Gadis lencir itu berdiri di sana, melambaikan tangan bagai orang tanpa dosa menunjukkan diri di tempat yang seharusnya semua orang tak perlu tahu. Walau mengenakan masker dan kardigan ungu, Bimo hafal siapa sosok itu. Apalagi ada bayi berusia beberapa bulan tengah terlelap dalam gendongan bergambar beruang yang dibelikannya. Yang jadi pertanyaan dalam kepala Bimo adalah ada urusan apa Risya sampai jauh-jauh datang ke sini? Dia berpaling, mengawasi sekitar berharap istrinya tidak menangkap basah kedatangan gadis yang paling dibenci di dunia. Meski tidak menunggu di restoran melainkan di lobi hotel, tetap saja jantung Bimo berdetak tak karuan, takut Wendy mengamuk lagi seperti kemarin. Begitu Bimo datang, Risya langsung memeluk sang mantan hingga pemandangan itu sedikit menjadi atensi petugas resepsionis. Buru-buru sang sous chef melepaskan dekapan sehangat mentari itu lantas bertanya, "Kamu kok ada di sini?""Emang kenapa? Enggak boleh?" Risya melempar pertanyaan balik lalu melengkung
Wendy berjalan cepat menghampiri seorang perempuan berdandan nyentrik sedang duduk menyandarkan punggung ke kursi seraya melipat tangan di dada begitu angkuh. Di depannya, ada sepiring banana split mulai mencair, segelas mocktail mango splash masih utuh, dan ayam bakar Taliwang. Dalam hati, Wendy penasaran apakah hidangan dingin itu tidak bisa mendinginkan kepala tamu sampai-sampai matanya memancarkan laser merah ke semua orang? Barker yang menemani Wendy menemui tamu tersebut berbicara sopan menunjuk kepada sang pastry chef bahwa keluhannya akan ditampung. Lantas dia berpaling ke Wendy dan berkata, "Tadi ibu ini komplain kalau banana split kita ini ada helai rambut, Mbak Wen.""Kalau enggak percaya, lihat aja tuh!" tunjuk perempuan itu dengan dagu seakan jijik atas hidangan yang disajikan pihak hotel. "Katanya bintang lima, kok jorok? Mana minumannya juga enggak enak!"Sekuat tenaga Wendy menahan sabar untuk tidak menggampar wajah congkak tamunya dengan piring berbentuk lonjong. Dia
Bimo baru balik ke apartemen sekitar jam tujuh malam selepas mengantar Risya kembali ke hotel. Meski mengiring sang mantan sampai ke D'amore, dia tak ikut masuk ke dalam untuk berjaga-jaga jika ada seseorang memotret dirinya diam-diam. Walau hanya duduk berdua di pinggir pantai Mengiat sembari ditemani kelapa muda dan masakan laut seperti gurami bakar beserta sambalnya, tak melenyapkan senyum lebar di wajah berseri-seri Bimo. Terutama saat bertukar cerita di masa lampau, Bimo begitu antusias kala Risya mengajaknya kembali ke kehidupan mereka sebelum semua ini terjadi. Euforia yang ditimbulkan Risya mengakibatkan setiap darah mengalir di badan Bimo berdesir lebih cepat, menciptakan gejolak memenuhi diafragmanya. Semburat merah di pipi mewakili betapa hati lelaki itu mengalami musim semi tanpa henti. Bahkan senyum di bibirnya tak berhenti mengembang begitu saja. Risya dan kenangan indah mereka adalah hal yang tidak akan pernah dilewatkan Bimo seumur hidup. Mereka sudah terpatri dalam b
Kristal bening masih mengalir deras walau otaknya memaksa untuk berhenti menangisi penderitaannya. Namun, sebagai perempuan punya hati nurani, Wendy merasa manusia paling menyedihkan di dunia. Dia hanya bisa terisak dalam diam dan merangkul kedua lutut membiarkan hangatnya senja mendekapnya sebentar. Matanya sudah bengkak seperti orang disengat puluhan lebah sampai-sampai untuk melihat sekitar pun terasa pedih, begitu pula hidung mancung Wendy yang terus mengeluarkan cairan bening hingga dua kotak tisu tak bisa mengeringkannya. Dia menengadah, memohon kepada semesta supaya rasa sakit ini segera sirna. Bisakah?Dia sudah tersandung karma. Terjebak dalam lubang besar yang tidak seorang pun bisa menariknya kembali. Wendy mengakui bahwa dirinya jatuh cinta pada lelaki yang salah. Mengira kalau perasaan semu itu hanya muncul sebatas kebiasaan satu rumah dengan Bimo ternyata makin lama makin nyata. Sekarang, dia terpaksa menelan pil pahit. Bimo tidak pernah ada rasa untuknya. Semua tentan
Seharian ini hotel D'amore disibukkan dengan beragam acara untuk memanjakan tamu pada perhelatan puncak hari ini. Yang menjadikannya unik adalah pesta lampion nanti malam sembari menikmati indahnya gemerlap langit di atas pantai Sawangan. Sekarang restoran indoor maupun outdoor dipadati perut-perut lapar butuh asupan energi yang tidak hanya memanjakan lidah tapi juga mata. Sementara dapur berubah menjadi tonggak tercapainya pesta besar tersebut di mana Bimo dan Chef Teguh menampilkan menu terbaru berkonsep gastronomi molekuler.Seperti yang diharapkan Bimo, idenya langsung mengundang rasa penasaran tamu VIP. Lihat saja mata-mata di sana terpukau atas atraksi chef Teguh mempresentasikan olahannya yang tidak bisa dibayangkan oleh orang awam. Sajian tersebut mampu mengacau penglihatan manusia. Ada batu hitam berukuran agak besar dari kerikil di atas cobek yang ternyata berisi baby potato dilapisi charcoal dan dicocol ke lilin. Tak disangka lilin tersebut mengandung butter yang di bawahny
Dia nyaris terlena dalam pagutan yang menyiratkan luapan emosi jikalau tidak disadarkan akan sikap labil Bimo. Didorong dada bidang Bimo hingga nyaris terjungkal sementara orang-orang memandangnya penuh tanda tanya. Ketut malah melongo bukan main seolah menjilat ludah setelah mencampakkan Wendy. Ditahan kepalan tangannya untuk tidak menghajar Bimo karena paham bahwa urusan mereka bukanlah sesuatu yang patut dicampuri. Sorot tajam Wendy mengarah ke arah wajah penuh kemurkaan itu, mengabaikan desas-desus yang mulai masuk ke telinga. Mereka menjadi atensi tapi merasa kalau dunia ini berhenti berputar menyisakan manusia sedang terjerembab masalah. Desiran angin yang menggoyangkan anak rambut Wendy tak lantas menguapkan betapa meradang hatinya mendapat perlakuan seperti itu. Andai tidak ada orang ketiga di antara mereka, mungkin wendy akan bersuka cita menerima cumbuan panas Bimo yang sudah menjadi candu untuknya. Ekor mata Wendy menangkap gadis berbaju toska dengan bayi dalam gendongan
Atmosfer di ruang mediasi pengadilan agama terasa memanggang Bimo hidup-hidup. Panas dan makin lama makin sempit menyesakkan dada. Setiap pembuluh darahnya berdenyut cepat, mengimbangi betapa mendidih emosinya saat ini. Tak disangka kalau kepergian Wendy tanpa jejak beberapa waktu lalu ternyata untuk menyeretnya ke pengadilan agama. Bimo menyandarkan punggung ke kursi, menarik napas sekadar mempertahankan bahwa di sini dia harus tetap waras walau sejujurnya ingin memaki orang-orang yang mau saja meladeni permintaan Wendy. Selain itu, entah sudah berapa lama Bimo tidak berdekatan dengan gadis yang menatapnya tajam penuh dendam. Di dapur hotel, dia juga jarang bertemu Wendy. Apakah dia memutuskan resign di saat karier cemerlang? Melepas semua mimpi demi emosi sesaat? Bimo ragu. Mana mungkin Wendy akan nekat melakukan hal semacam itu? Tapi, dia sudah menggugatmu, Bim! Sadarlah!Bimo melonggarkan kancing teratas kemeja bermotif garis vertikal itu, udara di sekeliling dirasa makin menipi
Hal apa lagi yang lebih menyenangkan daripada membanting adonan tepung agar menjadi kalis? Melampiaskan kemarahan di balik kinerjanya yang dinilai gila-gilaan. Padahal sebagai pemegang tanggung jawab cold kitchen, Wendy cukup mengawasi tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga seperti commis atau cook helper. Namun, berdiri bagai mandor seperti yang Bimo lakukan sehari-hari tak lantas membuat hatinya setenang riak sungai. Sepulang dari pengadilan, Wendy tak langsung kembali ke kontrakan. Dia memilih menenggelamkan diri di dapur bersama rekan kerjanya di shift kedua, mengabaikan bisikan bahwa keretakan rumah tangganya bukan sebuah rahasia lagi.Akibatnya, Wendy sempat dipanggil oleh pihak atasan yang sangat menyayangkan kejadian ini terjadi perusahaan. Bukan hanya Wendy, melainkan Bimo juga agar tidak selalu perempuan yang menjadi tempatnya salah. Meski tidak ada perintah pemecatan, namun surat peringatan yang diterima mereka menjadi cambuk baru. Belum pernah sekali pun Wendy atau Bimo me
Mungkin ini yang dinamakan kekuatan cinta sejati, ketika dua hati sempat terpisah ingin bersatu kembali. Semesta seakan turut andil memberikan jalan selebar mungkin untuk Bimo dan Wendy mengurus pembatalan perceraian mereka. Pasangan dimabuk asmara itu benar-benar dibuat sibuk, salah satunya Bimo mengajukan verzet agar keputusan verstek yang diterimanya bisa dibatalkan. Bimo berkata kepada hakim bahwa dirinya tidak hadir di persidangan beberapa waktu lalu karena hendak menyusul Wendy dan meyakinkan istrinya untuk rujuk kembali. Dia juga berkata kalau tidak ingin bercerai dari Wendy dan bersedia menerima hukuman atas perbuatannya. Alhasil, hakim meninjau perkara tersebut termasuk menanyakan kepada Wendy lagi apakah keputusan untuk membatalkan perceraian itu memang benar adanya atau tidak. Tentu saja yang ditanya langsung menjawab tegas tanpa ada keraguan sedikit pun. Dia berkata kalau sudah memaafkan kesalahan Bimo dan bersedia memberikan kesempatan kedua. Wendy menambahkan bahwa diri
Tuhan, apakah ini adalah kesempatan yang Kau berikan untuk kami?Wendy masih memandang lurus ke dalam bola mata Bimo yang dipenuhi ketulusan dan kejujuran tanpa ada kebohongan yang sempat menyelinap di sana. Perasaannya tercampur aduk tidak menyangka jika Bimo akan melakuakn hal gila seperti ini setelah proses perceraian mereka. Masih tergambar jelas penolakan Bimo padanya manakala mediasi dilakukan. Tapi, kali ini? Tuhan telah membalikkan hati Bimo, meluluhkan keegoisan lelaki itu berganti keputusasaan yang menyiratkan kalau Bimo tidak bisa hidup bersama Wendy. Mata berkaca-kaca lelaki yang masih bertekuk lutut ini menunjukkan sebuah harapan besar bahwa Wendy akan menerima cincin kawin yang pernah dikembalikannya sebelum pergi. "Aku mencintaimu dan selalu mencintaimu," ujar Bimo lagi, "walau terlambat."Bagai karang dihantam ombak dahsyat dan tak mampu membendung lautan ganas, dinding yang dibangun Wendy susah payah untuk menghindari Bimo nyatanya tetap bisa diruntuhkan. Dia menutup
Guyuran air hangat dari pancuran langsung turun bersamaan membasahi setiap inci kulit Bimo, meluruhkan segala kekalahan yang didapatnya. Tidak hanya sekali namun sudah berapa kali dia menelan pil pahit akibat ditolak Wendy. Dia menghitung hari, waktu berjalan terlalu cepat baginya. Apakah dunia juga tidak sedang memihak Bimo walau hanya sekali?Semalam sampai dini hari sosok Wendy tak kunjung muncul membuat Bimo frustrasi setengah mati. Walau menelepon ke nomor barunya yang diperoleh dari Ketut juga tidak mempan. Seakan Wendy telah berhasil membangun dinding kokoh yang tinggi dan tidak dapat ditembus oleh siapa pun. Alhasil, atas saran satpam yang menemaninya kemarin, Bimo diminta beristirahat di hotel Aberoi untuk mengistirahatkan diri di tempat yang hangat daripada tidur beralaskan jaket bagai orang jalanan.Mematikan keran shower, lantas meraih handuk putih dan melingkarkannya ke pinggul, Bimo berjalan menuju wastafel dan bercermin menatap wajah pecundangnya. Dia benar-benar berant
"Siapa itu?" chef Indra kembali bertanya namun tak dijawab ketika Bimo bergerak maju menghampiri Wendy. Alih-alih merespons, Wendy malah bergeming seolah kehilangan seluruh kosakata dalam kepala. Lidahnya kelu walau garis bibirnya terbuka berharap ada satu kata bisa keluar dari sana. Namun, ternyata tidak. Bahkan sekadar menarik napas pun Wendy mendadak amnesia meski dadanya kini dilanda sesak akibat serangan kenangan menerjang tanpa permisi. Jangan tanyakan bagaimana degupan jantung Wendy, mungkin sebentar lagi dia akan lelah karena terlalu cepat memompa darah agar kewarasan gadis itu tetap terjaga. Tidak menyangka bahwa pengaruh kehadiran Bimo yang tiba-tiba seperti ini masih menimbulkan efek yang besar di tubuh Wendy. Dunia sepertinya berhenti berputar menyisakan dua manusia yang pernah terlibat dalam satu ikatan perasaan. Bahkan suara tegas chef Indra juga deburan air laut yang pasang surut pun dianggap angin lalu di telinga Wendy. Seluruh perhatiannya justru tertuju pada sosok
Wendy sudah menduga bahwa tak seharusnya menerima tawaran lelaki berkemeja putih di depannya semanis apa pun imbalan yang diberikan. Begitu keluar dari area dapur dan memilih tempat makan outdoor yang berhadapan langsung dengan pantai Medana, ratusan pasang mata langsung memperhatikan mereka. Berkusu-kusu dan menafsirkan isu apa yang pantas disematkan kepada pastry chef tersebut. Wendy menundukkan wajah, risih jika harus menjadi atensi tuk ke sekian kali. Kenapa kemarin tidak terpikirkan makan di warung kaki lima? Kenapa pula harus di tempat di mana CCTV dan mulut-mulut penuh cerita dusta itu berada?Cuaca sepertinya sedang bersahabat dengan sang EHC tersebut. Terbukti bulan sudah muncul di atas sana tanpa ragi-ragu awan mendung akan menutupinya. Rembulan tampak indah menerangi kota dengan pendar kuning menyala dan memantulkannya ke lautan. Suhu udara terasa sejuk, setelah siang tadi sempat diguyur hujan walau hanya sebentar. Mungkin ingin mendinginkan panas yang menyelimuti sekitar a
"Galaxy macarons satu paket!" teriak barker ke arah kru kitchen. Wendy baru saja menyelesaikan pengisian macarons dengan isian butter cream yang diberi pewarna makanan biru. Tampak senada dengan perpaduan warna ungu-biru-hitam ditaburi silver shimmer. Dia tidak menyangka kalau ide yang sebenarnya hanya pengembangan tren makanan serba bertema langit galaksi beberapa tahun silam menarik minat tamu terutama anak-anak. Manalagi Wendy membuatnya dalam ukuran sekali gigit sehingga anak-anak maupun dewasa bisa menikmatinya berulang kali. Dibantu commis, Wendy meletakkan secara hati-hati ke dalam boks hitam doff yang sudah didesain seperti suasana di luar angkasa lengkap dengan gambar astronout. Lantas menyerahkannya kepada barker untuk di antar ke kasir. Dia juga membawa semangkuk es krim galaksi yang siap dibawa ke meja pelanggan. Aroma butter juga vanila berbaur menjadi satu memenuhi tiap sudut dapur saat bawahan Wendy mengeluarkan kue-kue dari pemanggang. Edisi spesial menjelang peray
"Pak Bimo enggak hadir sidang beberapa kali jadi pengadilan mengeluarkan putusan verstek. Semisal mantan suami Mbak Wendy tidak mengajukan banding, putusan tersebut berkekuatan hukum tetap dan tidak bisa diganggu gugat," jelas Putu."Makasih, Pak atas bantuannya," kata Wendy melalui sambungan telepon. "Suratnya dikirim melalui pos saja ya, Pak!""Baik."Setelah memutus panggilan dengan pengacara, Wendy tertegun beberapa saat di dalam rumah kontrakannya seraya merangkul lengan. Mengamati ke arah teras yang ditumbuhi tanaman hias, pikiran Wendy justru kosong. Padahal seharusnya dia berbahagia sudah terlepas dari jerat pesona lelaki itu. Namun, kenapa malah sebaliknya? Kenapa jiwanya seperti terisap oleh mesin raksasa menyisakan raga? Ada sesuatu yang hilang tapi tidak dapat didefinisikan Wendy. Dia berusaha mencari-cari kata yang pas untuk menggambarkan suasana hatinya.Nihil. Dia bingung dengan perasaannya sendiri, memaksa bibir untuk mengulum senyum pun tak bisa. Bukankah ini yang di
Sakit fisik dan tekanan batin dalam waktu bersamaan memang tidak menyenangkan Walau diizinkan rehat selama beberapa waktu, nyatanya tidak bisa mengusir kegundahan yang masih setia membelenggu Bimo. Dia duduk seorang diri di depan layar televisi yang menampilkan film Armageddon di mana tokoh perempuan tengah berseteru dengan ayahnya karena tidak mendapat restu untuk menjalin hubungan dengan tokoh utama pria. Melihatnya, Bimo serasa ditarik ke masa-masa saat Wendy mengajukan ide untuk menonton film yang bersama dan berakhir dengan cumbuan panas.Tapi sekarang, adegan-adegan di depannya bagai angin lalu yang tidak dapat dicerna kepala Bimo. Dia seperti manusia yang tidak memiliki semangat untuk hidup walau sudah diberi penyemangat bahwa suatu saat pujaan hatinya akan kembali. Bimo menepis harapan itu dan menganggap kalau dirinya memang pantas dihukum oleh semesta atas keserakahannya dalam mempermainkan cinta. Sinar mata Bimo kian redup hari demi hari pun bobot tubuhnya turun drastis mem
"Nah, ini kan adonannya kalian bagi jadi empat bagian terus kasih aja pewarna makanan hitam, merah muda, ungu, dan sisanya putih. Baru kalian tata di wadah lain terus susun mungkin bisa dari warna hitam dulu. Taruh di sudut-sudut wadah, terus timpa di sebelahnya dengan warna ungu lanjut pink sampai putih begitu seterusnya," jelas Wendy saat mendemonstrasikan pembuatan es krim galaksi di working table. "Setelah selesai bisa kalian taburi sprinkle bintang emas ini. Nah, waktu es krimnya sudah jadi tuh untuk finishing bisa kalian taburin sedikit bubuk silver biar makin cantik.""Penyajiannya tetep pakai mangkuk atau yang lain Mbak Wen?" tanya salah satu cook helper. "Pakai mangkuk bisa atau charcoal cone," jawab Wendy. "Bahan-bahan yang kemarin saya minta sudah ada kan, Chef?" sambungnya pada chef Indra. "Iya, mau datang hari ini kok. Nah, Wendy juga punya ide bikin truffle galaksi, tapi untuk lapisannya kita akan buat seperti sembilan planet ya, Wen," ujar lelaki berambut ikal itu.