Share

53. Terpental

Author: Pixie
last update Last Updated: 2024-09-26 15:09:16
"Jelaskan kepadaku, apa yang terjadi kepada Emily?" tanya Grace setelah ia berdiri di hadapan Louis. Tatapannya dingin, seolah siap membekukan siapa pun yang membohonginya.

Louis menatap Grace lekat-lekat. Rautnya juga kaku, tarikan napasnya berat.

"Sesuatu terjadi pada Emily. Dia ingin aku segera menemuinya," jawabnya datar.

Grace bersedekap. Dagunya sedikit diangkat, sama seperti sebelah alisnya. "Kau sudah mengatakan itu tadi. Aku ingin penjelasan yang lebih lengkap."

"Aku belum tahu cerita rincinya. Yang kutahu, aku harus segera ke sana."

Grace melirik saku jas Louis. "Memangnya apa yang tertulis di kertas tadi?"

"Pesan agar aku kembali ke L City demi Emily," takut Louis sembari mengedikkan bahu.

Alih-alih percaya, Grace mengulurkan tangan. "Tunjukkan kepadaku."

Dahi Louis mengerenyit tak senang. "Kau meragukan aku?"

"Terus terang saja, kau mulai mencurigakan sejak bocah itu datang. Kalau kau memang jujur, tunjukkan saja buktinya," tantang Grace tanpa meninggikan na
Pixie

Kejadian lama terulang kembali, guys .... Siapa yang masih ingat dulu Frank pernah nabrak siapa, di mana? Yang pengen nostalgia, bisa baca Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan, yaa!

| 6
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
sekarang ketemu cucu nya.. omg .. aq terharu.. ayok summer buat kakek nenek kamu senyumm
goodnovel comment avatar
Monika Anastasia Khim
Summer bertemu kakek dan neneknya....uhuyyy
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   54. Seperti Seorang Cucu

    Summer kini berbaring sambil menatap langit-langit. Wajahnya mengernyit, mulutnya meringis. Bokong dan pinggangnya terasa sakit, begitu pula dengan kedua sikunya yang tadi membentur lantai. Kalau saja tidak ada ransel di punggung, kepalanya pasti sudah ikut terbentur. "Astaga, Frank! Anak siapa yang kau tabrak ini?" Kara berlutut, memeriksa keadaan sang balita. Sementara itu, Frank berdiri dengan mulut ternganga. Bola matanya bergetar, ingatannya tertarik ke masa silam. Dulu, pertama kali ia bertemu Emily, ia mengalami hal serupa. Emily kecil juga menabraknya dan terpelanting seperti itu. Ia terjatuh dengan pose yang sama. Arah jatuh bonekanya juga. Yang lebih mengejutkan, bocah itu tampak mirip dengan Emily! Warna matanya bahkan abu-abu juga. Hanya rambutnya yang berbeda. Bocah itu berambut keriting, persis seperti .... "Sky?" Frank tanpa sadar menyuarakan isi pikirannya. Mendengar nama sang ibu, Summer mengerjap.

    Last Updated : 2024-09-27
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   55. Kecurigaan Frank

    Summer tersenyum melihat betapa lembut Kara mengoles salep di sikunya. Ia bisa merasakan kasih sayang yang tulus. Hal itu mengingatkannya kepada Alice. "Terima kasih, Nyonya Harper. Kau baik sekali, persis seperti nenekku. Oh, aku jadi mendadak rindu kepadanya," ucap Summer manis. Mendapat pujian semacam itu, hati Kara menghangat. "Apakah Alice juga sering mengobatimu seperti ini?" "Ya, aku lebih suka Nenek yang mengobatiku. Kalau Mama yang melakukannya, dia pasti mengomel." Kara terkekeh gemas. "Itu karena ibumu terlalu sayang padamu. Dia sedih karena kamu terluka, tapi dia tidak mau menampakkannya. Jadi dia mengomel." "Apakah dulu kamu juga mengomel setiap kali Bibi Emily terjatuh?" Kara mengangguk. "Ya. Kurasa, setiap ibu yang terlalu sayang kepada anaknya pasti begitu. Kami mengomel supaya anak-anak kami lebih berhati-hati lain kali. Sekarang," Kara menunjukkan beberapa plester lucu di telapak tangannya. "Mana yang harus kita gunakan untuk menutupi lukamu?" Selagi Kar

    Last Updated : 2024-09-27
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   56. Demi Kebaikan Bersama

    "Louis benar-benar sudah keterlaluan. Bisa-bisanya dia menggunakan kehamilanku sebagai tameng? Apakah dia lupa bahwa ucapan adalah doa? Bagaimana kalau kebohongannya menjadi kenyataan? Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan bayi-bayiku," omel Emily setelah keluar dari lift. Sudah sejak tadi Emily berusaha menahan amarahnya. Sekarang, karena tidak ada orang asing di sekitar mereka lagi, ia sudah bisa meluapkannya. "Dan lihat efek sampingnya. Aku jadi harus membuang waktu demi bersandiwara di rumah sakit. Aku seharusnya sudah bekerja sejak tadi. Tapi sekarang, agenda-agendaku jadi mundur semua." "Sabar, Princess. Mungkin Louis melakukan itu karena terdesak. Dia sudah tidak bisa memikirkan alasan lain," Cayden mengelus punggungnya. Akan tetapi, Emily tetap cemberut. Matanya kini melirik Orion dengan sinis. "Ini juga salahmu. Kalau saja kau memberitahuku sejak awal, kegemparan ini tidak akan terjadi. Kita bisa bertindak lebih awal, dan Louis tidak akan meninggalkan pers," geru

    Last Updated : 2024-09-28
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   57. Strategi Keluarga Harper

    "Sayang," Kara mengguncang tangan sang putri, "jaga bicaramu. Ada Cayden di sini. Kau lupa kalau Grace adalah sepupunya? Di samping itu, kita juga wanita. Kita tahu rasa sakit yang akan dideritanya kalau Louis memilih Sky." "Aku bukannya ingin Grace terluka, Ma. Tapi memang begitulah seharusnya. Dia justru akan lebih menderita kalau menikah dengan pria yang tidak mencintainya. Apalagi, jika pria itu sudah punya anak di luar nikah. Itu pasti sangat menyakitkan." Kara melirik Cayden. Ia merasa tidak enak hati terhadap menantunya. Namun, sebelum ia sempat meminta maaf, Cayden berkata, "Tenang, Ma. Aku sepakat dengan Emily. Aku bahkan pernah meminta Louis untuk menimbang ulang hubungannya, karena aku tahu, dia dan Grace sebetulnya tidak saling cinta. Mereka hanya terjebak dalam logika tentang pernikahan yang ideal. Lagi pula ...." Cayden tersenyum kecut. "Aku juga sudah curiga saat pertama kali melihat Summer. Dia mirip dengan Louis kecil." Kara menghela napas panjang. Ia sed

    Last Updated : 2024-09-28
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   58. Bertemu Lagi

    Sky tersenyum kecut. "Aku baik-baik saja, Em." "Kau yakin? Kantung matamu begitu tebal. Kau pasti tidak bisa tidur semalam. Apakah kau memikirkan Louis?" "Tidak. Untuk apa aku memikirkannya?" sangkal Sky dengan dahi mengernyit. "Kau tidak perlu berbohong lagi, Sky. Kau pasti mengalami sesuatu di sana. Kalau tidak, mana mungkin kau dan Summer ada di sini? Apakah kalian pergi karena berita yang viral itu?" Sky termenung. Ia tidak mungkin menceritakan bagaimana Grace mendesak mereka pergi. Ia tidak mau Emily mengasihaninya. "Aku dan Summer memang berencana meninggalkan T City pagi ini," sahutnya santai. "Kau dan Summer atau kau saja?" Sky dan Emily beradu pandang. Tidak ingin terlihat goyah, Sky melepas tawa. "Kami berdua, Em." "Bagaimana bisa? Bukankah Summer ingin Louis menjadi ayahnya? Dia tidak setuju kalau Louis menikah dengan Grace? Kurasa mustahil dia mau pergi meninggalkan Louis seorang diri di T City b

    Last Updated : 2024-09-29
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   59. Kau Adalah Gadis Itu

    "Sky," panggil Louis dengan nada rendah yang menggetarkan, "bisa kita bicara sebentar?" "Tidak," tolak Sky tegas walau dengan suara pelan. "Kau tidak seharusnya berada di sini, Louis. Untuk apa kau menemui aku?" Louis menatapnya lekat-lekat. "Ada hal penting yang perlu kita bahas." "Apa lagi yang perlu kita bahas? Bukankah semuanya sudah jelas? Kau akan segera menikah dengan Grace. Demi menghindari kesalahpahaman, aku dan Summer tidak boleh berada di dekatmu. Karena itu," Sky mengambil jeda untuk mengatur napas. Ia tidak mau kesabarannya terkuras. "Kami angkat kaki dari rumahmu secepat mungkin. Kami bahkan tidak sempat pamit. Tapi apa yang kau lakukan sekarang? Kenapa kau malah menyusul kami ke sini? Kau sengaja ingin membuat namaku jelek?" desahnya sembari meringis. "Tidak," geleng Louis cepat. "Aku tidak pernah bermaksud jahat padamu, Sky." "Kalau begitu, lepaskan tanganku. Biarkan aku keluar dari sini. Aku tidak mau orang-orang menganggapku menggodamu. Summer dan orang tuaku

    Last Updated : 2024-09-29
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   60. Senyum Summer

    Setelah menyelesaikan kata-katanya, Sky berjalan menuju pintu. Louis lagi-lagi menahan lengannya. Namun, kali ini, Sky memberontak. "Lepaskan aku, Louis! Tolong jangan mempersulit hidupku!" ringis Sky dengan wajah penuh kerutan. "Apakah kau tidak sadar berapa banyak orang yang menghujatku sekarang? Beberapa dari mereka bahkan menghina Summer. Coba saja kau baca komentar-komentar yang mereka buat! Tidak ada satu pun yang enak didengar." Sambil membendung air mata, telunjuk Sky meruncing seolah menunjuk seseorang. "Mereka menyebut kami tidak tahu malu dan tidak punya harga diri, Louis. Mereka menyebutku gadis yang tidak sadar diri. Padahal—" Sky tersedak oleh kesedihan. Sambil mengepalkan tangan, ia berusaha meredam emosi. "Aku tahu betul bahwa aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekasihmu yang sempurna itu. Karena itulah, aku mendesak Summer untuk pulang secepatnya, tapi kau menahan kami dan lihat akibatnya. Aku tidak mau hal itu terulang. Jadi sekarang," Sky meninggik

    Last Updated : 2024-09-30
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   61. Menenangkan Sky

    "Summer ...." Louis berjalan menghampiri sang balita dengan tangan terentang lebar. Melihat itu, tawa Summer langsung mengudara. Ia berlari menuju sang pria. Namun, belum sempat mereka berpelukan, Sky berdiri di antara mereka. "Sayang?" Sky memegangi pundak sang putri dan menatapnya dengan penuh tanya. "Apa yang sedang kau lakukan? Kau mau memeluknya? Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak lagi dekat-dekat dengannya? Kau ingat? Grace melarang kita." Melihat raut kusut sang ibu, senyum Summer menciut. Wajahnya berubah bingung. "Ya, Mama. Tapi dia sedang tidak di sini. Dia tidak akan tahu kalau aku memeluk Paman Louis. Lagi pula, kita tidak sempat berpamitan saat akan berangkat ke sini. Apa salahnya jika aku memeluk Paman Louis sekarang? Anggap saja, itu salam perpisahan yang tertunda," gerutunya. Mendengar itu, Louis tersentak. "Grace melarang kalian? Karena itukah kalian pergi tanpa bilang? Apa yang sudah dia katakan kepada kalian?" selidik Louis, penuh keseriusan. Alih

    Last Updated : 2024-09-30

Latest chapter

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   181. Perempuan Paling Berharga

    "Sepertinya, bukan hanya Gigi yang perlu meminta maaf kepada Summer di sini, tapi ibunya juga. Bukankah Anda juga sempat menghina putri saya, Nyonya?" Louis menaikkan sebelah alis. Mulut Gloria ternganga. Ia masih kesulitan mengucapkan kata. "Y-ya, saya juga bersalah." Ia menghampiri Summer, membungkuk untuk memeluk tubuh mungilnya. "Tolong maafkan aku, Summer. Aku tidak seharusnya mengajarkan putriku untuk menyudutkanmu. Maaf karena aku telah meremehkanmu." Berbeda dari perlakuannya terhadap Gigi, Summer tidak langsung memaafkan wanita itu. Ia melepaskan diri dari pelukannya. Sambil menjauh sedikit, ia berkacak pinggang. "Apakah Anda sungguh-sungguh menyesal, Nyonya?" tanyanya membuat Gloria tersentak. "T-tentu saja," jawab wanita itu dengan wajah memelas. "Entah kenapa, aku merasa kalau kamu meminta maaf hanya karena takut kepada Papa," tutur Summer sembari memicingkan mata. Mendengar penilaian tersebut, Gloria membeku. Matanya berkedip-kedip, mencari petunjuk.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   180. Semua Orang Setara

    "Siapa nama Anda?" tanya Louis sembari memicingkan mata. Bibir Gloria bergetar saat menjawabnya, "Gloria Brown." Sambil tersenyum miring, Louis mengangguk-angguk. Tatapannya kemudian bergeser turun. "Dan kamu? Siapa namamu?" tanya Louis dengan sebelah alis naik mendesak dahi. "Georgina Brown. Semua orang biasanya memanggilku Gigi," jawab gadis kecil itu tanpa rasa takut. Ia terlalu bodoh untuk mengerti konsekuensi apa yang sedang menantinya. "Georgina Brown," gumam Louis seraya bergerak maju. Setibanya di hadapan anak itu, ia memiringkan kepala. "Siapa yang mengajarimu untuk berbicara seperti itu?" "Mama yang mengajariku. Mama bilang, semua orang punya status yang berbeda-beda. Aku hanya boleh berteman dengan anak-anak dari level atas." Summer terkesiap. Ia mendongak menatap Sky, berbisik, "Mama, bukankah itu ajaran yang salah?" Sky menempatkan telunjuk di depan mulut. "Sayang, mari kita serahkan hal ini kepada Papa. Saat ini, kita simak saja," bisiknya. "Oh, oke,"

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   179. Dia Sungguh Anak Louis?

    Gloria mendengus jijik. Sorot matanya penuh hinaan. "Apakah kau mengatakan bahwa status orang tuamu lebih tinggi dariku?" Summer menggeleng lugu. "Tidak. Aku tidak suka membanding-bandingkan. Aku hanya ingin mengatakan kalau kau tidak bisa meremehkan Papa begitu saja." Gloria tertawa kesal. Sambil melipat tangan di depan dada, ia menantang, "Memangnya siapa ayahmu?" "Orang-orang menyebutnya pria nomor satu di L City!" sahut Summer dengan mata berbinar. Semua orang tahu ia merasa bangga karena senyumnya sangat lebar. Sementara itu, mata Gloria menyipit. "Maksudmu, Louis Harper?" Summer mengangguk mantap. "Ya, itulah nama papaku. Apakah kau mengenalnya? Mungkin kalian berteman. Papaku dan suamimu sama-sama memimpin perusahaan besar." Bukannya takut, Gloria malah tertawa datar. "Louis Harper? Yang benar saja? Tuan kepala sekolah, Anda percaya dengan kebohongannya?" "Nyonya, apakah Anda tidak mengikuti berita selama liburan? Tuan Louis Harper memang ayah dari Summer," tutur sang

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   178. Tidak Bisa Diremehkan

    Summer duduk di kursi dengan kepala tertunduk. Kedua tangannya saling meremas di depan perut. Sekilas, ia tampak bersalah. Namun sebenarnya, ia sedang menahan kesal. Itu adalah hari kedua ia bersekolah. Ia berniat untuk belajar dengan sungguh-sungguh, membuat orang tuanya bangga. Namun ternyata, ia malah terlibat masalah. Saat ia sedang merenung itulah, tiba-tiba, suara berisik datang dari luar. "Di mana anak itu? Mana anak yang sudah berani mengganggu putriku?" Semua orang sontak menoleh ke arah pintu. Beberapa detik kemudian, Gloria Brown masuk dengan raut tak senang. Saat itu pula, tangisan Gigi kembali bergema. "Mama," ia berlari menuju Gloria. Belum sempat ia memeluk sang ibu, kedua lengannya ditahan. "Astaga, Sayang. Apa yang terjadi pada gaunmu?" tanya Gloria dengan mata terpelotot. Gigi meruncingkan telunjuk ke arah Summer. "Dia menumpahkan yogurt di gaunku. Guru-guru sudah berusaha untuk membersihkannya, tapi nodanya tidak mau hilang." Gloria sontak melirik

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   177. Pertengkaran Summer dan Gigi

    Bibir Summer menguncup. Sorot matanya tampak bingung. "Kenapa kamu berpikir kalau aku miskin?" "Bajumu jelek. Tasmu juga sepertinya sudah tua. Kamu harus pulang dengan menumpang mobil River karena orang tuamu malu menampakkan diri," terang Gigi dengan nada meremehkan. Summer mendesah berat seperti orang dewasa. "Gigi, kita tidak boleh menilai seseorang dari luarnya saja. Itu bukan perbuatan baik. Selain itu, kita juga tidak boleh membeda-bedakan teman berdasarkan kekayaan. Mama bilang, yang harus kita lihat dari diri seseorang itu adalah kepribadiannya. Kita seharusnya mencari teman yang baik, bukan teman yang kaya." Gigi memasang raut angkuh. "Kamu berani menasihatiku? Apakah kamu tidak tahu siapa aku?" Summer mengangguk. "Aku tahu. Kamu Gigi. Georgina Brown." "Apakah kamu tahu siapa ayahku?" Gigi menaikkan sebelah alis. "Kalau itu, aku tidak tahu. Haruskah aku berkenalan dengannya?" jawab Summer santai. "Ayahku adalah pemimpin Brown Group! Dia salah satu pengusaha p

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   176. Kenapa Aku Harus Malu?

    Louis dan Sky bertukar pandang. Mereka sama-sama khawatir pada putri kecil mereka. "Apa saja yang anak bernama Gigi itu katakan padamu, Sayang?" selidik Sky dengan nada serius. Summer pun berkacak pinggang. Ia ulangi semua perkataan Gigi dengan nada suara dan mimik wajah yang sama. Yang lain dengan serius memperhatikan. "Lalu, apa lagi yang dia katakan selain itu?" tanya Louis setelah Summer berhenti. "Tidak ada, Papa. Dia hanya mengatakan itu saja," geleng Summer lugu. "Apakah dia melakukan sesuatu yang buruk padamu?" selidik Sky lagi. Bibir Summer menguncup. Kepalanya condong ke kiri sedikit. "Tidak ada, Mama. Dia hanya menegaskan itu saja. Dia mau aku berhenti datang ke sekolah." "Lalu, apa yang kamu katakan padanya?" River juga penasaran. Tiba-tiba, suara Summer terdengar garang, "Aku berkata dengan tegas kalau dia tidak berhak mengatur hidupku. Meskipun dia melarangku untuk belajar di Sekolah Savior, aku tetap akan datang. Karena itu sudah menjadi rencanaku. Aku mem

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   175. Laporan untuk Orang Tua

    Melihat bagaimana Summer lanjut makan dengan tenang, Gigi tercengang. Ia tidak terima Summer berani membantah peringatannya. Namun, saat ia hendak mengungkapkan kekesalan, River sudah telanjur datang. Alhasil, ia hanya bisa tertunduk, menelan kejengkelannya bulat-bulat. "Summer, apakah kamu sudah selesai makan?" tanya River sambil duduk di kursinya tadi. Melihat makanan yang tersisa di baki si gadis kecil, ia menepuk-nepuk pundaknya. "Tidak apa-apa, Summer. Tidak perlu tergesa-gesa. Kunyah makananmu dengan benar. Jangan sampai tersedak," tuturnya, seperti orang dewasa. "Dan setelah makan, jangan lupa membersihkan wajahmu." Summer mengangguk-angguk. Begitu ia selesai makan, ia mengelap mulut dengan teliti. River membantunya membersihkan noda di hidung dan pipi. Menyaksikan hal itu, kekesalan Gigi semakin membara. Saat Summer dan River pergi melancarkan rencana, ia hanya bisa menatap punggung mereka dengan mata berkaca-kaca yang dihiasi guratan merah. "Lihat saja nanti. Aku

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   174. Rencana Summer dan River

    Sementara anak-anak dari meja sebelah kembali ke tempat masing-masing, River berbisik, "Summer, apakah kamu mempelajari itu dari rekening bank-mu?" "Ya!" seru Summer dengan mata bulat. "Aku melihat bagaimana nilai tabunganku di buku bank berubah. Aku meminta Mama untuk menjelaskannya." River mendesah takjub. "Wah, kurasa kau benar. Belajar itu tidak harus di sekolah, tapi bisa di mana saja. Buktinya, kau bisa mempelajari banyak hal dari satu buku bank." Summer terkikik geli. Ia suka dipuji, dan ia senang pengetahuannya berguna untuk membantu teman-teman yang lain. Sementara itu, Gigi tertunduk dan mulai meremas jemarinya sendiri. Kekesalannya sudah tidak bisa diatasi. "Summer betul-betul jahat. Dia telah merebut guru-guru dan teman-temanku. Gara-gara dia, semua orang mengabaikan aku hari ini. Dia perlu diberi peringatan," pikirnya sebal. Karena itu, begitu jam istirahat tiba, ia membuntuti Summer dan River. "Ayo, Summer. Kita harus cepat. Waktu kita terbatas, sedangka

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   173. Bintang Kelas

    "Maaf, Mrs. Ross. Semua anak sudah menjawab pertanyaan, kecuali Summer. Kurasa dia belum mengerti," tutur Gigi dengan nada iba. Mendengar itu, semua orang kompak menatap Summer. River yang sejak tadi fokus dengan dirinya sendiri mendadak merasa bersalah. Padahal, ia sudah berjanji untuk membantu Summer kalau ia mengalami kesulitan di kelas. "Summer, apakah kamu belum mengerti?" tanya River, mendahului Mrs. Ross yang baru sempat membuka mulut. Summer berkedip lugu. Senyumnya manis. "Aku mengerti," angguknya. "Summer," panggil Mrs. Ross dengan penuh perhatian, "kalau kamu memang belum mengerti, tidak apa-apa. Ibu guru bisa menjelaskannya lagi padamu." "Tidak usah, Mrs. Ross. Anda tidak perlu menjelaskan ulang. Aku sungguh sudah mengerti," Summer mengangguk-angguk lebih cepat. "Kalau kau memang sudah mengerti, kenapa kau diam saja sejak tadi?" celetuk Gigi, nyinyir. Summer mengedikkan bahu ringan. "Aku tidak mau menghambat pembelajaran. Aku hanya murid sementara di kelas ini.

DMCA.com Protection Status