyaan itu, Mas?""Aku hanya ingin memastikan—yang tidur denganku semalam adalah kamu," jawab Baim dingin.Sorot mata Ayu berubah—tidak lagi lembut seperti saat menyusui, tapi tajam, terluka. Mulutnya terbuka sedikit. Pikirannya berpacu, berusaha menjahit ulang setiap detik semalam."Apa maksud Mas Baim?" batinnya bergemuruh. "Dia lupa siapa yang tidur dengannya semalam?"Tatapannya memaku wajah Baim. Ada sinis yang terselip di balik tenangnya."Semudah itukah, Mas Baim melupakan kejadian semalam?"Ia menghela napas, lalu berkata dengan nada yang tajam namun terkendali:"Apa mungkin saya bisa tidur dengan Mas Baim, sementara Bu Laura terbungkus hangat dalam dekapanmu?"Baim menunduk sebentar, lalu menatap Ayu kembali—kali ini lebih dalam, seolah mencoba menggali kebenaran yang terkubur."Aku tidak sedang mabuk malam itu, Ayu. Aku sadar... setiap detiknya

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menggenggam Rahasia

    "Kok kamu kaget gitu sih, Mas?" Laura menyipitkan mata. Seolah mencium sesuatu yang tak wajar dari suaminya."Aku cuma kaget aja. Lihat kamu tidur di sebelahku.""Jadi seharusnya bukan aku? Kamu berharap Ayu yang tidur di sini?"Baim terdiam. Bibirnya terbuka sedikit, lalu tertutup lagi. Ia mengalihkan pandangan, seolah mencari lubang di lantai tempat ia bisa menghilang."Nggak... Bukan begitu."Laura mendengus pelan. "Apa jangan-jangan... Ayu yang tidur di sini semalam, Mas?"Mata Baim terbelalak. Ia berusaha keras mencari jawaban yang tepat."Kok kamu bisa mikir begitu? Memangnya semalam kamu nggak di kamar ini? Kamu tidur di mana?"Laura menoleh spontan. Senyumnya tipis—ada getir yang nyaris tak bisa disembunyikan di sana. Tatapannya menari gelisah di mata Baim, lalu berpindah ke bibir, ke dagu, dan kembali lagi. Jemarinya meremas ujung selimut, seolah ingin menyembunyikan sesuatu di balik tenang wajahnya.

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Kejutan Tak Terduga

    "Bu Laura baru datang? Syukurlah... berarti dia nggak lihat aku sama Mas Baim semalam.""Leon... aku punya keluarga di sini. Tentu saja aku harus pulang," bisik Laura sambil berjalan perlahan.Suara itu membuat dahi Ayu berkerut. Wajah Laura yang sebelumnya tampak acuh, kini terlihat gelisah."Leon lagi? Sebenarnya, apa hubungan Bu Laura dengan Leon itu?" gumam Ayu."Aku datang ke Indonesia cuma buat kamu. Apa kamu nggak hargai itu?" Suara Leon kembali terdengar.Laura mendengus pelan, menahan suara. "Oke, oke... nanti aku balik lagi ke sana.""Nah... gitu dong. Kali ini, kamu mau gaya apa?"Langkah Laura melambat. Senyum tipis muncul di bibirnya. "Leon... aku masih sakit gara-gara semalam. Kamu cambuk aku terlalu keras. Sekarang badanku remuk semua.""Ayolah, Laura... kamu kan suka itu. Tapi oke, kali ini kita 'vanilla' aja. Gak ada cambuk, gak ada ikat. Cuma kamu dan aku... seperti orang jatuh cinta."

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Jejak Keangkuhan Laura

    "Saya nggak ngapa-ngapain kok, Mbak," jawab Ayu spontan, suaranya terdengar panik.Fatma dan Sari saling pandang."Nggak ngapa-ngapain gimana maksudnya?"Ayu salah tingkah. Perkataannya sendiri seolah menjebaknya."Ya maksudnya... saya cuma tidur sama si kembar. Terus, pas main, mereka... ngacak-ngacak rambut saya. Iya, gitu aja, Mbak.""Padahal kami pikir kamu nggak bisa tidur karena sibuk jagain mereka berdua. Eh, ternyata kamu nyenyak tidur?" kata Sari, sedikit menggoda.Ayu menggaruk kepalanya yang tak gatal."Iya. Nyenyak, kok, Mbak.""Oh... syukurlah kalau begitu. Soalnya biasanya kamu selalu tampil rapi dan cantik," jelas Sari."Iya, aku sampai mikir kamu punya aura alami gitu, lho," timpal Fatma sambil tersenyum kecil. "Tapi hari ini... kamu kelihatan capek banget. Udah, deh, besok-besok jangan ajak si kembar tidur di sini lagi. Kamu juga butuh istirahat."Ayu tertawa—cepat dan singkat.

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menghapus Jejak Semalam

    "Nggak ada orang lewat, kan?" bisik Ayu, memastikan situasi benar-benar aman.Pandangan matanya menyapu lorong panjang. Saat merasa cukup yakin, ia menyelinap keluar, menutup pintu di belakangnya sepelan mungkin.Ayu berlari kecil, berjinjit di atas lantai dingin. Napasnya terengah, pendek-pendek. Ia berdoa dalam hati, berharap tak seorang pun memergokinya keluar dari kamar Baim.Setibanya di kamarnya, Ayu menutup pintu dengan cepat. Tubuhnya langsung bersandar di daun pintu. Bahunya naik-turun menahan napas yang tercekat. Jantungnya masih berdetak kencang, seolah baru saja lolos dari kejaran binatang buas."Apa yang sudah kamu lakukan, Ayu? Ya Allah..."Matanya terpejam. Ia mencoba mencerna kesalahan yang baru saja terjadi—lalu menenangkan dirinya sendiri. Berharap bayangan semalam segera sirna dari pelupuk mata.Pandangannya beralih ke ranjang. Dua bayi mungil terbaring di sana, kaki-kaki kecil mereka menendang-nendang selimut,

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Malam Membara

    "Apa kamu minta maaf karena kita bersentuhan?" tanya Baim, dingin.Ia terus menatap Ayu—mata itu dalam, teduh, dan kali ini tak lagi sanggup menyembunyikan perasaan yang selama ini terikat rapat.Ayu menundukkan pandangannya, tapi tubuhnya tetap diam."I-iya... Saya nggak bermaksud lancang sama Mas Baim."Lalu perlahan, dalam diam yang tak diundang, Baim melangkah mendekat. Geraknya kecil, tapi pasti. Ayu bisa merasakan panas tubuhnya kian mendekat."Baru sebulan keadaan memisahkan kita. Sekarang, apa kita kembali menjadi orang asing?"Spontan, Ayu menegakkan pandangannya. Ia menelan ludah. Matanya mulai basah, bibirnya bergetar. Tapi tak satu kata pun berhasil keluar.Mereka saling menatap—dalam diam yang mampu menjelaskan segalanya.Dan tanpa banyak kata, Baim menarik Ayu ke dalam pelukannya.Seketika, dunia di dalam lift mengecil. Yang tersisa hanyalah napas yang menyatu dan detak jantung yang terlal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status