Seharian ini hotel D'amore disibukkan dengan beragam acara untuk memanjakan tamu pada perhelatan puncak hari ini. Yang menjadikannya unik adalah pesta lampion nanti malam sembari menikmati indahnya gemerlap langit di atas pantai Sawangan. Sekarang restoran indoor maupun outdoor dipadati perut-perut lapar butuh asupan energi yang tidak hanya memanjakan lidah tapi juga mata. Sementara dapur berubah menjadi tonggak tercapainya pesta besar tersebut di mana Bimo dan Chef Teguh menampilkan menu terbaru berkonsep gastronomi molekuler.Seperti yang diharapkan Bimo, idenya langsung mengundang rasa penasaran tamu VIP. Lihat saja mata-mata di sana terpukau atas atraksi chef Teguh mempresentasikan olahannya yang tidak bisa dibayangkan oleh orang awam. Sajian tersebut mampu mengacau penglihatan manusia. Ada batu hitam berukuran agak besar dari kerikil di atas cobek yang ternyata berisi baby potato dilapisi charcoal dan dicocol ke lilin. Tak disangka lilin tersebut mengandung butter yang di bawahny
Dia nyaris terlena dalam pagutan yang menyiratkan luapan emosi jikalau tidak disadarkan akan sikap labil Bimo. Didorong dada bidang Bimo hingga nyaris terjungkal sementara orang-orang memandangnya penuh tanda tanya. Ketut malah melongo bukan main seolah menjilat ludah setelah mencampakkan Wendy. Ditahan kepalan tangannya untuk tidak menghajar Bimo karena paham bahwa urusan mereka bukanlah sesuatu yang patut dicampuri. Sorot tajam Wendy mengarah ke arah wajah penuh kemurkaan itu, mengabaikan desas-desus yang mulai masuk ke telinga. Mereka menjadi atensi tapi merasa kalau dunia ini berhenti berputar menyisakan manusia sedang terjerembab masalah. Desiran angin yang menggoyangkan anak rambut Wendy tak lantas menguapkan betapa meradang hatinya mendapat perlakuan seperti itu. Andai tidak ada orang ketiga di antara mereka, mungkin wendy akan bersuka cita menerima cumbuan panas Bimo yang sudah menjadi candu untuknya. Ekor mata Wendy menangkap gadis berbaju toska dengan bayi dalam gendongan
Atmosfer di ruang mediasi pengadilan agama terasa memanggang Bimo hidup-hidup. Panas dan makin lama makin sempit menyesakkan dada. Setiap pembuluh darahnya berdenyut cepat, mengimbangi betapa mendidih emosinya saat ini. Tak disangka kalau kepergian Wendy tanpa jejak beberapa waktu lalu ternyata untuk menyeretnya ke pengadilan agama. Bimo menyandarkan punggung ke kursi, menarik napas sekadar mempertahankan bahwa di sini dia harus tetap waras walau sejujurnya ingin memaki orang-orang yang mau saja meladeni permintaan Wendy. Selain itu, entah sudah berapa lama Bimo tidak berdekatan dengan gadis yang menatapnya tajam penuh dendam. Di dapur hotel, dia juga jarang bertemu Wendy. Apakah dia memutuskan resign di saat karier cemerlang? Melepas semua mimpi demi emosi sesaat? Bimo ragu. Mana mungkin Wendy akan nekat melakukan hal semacam itu? Tapi, dia sudah menggugatmu, Bim! Sadarlah!Bimo melonggarkan kancing teratas kemeja bermotif garis vertikal itu, udara di sekeliling dirasa makin menipi
Hal apa lagi yang lebih menyenangkan daripada membanting adonan tepung agar menjadi kalis? Melampiaskan kemarahan di balik kinerjanya yang dinilai gila-gilaan. Padahal sebagai pemegang tanggung jawab cold kitchen, Wendy cukup mengawasi tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga seperti commis atau cook helper. Namun, berdiri bagai mandor seperti yang Bimo lakukan sehari-hari tak lantas membuat hatinya setenang riak sungai. Sepulang dari pengadilan, Wendy tak langsung kembali ke kontrakan. Dia memilih menenggelamkan diri di dapur bersama rekan kerjanya di shift kedua, mengabaikan bisikan bahwa keretakan rumah tangganya bukan sebuah rahasia lagi.Akibatnya, Wendy sempat dipanggil oleh pihak atasan yang sangat menyayangkan kejadian ini terjadi perusahaan. Bukan hanya Wendy, melainkan Bimo juga agar tidak selalu perempuan yang menjadi tempatnya salah. Meski tidak ada perintah pemecatan, namun surat peringatan yang diterima mereka menjadi cambuk baru. Belum pernah sekali pun Wendy atau Bimo me
"Kamu yakin, Wen?" tanya Lucy saat menerima surat pengunduran diri Wendy. Jujur saja, sangat disayangkan hal seperti ini sampai melebar ke mana-mana terutama pekerjaan. Bukan berarti manajer itu menggampangkan masalah yang sedang dihadapi Wendy. Dia paham tidak semua orang bisa setegar Wendy atau perempuan lain yang mendapati suaminya mendua dan terpaksa memilih melepaskan daripada mempertahankan hubungan penuh tekanan batin. Hanya saja, kalau sampai merelakan cita-cita yang dimimpikan berarti Wendy benar-benar berada dalam kondisi terpuruk.Dia hanya melenggut tanpa berani membalas tatapan penuh iba atasannya. Wendy tidak ingin dikasihani, melainkan butuh support kalau keputusannya mengundurkan diri dari posisi yang sudah diraih selama beberapa tahun tidak menimbulkan penyesalan besar di masa depan. Dalam hati, Wendy menyemangati diri sendiri dengan tempat persembunyiannya selama masa mediasi berlangsung. Birunya laut yang tenang serta semilir angin menerbangkan kegundahannya terbaya
Dia melompat ke dalam air, menyatukan diri ke dalam riak ombak tenang di bawah gumpalan kapas putih berserta birunya langit yang tercermin ke laut. Menyaksikan secara langsung indahnya terumbu karang yang masih terjaga kelestariannya. Dia disambut penghuni laut aneka warna saat memberikan remah roti dicampur air dalam botol minuman bekas. Salah satunya adalah ikan nemo tampak malu-malu mendekat, siripnya bergerak-gerak cepat mengikuti arus laut membuat ikan kecil itu makin menggemaskan. Sementara, jejak-jejak matahari menembus permukaan laut menciptakan pola garis yang meliuk-liuk mengikuti riak. Selain itu, gradasi biru kehijauan perairan di pesisir barat Lombok menjadikan Gili Nanggu salah satu surga dunia. Belum lagi hamparan pasir putih hasil pecahan karangan tampak berkilauan nan lembut seperti berada di atas ribuan butir kristal. Wendy berenang sebentar, menjelajahi beberapa spot untuk menikmati eksotisnya pemandangan Gili Nanggu yang tak kalah menawan dengan daratan Lombok. Ad
"Sebaiknya kita pulang, Ris, aku beneran capek," tolak Bimo melepas rangkulan Risya. Yang diajak bicara menggerutu, mendahului langkahnya meninggalkan Bimo sambil mengentak-entakkan kaki tak terima bagai anak kecil yang tidak mendapatkan sbeuah lolipop. Bukan hanya sekali, tapi sudah ketiga kalinya Risya gagal mengajak Bimo untuk bermalam bersama. Bahkan saat dia datang ke sini, Risya yang ingin tinggal berdua selagi Wendy tidak ada pun juga tak diterima secara terbuka. Seakan di balik pintu apartemen mewah Bimo menyimpan jutaan rahasia yang sulit ditembus Risya. Dia mengira setelah menghilangnya gadis itu, semua yang diinginkan Risya bakal tercapai dengan mudah. Namun, kenyataannya, Bimo malah membangun sebuah dinding transparan sampai-sampai kebersamaannya terasa berbeda. Bimo menjadi lebih dingin sekali pun masih memancarkan senyuman dan tatapan teduh dari wajah tampannya. Setiap kali terdiam, lelaki itu seakan tenggelam dalam dasar pikirannya sendiri. Sehebat itukah efek yang d
Hiruk pikuk warga desa Tawun menjadi selalu daya tarik tersendiri di mata Wendy saat diajak oleh istri Sunardi--nelayan merangkap sebagai tour guide--melihat barang dagangan yang dijual di sepanjang jalan desa. Mulai dari alat-alat masak, alat mandi, kebutuhan pangan seperti; beras, daging, sayur-mayur, buah-buahan, hingga pakaian tersedia di sini. Tak luput pula ada yang menyuguhkan kebutuhan papan juga kosmetik dengan berbagai macam harga. Terik matahari mulai merangkak naik ke ubun-ubun tak menyurutkan pedagang untuk menjajakan barang-barang yang agak susah didapat di desa.Perempuan berkulit eksotis dengan cepol rambut di samping kiri Wendy ini bercerita kalau pasar kaget seperti ini selalu ditunggu-tunggu sebagian besar warga daripada harus ke kota. Wendy mengangguk-angguk paham menyadari jarak tempuh dari desa ke pusat kota Mataram saja butuh waktu hampir dua jam dengan mobil. Belum lagi harus merogoh kocek lebih dalam untuk ongkos perjalanan yang bisa saja dua kali lipat dari h