Separuh jiwa yang sempat mati kini hidup lagi setelah kembali menjalin komunikasi dengan pujaan hati. Bibir kemerahan Bimo lebih sering mengembang bak bunga matahari yang bersenang-senang menerima bias mentari. Lihat saja pipi lelaki 32 tahun itu merona seperti tengah memulas blush on. Pikiran lelaki itu dipenuhi oleh bayangan Risya setelah sekian lama lost contact dan tidak menyangka jikalau sang mantan masih mengingat kalau Bimo adalah tempat terbaik untuk bersandar. Meski senang, tapi dia juga prihatin dengan kabar pernikahan Risya yang tak seindah apa yang diceritakan kala mereka berpisah. Sang sous chef tersenyum geli membuat orang di sekitarnya menatap keheranan. Beberapa dari mereka berkusu-kusu kalau atasan bermata sayu itu kemungkinan sedang menikmati hari-hari sebagai lelaki yang dimabuk asmara semenjak menikah. Sementara yang lain berpikir kalau Bimo tampak bahagia karena Wendy sudah berbadan dua. "Ah, enggak mungkin. Badannya Mbak Wendy kok enggak kelihatan kayak orang h
Bimo baru pulang ke apartemen sekitar pukul delapan malam ketika Wendy sedang menonton film Purple Heart di siaran Netflix sambil memangku semangkuk popcorn pedas. Dia melirik sinis ke arah lelaki yang menghampirinya malah melempar ulasan senyum tanpa dosa. Wendy langsung berdiri dan mematikan film yang menampilkan adegan mengharukan ketika Luke dipecat akibat memalsukan pernikahannya dengan Cassie demi mendapatkan tunjangan. Tadi gadis itu hampir terhanyut dalam romansa lelaki yang dianggap sebagai pria green flag dan sempat ramai diperbincangkan di Tik Tok karena selain tampan juga mau memperjuangkan Cassie. Bergegas ke kamar dan membanting pintu ketika Bimo meneriaki nama Wendy tanpa dihiraukan.Wendy sudah berusaha menutup mata dan telinga ketika mengetahui Risya kembali untuk mengambil cinta yang sempat dititipkan kepadanya. Di sisi lain, ada rasa benci yang menggerogoti hati Wendy dan makin lama rasa itu melubangi hati sampai sebesar bola pingpong yang bisa menjadi racun mematik
Atmosfer apartemen tak lagi menjadi tempat ternyaman bagi Wendy semenjak tahu kalau Bimo sudah berpaling. Bahu yang sebelumnya selalu menjadi tempat bersandar pun kini terasa asing di saat lelaki itu masih mendambakan perempuan pujaannya sendiri. Tak luput pula senyum juga sentuhan candu yang kini dirindukan Wendy juga turut lenyap tanpa bekas. Sekarang, bagi Bimo semuanya tentang Risya. Perempuan tak tahu diri itu nyatanya berhasil membangun tembok yang memisahkan Wendy dan Bimo. Ah, tidak! Justru Risya membuat lubang besar sehingga Wendy tak dapat merangkak untuk meraih perhatian sang suami lagi. Kini dia seperti sedang berada dalam kubangan besar yang akan selalu menyeret kembali ketika berhasil menapak satu tingkat lebih tinggi untuk menyadarkan bahwa Risya hanyalah masa lalu yang tak patut dikenang lagi. Selain itu, Wendy seakan termakan jebakan sendiri jika sejatinya manusia bisa menaruh sebuah rasa walau lidah berkata tidak. Sebesar apa pun pendirian Wendy untuk memfokuskan d
Beberapa hari setelah dirawat di rumah sakit, akhirnya Risya diperbolehkan pulang dengan arahan untuk kosumsi beberapa vitamin selama masa pemulihan termasuk kapsul memperlancar ASI. Usai melahirkan, produksi ASI Risya tidak seberapa banyak padahal hal tersebut sangat penting bagi bayi. Oleh karena itu, dokter yang menangani maupun perawat memberi saran kepada Risya untuk membeli pompa ASI. Gadis bergigi gingsul itu hanya melenggut mendengar penjelasan tenaga medis tersebut. Dalam hati, sebenarnya dia cukup stres akibat memikirkan sang suami yang tidak kunjung muncul untuk mendampingi. Dia sampai malu sendiri setiap kali dokter datang menanyakan keberadaan Hendra, malah Bimo yang datang sebagai tameng. Pastinya banyak spekulasi buruk yang menerpa orang-orang terhadap dirinya bukan?Sementara sang sous chef terpaksa meminta ijin lagi kepada atasan karena tak rela berpisah dengan pujaan hati. Bagai terbius akan kenangan yang enggan sirna, dia berkorban untuk mengurus semua administrasi
"Mbak ... Mbak!" seru Astrid menepuk bahu kanan Wendy."Eh, i-iya, ada apa?" ucap Wendy gelagapan dan meneruskan menguleni adonan danish pastry--sejenis croissant berbentuk lingkaran atau pita yang berasal dari Denmark--yang sempat terhenti. Buru-buru dia menutup campuran tepung terigu, ragi, gula, margarin, hingga susu bubuk dengan serbet lembap untuk didiamkan selama satu jam. Astrid memicingkan mata, mengamati ekspresi wajah Wendy yang tak bersemangat seperti biasanya. Dia hendak meraba-raba apa yang sedang merisaukan benak perempuan cantik itu. Padahal kemarin, Wendy tampak biasa-biasa saja malah sempat bercanda dengan beberapa kru dapur yang kepergok menjalin cinta lokasi.Sementara yang diperhatikan justru salah tingkah, berpura-pura mencuci tangan di wastafel tanpa mengucapkan satu kata pun. Jargon yang biasanya diucapkan Wendy di pintu masuk dapur kini seolah tak berarti. Kepalanya dipenuhi ucapan Bimo tentang pernikahan kontrak yang tidak bisa mengubah perasaan lelaki itu pa
Spanduk berwarna keemasan terpasang melintang di atas pintu masuk hotel D'amore. Rangkaian balon bercorak senada seperti silver, hitam, hingga emas tampak mengelilingi photo booth berlatar biru indigo yang disediakan pihak penyelenggara. Menyorot tulisan 'SELAMAT ULANG TAHUN D'AMORE!' dengan lampu spotlight mengisyaratkan penginapan bintang lima ini bersinar layaknya kerlip gemintang. Setidaknya, selama satu dekade penuh D'amore selalu konsisten menyenangkan hati para tamu yang menginap ataupun sekadar menggelar acara besar. Selain itu, tak luput pula beberapa karangan bunga dari perusahaan maupun pejabat setempat turut menghiasi halaman hotel.Sementara bagi karyawan, perhelatan akbar ini akan diwarnai perlombaan agar hubungan antara atasan dan bawahan semakin rekat. Ditambah acara makan bersama, menggelar tikar-tikar di pinggir pantai Sawangan yang diakhiri pesta lampion. Khusus tahun ini, perayaan itu dibarengi deepavali--festival cahaya--sebagai bentuk toleransi umat Hindu. Berbed
Gadis lencir itu berdiri di sana, melambaikan tangan bagai orang tanpa dosa menunjukkan diri di tempat yang seharusnya semua orang tak perlu tahu. Walau mengenakan masker dan kardigan ungu, Bimo hafal siapa sosok itu. Apalagi ada bayi berusia beberapa bulan tengah terlelap dalam gendongan bergambar beruang yang dibelikannya. Yang jadi pertanyaan dalam kepala Bimo adalah ada urusan apa Risya sampai jauh-jauh datang ke sini? Dia berpaling, mengawasi sekitar berharap istrinya tidak menangkap basah kedatangan gadis yang paling dibenci di dunia. Meski tidak menunggu di restoran melainkan di lobi hotel, tetap saja jantung Bimo berdetak tak karuan, takut Wendy mengamuk lagi seperti kemarin. Begitu Bimo datang, Risya langsung memeluk sang mantan hingga pemandangan itu sedikit menjadi atensi petugas resepsionis. Buru-buru sang sous chef melepaskan dekapan sehangat mentari itu lantas bertanya, "Kamu kok ada di sini?""Emang kenapa? Enggak boleh?" Risya melempar pertanyaan balik lalu melengkung
Wendy berjalan cepat menghampiri seorang perempuan berdandan nyentrik sedang duduk menyandarkan punggung ke kursi seraya melipat tangan di dada begitu angkuh. Di depannya, ada sepiring banana split mulai mencair, segelas mocktail mango splash masih utuh, dan ayam bakar Taliwang. Dalam hati, Wendy penasaran apakah hidangan dingin itu tidak bisa mendinginkan kepala tamu sampai-sampai matanya memancarkan laser merah ke semua orang? Barker yang menemani Wendy menemui tamu tersebut berbicara sopan menunjuk kepada sang pastry chef bahwa keluhannya akan ditampung. Lantas dia berpaling ke Wendy dan berkata, "Tadi ibu ini komplain kalau banana split kita ini ada helai rambut, Mbak Wen.""Kalau enggak percaya, lihat aja tuh!" tunjuk perempuan itu dengan dagu seakan jijik atas hidangan yang disajikan pihak hotel. "Katanya bintang lima, kok jorok? Mana minumannya juga enggak enak!"Sekuat tenaga Wendy menahan sabar untuk tidak menggampar wajah congkak tamunya dengan piring berbentuk lonjong. Dia