"Wah, banyak lagi ya, Mbak Wen," ucap Astrid yang baru datang sambil merapikan toque lalu berdiri di sisi Wendy membaca whiteboard di mana barisan daftar menu sudah tercatat di sana. "Tapi, enggak kayak kemaren," balas Wendy kemudian menyambut anak-anak kru dapur lain yang datang. Mereka berbaris mendengarkan Wendy dalam briefing pagi sebelum mengerjakan deretan tugas yang harus diselesaikan termasuk pembagiannya. Setelah berdoa bersama, Wendy bergegas untuk mengecek peralatan dan bahan-bahan yang akan dibuat sementara tim satu mulai membuat adonan opera cake--roti almond sponge dari Prancis yang setiap lapisan diolesi butter cream kopi dan ganache cokelat. Sehingga setiap gigitan terasa mewah di lidah karena kombinasi sempurna antara cokelat, kopi, dan almond jadi satu dalam tesktur yang lembut. Di tim lain fokus pada olahan croissant yang sudah dimodifikasi Wendy dengan isian daging ayam asap, keju, tomat hingga selada berbentuk mini sehingga mirip dengan sandwich. Adonan tepun
"Wen!" panggil Bimo menangkap gadis itu keluar dari ruang karyawan usai shift berakhir. Tanpa menoleh, Wendy mempercepat langkah kaki yang terbalut sepatu kets hitam dan mengabaikan suara Bimo yang masih meneriaki namanya. Dia terlalu malas berinteraksi dengan Bimo di saat kesialan hari ini mendera Wendy tanpa henti. Setelah mendapat teguran dari tamu, dia juga mendapat omelan dari Lucy yang mengatakan kalau seharusnya Wendy mengonfirmasi terlebih dahulu menu yang akan diubah bukannya memutuskan seenak jidat. Lagi-lagi gadis bermata bulat itu berkelakar kalau sajian yang dihidangkan tak beda jauh dari sandwich croissant, malah lebih cepat daripada pembuatan croissant. Sayangnya, Lucy tidak menerima alasan apa pun dari Wendy karena dianggap tidak melaksanakan pesanan tamu. Sepertinya semesta sedang tidak berpihak kepada Wendy kala kakinya tidak berkoordinasi dengan baik sampai tersandung. Wendy mengaduh kesakitan saat kedua lututnya membentur keramik hotel membuat Bimo berlari mengha
"Halo, Chef!" sapa Wendy yang sedang membawa bak berisi baju kotor dan menangkap sosok Bimo keluar kamar sambil menguap lebar. "Bajumu aku cuciin enggak?""Hah!" Bimo menganga tak mengerti karena nyawanya masih belum lengkap dari alam bawah sadar. "Celana dalam?" Wendy mengulurkan tangan mengisyaratkan agar lelaki itu menyerahkan baju kotor untuk dicuci."Hah?""Ha he ha he aja nih! Aku mau nyuci baju mumpung libur, Mas!" gerutu Wendy gemas. "Biar bajumu kucuci sekalian.""Kayaknya kalau celana dalam jangan deh, aku malu," cicit Bimo menggaruk rambutnya. "Lagian aku juga libur, Wen.""Ya udah bagi tugas aja. Mas Bimo bersih-bersih, aku yang cuci dan setrika," usul Wendy. "Nanti kita masak bareng."Bimo mengangguk setuju lantas masuk ke dalam kamar untuk mengambil pakaian kotor yang ada dalam keranjang baju. Sementara Wendy bergegas ke kamar mandi berukuran cukup luas sampai mampu menampung mesin cuci. Bimo menyusul dan membantu gadis itu mengambil bak besar untuk diisi air bersih. Be
Rasanya pagi ini tubuh Wendy serasa dipukuli orang sekampung. Selagi berjalan menuju dapur hotel, dia menguap lebar merasa jam tidurnya kurang. Betul kata Bimo kemarin, seharusnya mereka pulang lebih awal daripada harus hang out seharian penuh sekadar memenuhi hasrat untuk healing. Pagi ini mereka hampir terlambat akibat bangun kesiangan kalau bukan alarm milik Bimo yang terdengar seperti pemadam kebakaran membuyarkan bunga tidur gadis itu.Sejujurnya, Wendy tak dapat tidur nyenyak setelah semalam dia mendapat kecupan di kening sewaktu duduk di bibir pantai Tanjung Benoa. Mungkin orang lain akan menganggap ciuman biasa itu sesuatu yang tidak berarti karena mereka suami-istri yang sedang manis-manisnya menjalani bahtera rumah tangga. Tapi, bagi Wendy, kecupan sore itu menimbulkan sesuatu yang lain di hati sampai-sampai debaran di dadanya enggan tuk berhenti. Meski bukan kali pertama, entah kenapa tatapan Bimo kemarin dan semua perlakuannya begitu beda.Ah, jangan keburu baper, Wen!Ala
Guyuran air hangat membasahi tubuh Wendy untuk mengumpulkan puing-puing kesadaran juga merutuki kesalahan serta kenikmatan terbesar dalam hidupnya. Dia memejamkan mata, meremas dadanya sendiri seakan ingin meredam jantung yang tak berhenti berdebar-debar. Diraba tengkuk leher, otomatis bulu romanya berdiri karena masih bisa merasakan jejak Bimo berada di sana. Sensasi itu kembali bergerombol memenuhi perutnya menciptakan sebuah rasa yang tak dapat didefinisikan. Wendy menengadahkan kepala, menyisir rambut basah yang disiram air dari shower entah harus bagaimana jikalau berhadapan dengan Bimo nanti. Canggung juga malu.Sungguh tak disangka kalau perjanjian itu akan dilanggar oleh mereka sendiri, khususnya Wendy. Dia tidak bisa menyalahkan Bimo pun tak bisa merutuk godaan terlarang itu. Wendy menelengkan kepala, bibirnya tertarik membentuk sudut miring mengetahui bahwa tidak akan ada manusia yang bertahan jika terjebak dalam situasi seperti kemarin. Sepertinya Wendy memutuskan untuk ti
Sudah hampir lima belas menit mungkin lebih ketika tak ada suara yang keluar dari bibir mereka kecuali angin laut yang berhembus cukup kencang menerpa dan menggoyangkan rambut Wendy. Hanya memandang lurus ke arah gulungan ombak tengah mengecup manja pantai Sawangan meninggalkan buih di atas pasir putih. Dua sejoli itu terlalu lama tenggelam dalam sesuatu yang tak dapat diukur oleh apa pun bahkan debaran dalam dada mereka sepertinya tak terkalahkan dengan deburan ombak di sana. Wendy berpaling, mengamati garis rahang Bimo dipahat tegas oleh Sang Pencipta seraya menerka-nerka apa yang sedang dipikirkan lelaki di sampingnya ini. Apakah tentang permainan panas mereka? Apakah Bimo akan mengatakan kalau itu cuma kesalahpahaman yang perlu dilupakan walau meninggalkan benih di rahim Wendy? Atau ... opsi lain, Bimo telah membuka hati setelah percintaan itu?Sepertinya pilihan ketiga adalah mustahil kecuali kepala Mas Bimo terbentur batu karang.Sejauh yang diketahui Wendy dalam novel-novel ha
"Hei, lagi apa, Wen?" tanya Bimo seraya membawa dua cangkir teh hangat ketika Wendy tengah duduk di balkon sambil menulis sesuatu. "Aku udah nyiapin makan malam kok belum dimakan?"Wendy mendongak dan membantu Bimo meletakkan cangkir itu di atas meja bundar berpelitur cokelat mengilap yang terbuat dari bahan kayu jati. Menghirup sejenak aroma teh chammomile yang diberi irisan lemon sebagai penambah imun tubuh lantas berkata, "Makasih. Iya, nanti juga aku makan, Mas.""Bikin apa sih? Serius banget." Bimo melongok untuk melihat apa yang sedang ditulis oleh istrinya di atas buku catatan.Wendy menunjukkan buku catatannya yang berisi tulisan mengenai ide dessert yang kiranya cocok untuk perayaan ulang tahun hotel. Bimo menerimanya dan membaca deret ide resep hidang penutup kontinental serta ada desain kue setinggi setengah meter sebagai acara puncak. Pasti chef Teguh sudah menyuruh Wendy, pikir Bimo. Bisa dilihat kalau rancangan kue itu membentuk bangunan hotel D'amore berupa setengah lin
Dunia Bimo seakan berhenti berputar bahkan ketika raga itu berada di dapur untuk mengawasi kru menyiapkan jamuan. Benaknya juga hampa berganti rasa rindu yang dipendam kini tumpah ruah memenuhi relung dada. Meski pada akhirnya lelaki bermata sayu itu sedikit mulai merelakan perempuan yang pernah meremukkan hati, nyatanya suara lembut Risya kembali memenuhi setiap aliran darah Bimo seperti menorehkan kembali harapan yang sempat pupus. Entah harus senang karena yang dipujanya kembali atau membiarkan masa lalu tetap berlalu.Setelah mendapat telepon dari Risya kemarin, Bimo langsung masuk ke kamar begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Wendy. Sampai sekarang pun bibirnya seperti dipaksa bungkam untuk tidak menceritakan kalau mantan tunangannya datang lagi. Jika Wendy sampai tahu, Bimo yakin semuanya akan runyam."Aku minta maaf udah ninggalin kamu, Bim," ujar Risya terdengar bersalah. "Maaf juga baru bisa bilang hari ini karena..." mendadak dia sesenggukan tak sanggup merelakan mantannya
Mungkin ini yang dinamakan kekuatan cinta sejati, ketika dua hati sempat terpisah ingin bersatu kembali. Semesta seakan turut andil memberikan jalan selebar mungkin untuk Bimo dan Wendy mengurus pembatalan perceraian mereka. Pasangan dimabuk asmara itu benar-benar dibuat sibuk, salah satunya Bimo mengajukan verzet agar keputusan verstek yang diterimanya bisa dibatalkan. Bimo berkata kepada hakim bahwa dirinya tidak hadir di persidangan beberapa waktu lalu karena hendak menyusul Wendy dan meyakinkan istrinya untuk rujuk kembali. Dia juga berkata kalau tidak ingin bercerai dari Wendy dan bersedia menerima hukuman atas perbuatannya. Alhasil, hakim meninjau perkara tersebut termasuk menanyakan kepada Wendy lagi apakah keputusan untuk membatalkan perceraian itu memang benar adanya atau tidak. Tentu saja yang ditanya langsung menjawab tegas tanpa ada keraguan sedikit pun. Dia berkata kalau sudah memaafkan kesalahan Bimo dan bersedia memberikan kesempatan kedua. Wendy menambahkan bahwa diri
Tuhan, apakah ini adalah kesempatan yang Kau berikan untuk kami?Wendy masih memandang lurus ke dalam bola mata Bimo yang dipenuhi ketulusan dan kejujuran tanpa ada kebohongan yang sempat menyelinap di sana. Perasaannya tercampur aduk tidak menyangka jika Bimo akan melakuakn hal gila seperti ini setelah proses perceraian mereka. Masih tergambar jelas penolakan Bimo padanya manakala mediasi dilakukan. Tapi, kali ini? Tuhan telah membalikkan hati Bimo, meluluhkan keegoisan lelaki itu berganti keputusasaan yang menyiratkan kalau Bimo tidak bisa hidup bersama Wendy. Mata berkaca-kaca lelaki yang masih bertekuk lutut ini menunjukkan sebuah harapan besar bahwa Wendy akan menerima cincin kawin yang pernah dikembalikannya sebelum pergi. "Aku mencintaimu dan selalu mencintaimu," ujar Bimo lagi, "walau terlambat."Bagai karang dihantam ombak dahsyat dan tak mampu membendung lautan ganas, dinding yang dibangun Wendy susah payah untuk menghindari Bimo nyatanya tetap bisa diruntuhkan. Dia menutup
Guyuran air hangat dari pancuran langsung turun bersamaan membasahi setiap inci kulit Bimo, meluruhkan segala kekalahan yang didapatnya. Tidak hanya sekali namun sudah berapa kali dia menelan pil pahit akibat ditolak Wendy. Dia menghitung hari, waktu berjalan terlalu cepat baginya. Apakah dunia juga tidak sedang memihak Bimo walau hanya sekali?Semalam sampai dini hari sosok Wendy tak kunjung muncul membuat Bimo frustrasi setengah mati. Walau menelepon ke nomor barunya yang diperoleh dari Ketut juga tidak mempan. Seakan Wendy telah berhasil membangun dinding kokoh yang tinggi dan tidak dapat ditembus oleh siapa pun. Alhasil, atas saran satpam yang menemaninya kemarin, Bimo diminta beristirahat di hotel Aberoi untuk mengistirahatkan diri di tempat yang hangat daripada tidur beralaskan jaket bagai orang jalanan.Mematikan keran shower, lantas meraih handuk putih dan melingkarkannya ke pinggul, Bimo berjalan menuju wastafel dan bercermin menatap wajah pecundangnya. Dia benar-benar berant
"Siapa itu?" chef Indra kembali bertanya namun tak dijawab ketika Bimo bergerak maju menghampiri Wendy. Alih-alih merespons, Wendy malah bergeming seolah kehilangan seluruh kosakata dalam kepala. Lidahnya kelu walau garis bibirnya terbuka berharap ada satu kata bisa keluar dari sana. Namun, ternyata tidak. Bahkan sekadar menarik napas pun Wendy mendadak amnesia meski dadanya kini dilanda sesak akibat serangan kenangan menerjang tanpa permisi. Jangan tanyakan bagaimana degupan jantung Wendy, mungkin sebentar lagi dia akan lelah karena terlalu cepat memompa darah agar kewarasan gadis itu tetap terjaga. Tidak menyangka bahwa pengaruh kehadiran Bimo yang tiba-tiba seperti ini masih menimbulkan efek yang besar di tubuh Wendy. Dunia sepertinya berhenti berputar menyisakan dua manusia yang pernah terlibat dalam satu ikatan perasaan. Bahkan suara tegas chef Indra juga deburan air laut yang pasang surut pun dianggap angin lalu di telinga Wendy. Seluruh perhatiannya justru tertuju pada sosok
Wendy sudah menduga bahwa tak seharusnya menerima tawaran lelaki berkemeja putih di depannya semanis apa pun imbalan yang diberikan. Begitu keluar dari area dapur dan memilih tempat makan outdoor yang berhadapan langsung dengan pantai Medana, ratusan pasang mata langsung memperhatikan mereka. Berkusu-kusu dan menafsirkan isu apa yang pantas disematkan kepada pastry chef tersebut. Wendy menundukkan wajah, risih jika harus menjadi atensi tuk ke sekian kali. Kenapa kemarin tidak terpikirkan makan di warung kaki lima? Kenapa pula harus di tempat di mana CCTV dan mulut-mulut penuh cerita dusta itu berada?Cuaca sepertinya sedang bersahabat dengan sang EHC tersebut. Terbukti bulan sudah muncul di atas sana tanpa ragi-ragu awan mendung akan menutupinya. Rembulan tampak indah menerangi kota dengan pendar kuning menyala dan memantulkannya ke lautan. Suhu udara terasa sejuk, setelah siang tadi sempat diguyur hujan walau hanya sebentar. Mungkin ingin mendinginkan panas yang menyelimuti sekitar a
"Galaxy macarons satu paket!" teriak barker ke arah kru kitchen. Wendy baru saja menyelesaikan pengisian macarons dengan isian butter cream yang diberi pewarna makanan biru. Tampak senada dengan perpaduan warna ungu-biru-hitam ditaburi silver shimmer. Dia tidak menyangka kalau ide yang sebenarnya hanya pengembangan tren makanan serba bertema langit galaksi beberapa tahun silam menarik minat tamu terutama anak-anak. Manalagi Wendy membuatnya dalam ukuran sekali gigit sehingga anak-anak maupun dewasa bisa menikmatinya berulang kali. Dibantu commis, Wendy meletakkan secara hati-hati ke dalam boks hitam doff yang sudah didesain seperti suasana di luar angkasa lengkap dengan gambar astronout. Lantas menyerahkannya kepada barker untuk di antar ke kasir. Dia juga membawa semangkuk es krim galaksi yang siap dibawa ke meja pelanggan. Aroma butter juga vanila berbaur menjadi satu memenuhi tiap sudut dapur saat bawahan Wendy mengeluarkan kue-kue dari pemanggang. Edisi spesial menjelang peray
"Pak Bimo enggak hadir sidang beberapa kali jadi pengadilan mengeluarkan putusan verstek. Semisal mantan suami Mbak Wendy tidak mengajukan banding, putusan tersebut berkekuatan hukum tetap dan tidak bisa diganggu gugat," jelas Putu."Makasih, Pak atas bantuannya," kata Wendy melalui sambungan telepon. "Suratnya dikirim melalui pos saja ya, Pak!""Baik."Setelah memutus panggilan dengan pengacara, Wendy tertegun beberapa saat di dalam rumah kontrakannya seraya merangkul lengan. Mengamati ke arah teras yang ditumbuhi tanaman hias, pikiran Wendy justru kosong. Padahal seharusnya dia berbahagia sudah terlepas dari jerat pesona lelaki itu. Namun, kenapa malah sebaliknya? Kenapa jiwanya seperti terisap oleh mesin raksasa menyisakan raga? Ada sesuatu yang hilang tapi tidak dapat didefinisikan Wendy. Dia berusaha mencari-cari kata yang pas untuk menggambarkan suasana hatinya.Nihil. Dia bingung dengan perasaannya sendiri, memaksa bibir untuk mengulum senyum pun tak bisa. Bukankah ini yang di
Sakit fisik dan tekanan batin dalam waktu bersamaan memang tidak menyenangkan Walau diizinkan rehat selama beberapa waktu, nyatanya tidak bisa mengusir kegundahan yang masih setia membelenggu Bimo. Dia duduk seorang diri di depan layar televisi yang menampilkan film Armageddon di mana tokoh perempuan tengah berseteru dengan ayahnya karena tidak mendapat restu untuk menjalin hubungan dengan tokoh utama pria. Melihatnya, Bimo serasa ditarik ke masa-masa saat Wendy mengajukan ide untuk menonton film yang bersama dan berakhir dengan cumbuan panas.Tapi sekarang, adegan-adegan di depannya bagai angin lalu yang tidak dapat dicerna kepala Bimo. Dia seperti manusia yang tidak memiliki semangat untuk hidup walau sudah diberi penyemangat bahwa suatu saat pujaan hatinya akan kembali. Bimo menepis harapan itu dan menganggap kalau dirinya memang pantas dihukum oleh semesta atas keserakahannya dalam mempermainkan cinta. Sinar mata Bimo kian redup hari demi hari pun bobot tubuhnya turun drastis mem
"Nah, ini kan adonannya kalian bagi jadi empat bagian terus kasih aja pewarna makanan hitam, merah muda, ungu, dan sisanya putih. Baru kalian tata di wadah lain terus susun mungkin bisa dari warna hitam dulu. Taruh di sudut-sudut wadah, terus timpa di sebelahnya dengan warna ungu lanjut pink sampai putih begitu seterusnya," jelas Wendy saat mendemonstrasikan pembuatan es krim galaksi di working table. "Setelah selesai bisa kalian taburi sprinkle bintang emas ini. Nah, waktu es krimnya sudah jadi tuh untuk finishing bisa kalian taburin sedikit bubuk silver biar makin cantik.""Penyajiannya tetep pakai mangkuk atau yang lain Mbak Wen?" tanya salah satu cook helper. "Pakai mangkuk bisa atau charcoal cone," jawab Wendy. "Bahan-bahan yang kemarin saya minta sudah ada kan, Chef?" sambungnya pada chef Indra. "Iya, mau datang hari ini kok. Nah, Wendy juga punya ide bikin truffle galaksi, tapi untuk lapisannya kita akan buat seperti sembilan planet ya, Wen," ujar lelaki berambut ikal itu.