Share

49. Bayangan Summer

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-24 15:03:00

Merasa iba, Sky pun menarik putrinya ke dalam dekapan. "Maafkan Mama, Sayang. Maaf Mama tidak bisa memberimu keluarga yang lengkap."

"Tidak apa-apa, Mama. Meskipun aku tidak punya papa, aku tetap bahagia. Ada Mama yang selalu sayang kepadaku. Kakek dan Nenek juga. Selama kita terus bersama, aku pasti akan baik-baik saja."

Keharuan sontak memenuhi hati Sky. Merasa bangga terhadap gadis kecil itu, ia pun mengecup keningnya berkali-kali.

"Kamu memang anak yang luar biasa, Sayang. Setelah ini, bagaimana kalau kita tidak usah pulang dulu? Kita kunjungi Bibi Emily di L City. Anggap perjalanan itu sebagai hadiah dari Mama karena kamu sudah bersikap bijak."

Mata Summer seketika membulat. "Mama serius? Apakah Kakek tidak akan marah kalau kita menemui Bibi Emily dulu? Dia menyuruh kita pulang besok."

Sky tertawa samar. "Ternyata kamu memang sudah lebih bijak sekarang, hmm? Tenang. Mama bisa membicarakan soal itu kepada Kakek. Dia pasti akan mengizinkan."

Tawa Summer akhirnya kembali men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Cory Cornelia
Louis baru sadar betapa pentingnya summer.. tapi summer sdh menjauh uuuuuhh...
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
akhirnyaaa.. louise kauuuuuuuuu baruuu merasakan itu waktu kehilangan.. nahnah..
goodnovel comment avatar
puji amriani
Orion belum menemukan faktanya apa ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   50. Kabar dari Orion

    Dengan mata berkaca-kaca, Louis membuka galeri di ponselnya. Perasaannya membaik saat melihat wajah si gadis kecil. Kebersamaan mereka terekam begitu indah di setiap foto yang ia simpan. "Kenapa baru sekarang aku sadar bahwa momen-momen ini begitu berharga?" sesal Louis sambil tersenyum sedih. Malangnya, belum selesai ia mengobati rindu, seseorang mengetuk pintu. Louis cepat-cepat menghapus air mata dan menegakkan badan. "Masuk." Seorang wanita muda berpakaian rapi pun masuk sambil membawakan beberapa lembar kertas. "Permisi, Tuan. Saya menemukan gambar-gambar ini saat merapikan meja," ia melirik meja di dekat jendela. "Saya tidak berani membuangnya. Mungkin ...." Sekretaris itu ragu sesaat. Ia letakkan lembaran kertas tersebut di hadapan Louis. "Anda ingin menyimpannya?" Louis tertegun melihat gambar yang terpampang di depannya. Itu adalah gambar bianglala yang Summer buat. Ia memang pernah melihat kertas itu sebelumnya. Namun, ia tidak tahu bahwa masih ada hal lain di sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   51. Louis Terguncang

    "Orion menelepon?" selidik Grace dengan sebelah alis berkerut. Louis mengangguk. "Dia bilang di sana juga heboh. Dia menyarankan aku untuk segera menanganinya." "Jadi, keputusanku untuk memajukan jadwal tepat, kan?" Grace meminta konfirmasi. "Ya," sahut Louis kaku, "kurasa itu tepat. Sekarang tugas kita adalah bagaimana caranya membuat para wartawan percaya. Mereka tidak boleh lagi meragukan hubungan kita." "Kau tahu, Louis? Aku punya ide yang sangat bagus untuk mengendalikan opini publik dengan cepat dan efisien." Louis menaikkan alis, tertarik. "Bagaimana caranya?" Tepat ketika Grace hendak menjawab, ponsel Louis berdering lagi. Louis pun menoleh. Mendapati nama Orion di layar ponselnya, wajahnya berubah kusut. Sementara itu, Grace berkedip kaku. Kecurigaannya muncul. "Kenapa dia meneleponmu lagi?" selidiknya. Louis menghela napas berat. "Entahlah." Ia tolak panggilan Orion. "Memangnya, apa yang kalian bicarakan tadi? Bukankah obrolan kalian sudah selesai? Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   52. Kebingungan Louis

    Melihat wajah pucat sang kekasih, Grace berbisik, "Louis, ada apa? Apakah ada masalah? Apa yang baru saja kau baca?" Louis menggeleng singkat. Masih dengan raut kaku, ia memasukkan kertas yang telah bergumpal itu ke dalam saku. Ia telah memutuskan. Ia tidak bisa terus mengabaikan hatinya, dan kali ini, logikanya sepakat. Ia memang harus membereskan masa lalu sebelum melangkah ke masa depan. "Ace, maaf. Ada urusan genting yang perlu kulakukan di L City. Aku harus pergi ke sana sekarang," tutur Louis dengan ekspresi tegang. Wajah Grace langsung mengernyit tak senang. "Sekarang? Kau lupa kita sedang apa?" bisiknya, penuh penekanan. Louis melirik ke arah para wartawan yang berbisik-bisik kebingungan. Ia tahu, mereka pasti akan gempar kalau ia pergi begitu saja. Namun, ia tidak mungkin mengabaikan Sky lagi. Ia tidak mau menjalani sisa hidupnya dengan rasa bersalah. Penyesalannya tidak boleh terlambat. "Ace," ia memegangi pundak sang kekasih dengan berat hati, "maaf. Aku tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   53. Terpental

    "Jelaskan kepadaku, apa yang terjadi kepada Emily?" tanya Grace setelah ia berdiri di hadapan Louis. Tatapannya dingin, seolah siap membekukan siapa pun yang membohonginya. Louis menatap Grace lekat-lekat. Rautnya juga kaku, tarikan napasnya berat. "Sesuatu terjadi pada Emily. Dia ingin aku segera menemuinya," jawabnya datar. Grace bersedekap. Dagunya sedikit diangkat, sama seperti sebelah alisnya. "Kau sudah mengatakan itu tadi. Aku ingin penjelasan yang lebih lengkap." "Aku belum tahu cerita rincinya. Yang kutahu, aku harus segera ke sana." Grace melirik saku jas Louis. "Memangnya apa yang tertulis di kertas tadi?" "Pesan agar aku kembali ke L City demi Emily," takut Louis sembari mengedikkan bahu. Alih-alih percaya, Grace mengulurkan tangan. "Tunjukkan kepadaku." Dahi Louis mengerenyit tak senang. "Kau meragukan aku?" "Terus terang saja, kau mulai mencurigakan sejak bocah itu datang. Kalau kau memang jujur, tunjukkan saja buktinya," tantang Grace tanpa meninggikan na

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   54. Seperti Seorang Cucu

    Summer kini berbaring sambil menatap langit-langit. Wajahnya mengernyit, mulutnya meringis. Bokong dan pinggangnya terasa sakit, begitu pula dengan kedua sikunya yang tadi membentur lantai. Kalau saja tidak ada ransel di punggung, kepalanya pasti sudah ikut terbentur. "Astaga, Frank! Anak siapa yang kau tabrak ini?" Kara berlutut, memeriksa keadaan sang balita. Sementara itu, Frank berdiri dengan mulut ternganga. Bola matanya bergetar, ingatannya tertarik ke masa silam. Dulu, pertama kali ia bertemu Emily, ia mengalami hal serupa. Emily kecil juga menabraknya dan terpelanting seperti itu. Ia terjatuh dengan pose yang sama. Arah jatuh bonekanya juga. Yang lebih mengejutkan, bocah itu tampak mirip dengan Emily! Warna matanya bahkan abu-abu juga. Hanya rambutnya yang berbeda. Bocah itu berambut keriting, persis seperti .... "Sky?" Frank tanpa sadar menyuarakan isi pikirannya. Mendengar nama sang ibu, Summer mengerjap.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   55. Kecurigaan Frank

    Summer tersenyum melihat betapa lembut Kara mengoles salep di sikunya. Ia bisa merasakan kasih sayang yang tulus. Hal itu mengingatkannya kepada Alice. "Terima kasih, Nyonya Harper. Kau baik sekali, persis seperti nenekku. Oh, aku jadi mendadak rindu kepadanya," ucap Summer manis. Mendapat pujian semacam itu, hati Kara menghangat. "Apakah Alice juga sering mengobatimu seperti ini?" "Ya, aku lebih suka Nenek yang mengobatiku. Kalau Mama yang melakukannya, dia pasti mengomel." Kara terkekeh gemas. "Itu karena ibumu terlalu sayang padamu. Dia sedih karena kamu terluka, tapi dia tidak mau menampakkannya. Jadi dia mengomel." "Apakah dulu kamu juga mengomel setiap kali Bibi Emily terjatuh?" Kara mengangguk. "Ya. Kurasa, setiap ibu yang terlalu sayang kepada anaknya pasti begitu. Kami mengomel supaya anak-anak kami lebih berhati-hati lain kali. Sekarang," Kara menunjukkan beberapa plester lucu di telapak tangannya. "Mana yang harus kita gunakan untuk menutupi lukamu?" Selagi Kar

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   56. Demi Kebaikan Bersama

    "Louis benar-benar sudah keterlaluan. Bisa-bisanya dia menggunakan kehamilanku sebagai tameng? Apakah dia lupa bahwa ucapan adalah doa? Bagaimana kalau kebohongannya menjadi kenyataan? Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan bayi-bayiku," omel Emily setelah keluar dari lift. Sudah sejak tadi Emily berusaha menahan amarahnya. Sekarang, karena tidak ada orang asing di sekitar mereka lagi, ia sudah bisa meluapkannya. "Dan lihat efek sampingnya. Aku jadi harus membuang waktu demi bersandiwara di rumah sakit. Aku seharusnya sudah bekerja sejak tadi. Tapi sekarang, agenda-agendaku jadi mundur semua." "Sabar, Princess. Mungkin Louis melakukan itu karena terdesak. Dia sudah tidak bisa memikirkan alasan lain," Cayden mengelus punggungnya. Akan tetapi, Emily tetap cemberut. Matanya kini melirik Orion dengan sinis. "Ini juga salahmu. Kalau saja kau memberitahuku sejak awal, kegemparan ini tidak akan terjadi. Kita bisa bertindak lebih awal, dan Louis tidak akan meninggalkan pers," geru

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   57. Strategi Keluarga Harper

    "Sayang," Kara mengguncang tangan sang putri, "jaga bicaramu. Ada Cayden di sini. Kau lupa kalau Grace adalah sepupunya? Di samping itu, kita juga wanita. Kita tahu rasa sakit yang akan dideritanya kalau Louis memilih Sky." "Aku bukannya ingin Grace terluka, Ma. Tapi memang begitulah seharusnya. Dia justru akan lebih menderita kalau menikah dengan pria yang tidak mencintainya. Apalagi, jika pria itu sudah punya anak di luar nikah. Itu pasti sangat menyakitkan." Kara melirik Cayden. Ia merasa tidak enak hati terhadap menantunya. Namun, sebelum ia sempat meminta maaf, Cayden berkata, "Tenang, Ma. Aku sepakat dengan Emily. Aku bahkan pernah meminta Louis untuk menimbang ulang hubungannya, karena aku tahu, dia dan Grace sebetulnya tidak saling cinta. Mereka hanya terjebak dalam logika tentang pernikahan yang ideal. Lagi pula ...." Cayden tersenyum kecut. "Aku juga sudah curiga saat pertama kali melihat Summer. Dia mirip dengan Louis kecil." Kara menghela napas panjang. Ia sed

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28

Bab terbaru

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   198. Pasangan yang Manis

    Merasakan Summer bergerak-gerak di sampingnya, River pun terbangun. Ia bangkit duduk, berbisik sambil mengusap mata, "Summer, ada apa? Apakah kamu mimpi buruk?" Summer menggeleng lemah. Matanya masih mencari-cari. "Tidak." "Apakah kamu takut ada ular yang masuk? Kamu masih trauma dengan pengalaman buruk buruk yang tadi kamu ceritakan kepadaku?" "Tidak, River. Bukan itu." "Apakah kamu merindukan orang tuamu?" Summer akhirnya menatap River dengan wajah lusuhnya. "Tidak juga. Aku bersama kamu dan yang lain di sini. Untuk apa aku merindukan orang tuaku yang sedang berbulan madu? Biarkan saja mereka bersenang-senang berdua." River menggaruk-garuk kepala. "Lalu apa yang membuatmu resah?" "Aku mencari kantung tidurku. Aku selalu memakainya setiap kali camping. Aku tidak bisa tidur nyenyak kalau tidak ada dia," sahut sang balita, serak. Dengan penerangan dari lampu cas yang sudah sangat redup, River pun membantu Summer mencarinya. Ternyata, kantung tidur Summer masih terlipa

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   197. Pembawa Kehangatan

    Briony tidak mampu lagi berkata-kata. Kejujuran Summer sudah seperti skakmat baginya. Melihat diamnya sang bibi, keresahan Summer kembali meradang. Ia maju sedikit, berbisik, "Tapi sekarang, aku sudah sadar kalau tindakanku itu salah, Bibi. Aku tidak seharusnya ikut campur persoalan orang dewasa. Karena itu, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Bibi mau kan memaafkan aku?" Briony mengerjap. Matanya terpaku pada wajah bulat yang mengharapkan maafnya. "Kamu janji tidak akan menjodoh-jodohkan aku dengan siapa pun lagi?" tanyanya, memastikan. Summer mengangguk. "Ya. Seperti yang Paman Brandon bilang, Bibi butuh waktu untuk memulihkan hati. Kesedihan Bibi tidak bisa langsung hilang hanya dengan memiliki pasangan. Aku sudah mengerti tentang itu." Alis Briony melengkung tinggi. "Brandon bilang begitu?" Summer mengangguk. "Karena itu, tolong jangan marah padaku lagi, Bibi. Aku sudah bertobat. Aku tidak akan mengulangi kesalahan." Briony terdiam sejenak, mencerna keadaan.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   196. Kepedulian yang Tulus

    Briony menghela napas cepat. Sebelum gadis itu kembali bertengkar dengan keponakannya, Brandon menyela, "Summer, sudah berapa jauh progres kalian?" "Sedikit lagi kami selesai, Paman!" "Ya, tersisa tiga lilitan lagi. Tapi kurasa ini akan memakan waktu lebih lama. Tali yang terulur sudah sangat panjang," imbuh River sambil terus bekerja. Keringat telah membutir di keningnya. Briony memutar bola mata. Ia benar-benar sudah tak nyaman. Ia ingin keluar dari situasi itu dengan segera. Karena itu, begitu lilitan tali terlepas, ia cepat-cepat bangkit dan melangkah pergi. Melihat sikap dingin sang bibi, Summer kembali diliputi rasa bersalah. "Oh, tidak. Bibi sungguh-sungguh marah kepadaku," gumamnya sambil mencebik. "Jangan berpikiran negatif dulu, Summer. Siapa tahu bibimu pergi karena malu," River mencoba untuk menenangkan. "Tapi Bibi tidak pernah mengabaikan aku begitu. Paman Brandon, apakah sikapku tadi sudah keterlaluan?" tanya Summer dengan mata berkaca-kaca. Saat ini,

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   195. Briony Kesal

    "Paman Brandon dan Bibi Briony kan sudah dewasa. Kalian sama-sama belum mempunyai pasangan. Bukankah tidak apa-apa kalau kalian berdua berciuman?" tanya Summer sambil menahan tawa. Meski demikian, kegelian tetap lolos dari mulutnya.Mendengar pernyataan semacam itu, Briony menghela napas tak percaya. "Summer, apakah kau lupa berapa umurmu? Kamu itu masih kecil. Belum saatnya kamu membicarakan tentang pasangan dan ciuman!""Apa masalahnya, Bibi? Bukan aku yang akan berciuman, tapi Bibi dan Paman Brandon!"Pipi Briony semakin memanas. "Kami tidak akan berciuman, Summer. Kami hanya berteman!" tegasnya, kesal.Sementara itu, Brandon melirik River. Ia merasa ulah keponakannya itu sudah melewati batas. "River, apakah ini idemu? Kau mengajari Summer hal yang tidak pantas lagi?" "Tidak, Paman. Bukan aku! Itu ide Summer!" Sambil tertawa, Summer mengaku. "Tolong jangan memarahi River, Paman. Ini memang ideku. Aku sedang bereksperimen tentang cinta. Aku ingin membuktikan apakah dua orang yang

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   194. Jebakan untuk Briony dan Brandon

    "Wow! Eksperimen kalian memang keren! Selamat, Summer, River. Kalian berhasil melakukannya dengan benar. Menyusun stik es krim agar reaksi berantainya tidak putus bukanlah hal yang mudah," puji Brandon, membuat mata para bocah berbinar-binar. "Paman benar! Susunan stiknya memang rumit dan sulit untuk dilakukan!" seru River sambil mengangguk yakin. "Untung saja kerja sama kami baik. Eksperimen terselesaikan dengan sempurna!" lanjut Summer bangga. "Omong-omong, Paman, Bibi, apakah kalian punya waktu untuk kami? Masih ada satu eksperimen yang perlu kami lakukan, tapi kami tidak bisa melakukannya berdua." Brandon dan Briony mengangkat alis. "Eksperimen apa?" tanya mereka bersamaan. Summer dan River saling lirik dan bertukar senyum. Selang beberapa saat, Brandon dan Briony telah berdiri di tengah pekarangan. Mereka menghadap satu sama lain dengan jarak sekitar 10 meter. Masing-masing dari mereka menggenggam ujung dari seutas tali. "Hei, Summer, apakah tali itu tidak kepanjanga

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   193. Kisah Cinta yang Miris

    Selama beberapa saat, Summer membiarkan River mengamati hasil eksperimennya. Setiap bocah laki-laki itu berdecak kagum, hati Summer berbunga-bunga. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri karena telah berhasil membuat percobaan yang mengagumkan. "Wow, apakah ini kertas daur ulang?" River menyentuhkan telunjuk mungilnya pada sebuah kertas tebal dengan permukaan tak rata dan warna yang agak kusam. Summer mengangguk mantap. "Ya, itu adalah percobaan ketigaku, tapi hasilnya belum memuaskan. Aku akan mencoba untuk membuatnya lagi sampai hasilnya sebagus kertas biasa." "Apakah kalau sudah berhasil, kau mau menjualnya?" Bibir Summer mengerucut. "Entahlah, aku belum yakin tentang itu. Mungkin, aku akan menggunakannya untuk mencetak buku-bukuku terlebih dahulu. Setelah itu, baru aku akan memperluas penggunaannya. Aku berharap, dengan adanya kertas daur ulang ini, penebangan pohon bisa berkurang. Orang-orang tidak perlu menggunakan kertas baru. Kertas-kertas lama juga bisa." River men

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   192. Eksperimen Summer

    Tiba-tiba, Summer dan River melangkah mundur. Namun, setelah hitungan ketiga, mereka malah berlari maju. Mereka tanpa ragu menabrak Brandon dan Briony. Saat mereka terpental dan jatuh ke lantai, mereka malah tertawa terpingkal-pingkal. "Summer, kamu benar! Kita terpental karena gaya dorong yang kita berikan kembali kepada kita!" ujar River seraya mengatur napas. "Itulah Hukum Newton ke-3. Aksi sama dengan reaksi! Sekarang, bagaimana kalau kita beralih ke agenda selanjutnya? Ayo ke ruang eksperimen dan memulai eksperimen yang sesungguhnya!" "Ayo!" Kedua bocah itu bergegas bangkit dan berlari ke pekarangan barat. Melihat kecepatan mereka, Brandon dan Briony hanya bisa berkedip-kedip dengan mulut ternganga. "Astaga .... Apa yang salah dengan mereka? Apakah mereka mengira kita ini benda mati? Mereka bahkan tidak sempat meminta maaf sebelum pergi," desah Briony, tak habis pikir. Ia tidak sadar jika tubuhnya masih menempel pada Brandon. Sambil menghela napas, Brandon mengusi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   191. Dijodohkan

    "Sampai jumpa, Mama, Papa! Semoga perjalanan kalian lancar! Bersenang-senanglah bersama penguin di Kutub Selatan!" ujar Summer sembari melambaikan tangan dengan sekuat tenaga. Senyumnya semringah, kakinya sesekali melompat. Louis dan Sky balas melambai dari jendela mobil mereka. "Sampai jumpa nanti, Sayang. Jangan lupa pesan Mama! Jadilah anak baik. Jangan membuat masalah selama Mama dan Papa pergi, oke?" pesan Sky dengan mata berkaca-kaca. "Tenang, Mama. Aku ini anak baik. Aku tidak mungkin membuat masalah. Mama dan Papa fokus pada bulan madu saja!" angguk Summer sambil berkacak pinggang. Dari sisi Sky, Louis menunjuk sepupunya. "Briony, tolong awasi Summer dengan baik. Kami percayakan dia kepadamu," tuturnya serius. "Kurasa tidak ada yang perlu kuawasi, Louis. Putrimu adalah anak yang cerdas dan manis. Lagi pula, bukan hanya aku orang dewasa yang ada di rumah ini," celetuk Briony ringan. "Ya, ada Kakek, Nenek, Bibi Emily, Paman Cayden, Paman Russell, dan Paman Brand

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   190. Rencana Bulan Madu

    Louis meringis. Sambil mengelus kepala sang putri, ia memberi penjelasan, "Papa dan Mama tidak mau mengganggu pikiranmu. Kami berencana untuk membicarakannya setelah kamu memutuskan untuk lanjut bersekolah atau belajar mandiri." "Papa dan Mama seharusnya tidak perlu menunggu. Itu sama sekali tidak mengganggu pikiranku," geleng Summer lucu. "Jadi, kau tidak keberatan kalau ayah dan ibumu pergi berbulan madu?" selidik Brandon, penasaran. Summer mengangguk. "Tentu saja tidak. Orang yang baru menikah memang seharusnya pergi berbulan madu, seperti Paman Cayden dan Bibi Emily. Gerry dan Merry juga." "Benarkah? Kamu tidak keberatan kalau Mama dan Papa berpergian berdua, sedangkan kamu di rumah?" tanya Sky spontan. Summer mengerjap. "Oh? Aku tidak ikut?" Para orang dewasa sontak menggigit bibir menahan geli. Sementara itu, River menjawab, "Tentu saja kau tidak boleh ikut, Summer. Itu bulan madu, bukan liburan. Hanya pengantin baru yang akan berangkat. Kehadiran orang lain hanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status