Share

Part 68

last update Last Updated: 2022-05-08 22:45:30

Tidak terasa usia Gaffi sudah sebulan lebih. Kamalia merawat bayinya sambil di bantu Sumi dan Mbok Darmi.

Mereka juga disibukkan dengan persiapan pernikahan Mita dan Dokter Nasir. Rencananya acara itu akan dilaksanakan secara sederhana saja. Hanya mengundang kerabat dekat dan pekerja perkebunan. Seperti pernikahan Dev dulu.

Pagi akad nikah, sorenya Dokter Nasir akan langsung memboyong Mita ke rumahnya. Di sana ada syukuran kecil-kecilan. Dan keesokan harinya langsung pergi honeymoon.

Dev yang memberikan paket honeymoon untuk kakak dan dokter yang sudah banyak berjasa dalam keluarga mereka. Rupanya tidak hanya terapi dan obat yang menyembuhkan Mita, tapi juga perhatian tulus dari dokter yang merawatnya.

Sejak kelahiran Gaffi setiap siang hari kalau tidak sibuk dengan kerjaan di perkebunan, Dev akan pulang ke vila. Menemani putranya sebentar dan setelah salat Zhuhur kembali lagi ke gudang.

"Teman-temannya, Mas, jadi datang pas nikahannya Mbak Mita?" tanya Kamalia sambil mengganti diaper
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Idadalia Mutiara79
ternyata sama yah boro boro pake lingerie yg ada baru mo di pake lingerie udh langsung di gabrug .........
goodnovel comment avatar
Sandy Kristine
kalau KB minum Pil resikonya cenderung lupa, lebih aman IUD sbenarnya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 69 Kebersamaan Siang Itu

    Sore itu Gaffi mulai rewel. Sama sekali tidak mau turun dari gendongan. Badannya agak menghangat, mungkin karena efek imunisasi tadi. Di samping bekas suntikan yang sakit kalau tersenggol."Lia, kamu mandi saja dulu. Biar kugendong Gaffi," ujar Sumi ketika mendekati Kamalia yang menggendong Gaffi di teras."Iya, aku juga mau salat ashar juga."Setelah Gaffi di gendong Sumi, Kamalia bergegas naik dan segera mandi. Dev masuk kamar saat istrinya selesai salat."Kata Sumi, Gaffi rewel, ya?" tanya Dev."Iya. Badannya agak panas setelah imunisasi tadi. Sejak Mas pergi ke perkebunan, dia enggak mau diturunkan. Minta gendong saja. Setengah hari tadi Mbak Mita yang gendong.""Obatnya sudah diminumkan?""Sudah siang tadi. Malam nanti aku minumkan lagi."Kamalia melipat mukena dan meletakkan di sofa pojok kamar. "Mas, buruan mandi, akan kuambilkan baju ganti."Dev mengambil handuk kemudian masuk ke kamar mandi. Sementara Kamalia menyiapkan pakaian. Ia menunggu sampai suaminya selesai mandi."Su

    Last Updated : 2022-05-09
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 70

    Sehari menjelang pernikahan Mita. Kesibukan sangat terasa di vila. Tenda sudah dipasang oleh pihak WO. Beberapa kerabat jauh sudah ada yang datang dan menginap. Mereka ikut bahagia kalau akhirnya Mita sembuh dan menemukan jodohnya lagi."Teman-temanmu dari kota jadi datang kapan, Dev?" tanya Bu Rahma kepada Dev yang duduk di teras bersama Ben."Minggu depan, Ma.""O, kupikir sekalian besok.""Perempuan yang membuatmu kena tusuk itu juga ikut, Mas?" tanya Ben."Aku tidak tahu, tidak tanya juga.""Enggak usah diajak sajalah. Daripada bikin masalah. Sepertinya dia penggemar militanmu."Pembicaraan kakak adik itu tiba-tiba terhenti karena Kamalia muncul dari dalam sambil menggendong Gaffi."Ayo, berangkat!" ajak Kamalia. Mereka memang sudah janjian kalau mau ke kota untuk membelikan hadiah buat kakaknya."Mama, ikut enggak?" tanya Ben."Enggak usah, kalian saja yang pergi. Masa saudara-saudara di sini Mama ikut pergi."Akhirnya mereka berempat dengan Gaffi pergi menaiki mobil mamanya. Be

    Last Updated : 2022-05-09
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 71 Kecewa

    Vila tambah sepi setelah pernikahan Mita. Sebab wanita itu sekarang ikut pindah ke rumah suaminya. Paviliun kalau malam hanya ditempati Pak Karyo dan Mbok Darmi.Pagi itu Mbok Darmi sama Sumi langsung bersih-bersih rumah dan mengganti seprai dan selimut di setiap kamar setelah pulang dari pasar. Siang nanti teman-teman Dev akan datang."Mereka mau nginap berapa lama di sini, Lia?" tanya Sumi."Aku belum tahu, Sum.""Jam berapa ya kira-kira mereka sampai?""Siang kata Mas Dev.""O, syukurlah. Karena ini ayam gorengnya sama ikan gurami belum di goreng.""Sudah santai aja."Baru saja Kamalia berhenti bicara, terdengar suara mobil memasuki halaman. Kamalia melihat ke depan. Mereka sudah datang. Ada tiga mobil di sana.Dev yang menemani anaknya di ruang tengah segera berdiri sambil menggendong Gaffi ke luar. Kamalia menyusul di belakang.Dari mobil warna hitam keluar Yaksa dan istri serta anaknya. Adi dan Galih berada di satu mobil yang sama. Sementara dari mobil sedan warna metalik itu mu

    Last Updated : 2022-05-10
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 72

    Minggu pagi suasana masih ceria di vila. Adi dan Galih membawa istri dan anaknya jalan-jalan di antara tanaman teh. Sedangkan Yaksa memangku sang anak di bangku dekat paviliun. Di sebelahnya Yuli duduk sambil memperhatikan jauh ke perbukitan sana. Mereka tampak kaku meski berdekatan.Kamalia hendak turun setelah selesai memakai hijabnya. Tangan Dev meraih lengannya."Lia, Mas ingin bicara sebentar.""Bicara apa?""Mas minta maaf.""Kalau tidak ketahuan, Mas pasti enggak akan minta maaf dan mau cerita, bukan? Jadi ... lupakan saja. Teruskan saja dengan apa yang menurut Mas sudah benar." Kamalia pergi setelah berkata demikian.Dev menghela napas berat dan menyugar kasar rambutnya. Beberapa kali terlibat salah paham dengan Imelda dan selalu di maafkan, apakah kali ini ia bisa mendapatkan maaf Kamalia lagi?"Sum, Gaffi mana?" tanya Kamalia pada Sumi. Karena Sumi yang mengajaknya tadi."Diajak sama Mbak Imel. Ada di belakang.""Bawa ke mari. Aku mau memberinya ASI."Sumi mencuci tangannya

    Last Updated : 2022-05-10
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 73 Hati yang Terluka

    Hening. Sejak kejadian tadi siang Kamalia memilih diam daripada meluapkan emosi dengan marah-marah karena rasa kecewanya kepada Dev. Bukan kecewa lagi, tapi lebih dari itu.Ia duduk di sebelah box bayinya, bersandar pada tempat tidur. Memperhatikan sang anak yang terlelap sejak habis Maghrib."Lia, ayo makan dulu. Nanti kamu lapar, sejak tadi siang tidak makan," rayu Dev untuk yang kesekian kali. Kamalia bergeming.Selera makannya lenyap entah kemana. Lapar pun tidak. Padahal Gaffi perlu minum ASI, karena bayi itu belum sempat dikasih susu formula yang dibeli kemarin."Mas ambilin, ya?"Kamalia menggeleng, kemudian berdiri dan berbaring di tempat tidur. Memejam dan tidak peduli Dev yang masih memperhatikan.Seandainya ia masih memiliki Ibu, akan ditumpahkan rasa sedihnya, kecewanya, dan mencari ketenangan di pangkuan beliau. Namun sekarang ia tidak memiliki siapa-siapa. Kakak? Kamalia tidak akan mengadukan nasibnya pada Eva.Ketika dihina, justru yang membela orang lain. Bukan suami y

    Last Updated : 2022-05-11
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 74

    Kamalia sedang mengajak anaknya bercanda sambil mengganti diaper di kamar. Bayi berusia dua bulan itu bersemangat dengan menggerakkan kaki dan tangannya. Mata beningnya menatap sang Mama."Uda ciang, Gaffi. Habis ganti popok, nenen, dan bobok, ya?" Diciuminya pipi lembut Gaffi, senyumnya selalu merekah setiap bersama anaknya. Namun, ia langsung terdiam ketika Dev masuk kamar."Hai, Sayang," sapa Dev sambil menutup kembali pintu kamar.Kamalia tidak menjawab. Ia memangku Gaffi dan memberinya ASI. Dev duduk disebelahnya sambil memainkan kaki anaknya."Mau tidur, ya, anak Papa." Dev mencium pipi Gaffi, kemudian dengan cepat mencium pipi istrinya. Kamalia yang tidak menyadari sebelumnya hanya diam saja. Tidak peduli.Dev masuk kamar mandi untuk mandi, wudhu, kemudian salat Zhuhur baru makan siang. Begitu kebiasaannya setiap hari.Baru sebentar saja minum ASI, Gaffi sudah terlelap. Kamalia memindahkan anaknya di box. Ia mengambilkan baju ganti untuk Dev yang sedang salat zhuhur. Biasanya

    Last Updated : 2022-05-11
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 75 Mari Kita Bicara, Lia

    Dev baru saja masuk ke mobilnya ketika ponselnya berdering. Benda pipih di ambil dari saku celana. Ada nama Pak Hamdad di layar."Assalamu'alaikum, Om," sapanya."Wa'alaikumsalam. Om minta maaf atas ulah Imel di vila. Adi dan Galih sudah cerita kemarin. Sampaikan maaf Om pada istrimu. Kalau diizinkan Om ingin bicara langsung padanya.""Nanti saja saya sampaikan.""Adi bilang kamu ingin keluar dari kerjasama kita.""Ya, itu keputusan final saya, Om."Terdengar embusan napas berat di seberang. "Ya, Om paham. Tapi kamu masih mau membantu Om untuk mengurus jual beli tanah kebun yang kemarin itu, 'kan?""Orang kepercayaan saya yang akan membantu, Om. Namanya Tony. Dia yang akan membantu Om sampai semua urusan beres.""Ya, enggak apa-apa. Terima kasih, Dev. Sekali lagi Om minta maaf, ya.""Tidak apa-apa, Om. Lain kali kita bisa ngobrol lagi. Sekarang saya masih ada urusan.""Ya, Dev. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Dev meletakkan ponsel di dashboard. Menyalakan mesin mobil, membiarkan

    Last Updated : 2022-05-12
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 76

    Gerimis turun sejak sore tadi. Hawa dingin menyebar, membuat acara aqiqahnya Aisyah sedikit kalang kabut. Mereka tidak mengira gerimis turun malam itu, karena sejak pagi cuaca sangat cerah.Kamalia jadi ikut ribet mempersiapkan hidangan di belakang. Gaffi ditidurkan di ranjang rotan milik Aisyah yang terletak di kamar yang difungsikan sebagai ruang salat.Sebentar lagi suaminya pasti datang dan mengajaknya pulang. Setelah dipikir-pikir, memang lebih baik dia pulang. Di sini pun merasa tidak enak jika merepotkan. Walaupun orang tua Ragil sudah menganggapnya seperti keluarga dan beliau yang memintanya untuk datang.Jam delapan lebih tiga puluh menit acara selesai. Dev langsung menemuinya yang sedang membantu beres-beres di ruang tengah. "Kita pulang," ajaknya.Kamalia ke belakang untuk mencuci tangan. Setelah berpamitan mereka segera menuju mobil untuk pulang."Pulang, Lia," tegur Willy yang baru saja datang."Iya, kenapa telat?" tanya Kamalia sebelum masuk ke mobil. "Lembur tadi.""O

    Last Updated : 2022-05-12

Latest chapter

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 120 Nostalgia (Ending)

    Nostalgia (Ending)Susana Bougenvilla sangat meriah dengan kehadiran kerabat dekat Bu Rahma. Dev mengadakan acara aqiqah untuk anak ketiganya.Teman-teman Dev dari kota juga datang bersama istri dan anak-anaknya. Kerabat dari Kamalia juga datang.Suara anak-anak riang berlarian di halaman vila. Cuaca tidak mendung juga tidak panas. Hawa tetap sejuk dan membuat nyaman.Mbak Mita yang menyukai anak-anak lebih telaten menjaga para keponakannya. Terlebih anaknya Ben yang usianya paling kecil, sering ketinggalan kedua sepupunya yang berlarian di taman yang penuh bunga bugenvil yang beraneka warna."Mas, udah punya dua anak cowok, ceweknya masih satu. Mau nambah lagi, nggak?" tanya Era. "Cukup tiga saja. Kasihan Kamalia," jawab Dev sambil tersenyum."Tapi sebenarnya masih mau lagi, kan?" goda Yaksa."Anak kan rezeki. Kalau di kasih lagi ya mau.""Awas aja kalau masih mau tapi bikinnya sama yang lain. Kan katanya kasihan sama Kamalia. Terus nanti bikin pula sama yang lain," seloroh Adi. Memb

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 119 Sunshine

    Menikahi Pria tak SempurnaSunshine Malam itu Dev dan Kamalia duduk di balkon kamar. Gaffi tidur ikut Mbak Mita dan suaminya, sementara Tisha sudah tidur pulas di ranjang mereka. Gadis kecil itu kelelahan setelah seharian bermain di pantai bersama kakak dan sepupunya."Kenapa tidak bilang sejak kemarin kalau kamu sedang hamil?" tanya Dev sambil merangkul pundak istrinya."Aku juga nggak tahu kalau hamil, Mas. Kemarin aku baru ingat kalau telat datang bulan. Waktu aku cek sudah tampak jelas garis duanya.""Mas bahagia, hanya saja cemas juga tiap kali menjelang persalinan anak-anak kita."Kamalia tersenyum sambil melingkarkan lengan di pinggang suaminya. Di sandarkan kepala di dada bidang Dev. "Yang penting Mas nemani waktu aku lahiran, itu saja sudah jadi mood booster buatku."Dev mengecup kening istrinya. Keduanya menatap langit malam yang bertabur bintang. Di kejauhan terdengar debur ombak pantai yang menghantam batu-batu karang. 🌷🌷🌷Kamalia terbangun tepat jam empat pagi. Yang

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 118

    "Mas," panggil Amara lirih sambil menggoyangkan tubuh Ben tengah malam itu.Ben menggeliat sejenak sebelum membuka mata dan duduk. "Ya, ada apa.""Perutku tiba-tiba mulas. Di celana dalamku ada sedikit darah."Netra Ben langsung terbuka sempurna, kantuknya seketika hilang. Ia melihat kening Amara yang berpeluh."Tunggu, ya. Aku panggil Mama."Ben melompat dari atas tempat tidur. Ia bergegas untuk membangunkan mamanya.Sejenak kemudian Bu Rahma masuk ke kamar putranya. Sedangkan Ben bersiap mengganti baju dan mengambil tas berisi perlengkapan untuk dibawa ke rumah sakit."Sejak kapan Mara mulai mulas?" tanya Bu Rahma sambil mengusap perut menantunya."Baru saja, Ma.""Ya sudah, jangan panik. Kita ke rumah sakit sekarang. Mama ganti baju dulu. Ben, kamu hubungi Dokter Keni, kalau beliau ada di klinik kita ke klinik saja.""Ya, Ma."Kendaraan sepi di jam satu malam itu. Perjalanan ke rumah sakit jadi cepat dan lancar.Sesampainya di depan ICU, mereka sudah ditunggu dua orang perawat lak

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 117 Liburan

    "Ben, makin hari tambah bulat aja," seloroh Kamalia saat melihat adik iparnya masuk ke dapur di rumah mamanya pagi itu.Ben yang baru datang dari rumah mertuanya tersenyum sambil mengusap perutnya yang berisi. "Jadi keenakan makan ngikutin selera makan Amara. Nantilah, sebulan lagi auto diet ketat. Oh, ya, kapan sampai?""Tadi malam jam sepuluh. Habisnya Mas Dev ngajak berangkat udah jam tujuh malam. Kata Mama, kamu dan Amara nginap di rumah mertua.""Iya, Bapak lagi sakit, makanya kami tidur di sana. Tapi sekarang sudah agak baikan. Cuman demam biasa.""Oh, Alhamdulilah.""Kenapa datang dadakan?""Kami dapat undangan pernikahan Imelda. Undangannya pun dadakan, karena mereka juga enggak ngadain pesta. Cuma ijab qobul aja.""Hmm, baguslah. Akhirnya nikah juga. Gaffi dan Thisa mana?""Habis sarapan kembali main di kamar sama papanya. Kalau Mama lagi belanja."Ben mengambil air minum di dispenser, kemudian duduk dan menghabiskan segelas air putih."Mau sarapan, enggak? Tadi Mbok Tini bik

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 116

    Kehamilan Amara disambut bahagia dua keluarga besar mereka. Nasehat demi nasehat diberikan kepada calon ibu muda itu.Amara sendiri masih tetap kuliah. Tapi dia sudah membatasi diri dengan kegiatan-kegiatan kampus di luar jam kuliah.Kebahagiaan Ben-Amara membuat iri sebagian mahasiswa. Apalagi untuk beberapa mahasiswi yang pernah mengidolakan Ben. "Katanya dulu kamu minum pil, Ra. Kenapa bisa hamil?" tanya Rensi saat mereka duduk di kantin."Iya. Cuman aku minumnya enggak teratur. Soalnya selalu pusing setelah minum pil itu.""Apa enggak kepikiran mau ganti pakai yang lain?""Rencananya mau ganti. Kutunda-tunda akhirnya keburu hamil.""Ya itu rezeki, Ra. Pak Dosen kelihatan bahagia banget gitu."Amara tersenyum sambil mengusap perutnya yang tengah hamil tujuh bulan. Ben memang sebahagia itu, kalau di rumah tak henti-hentinya dia menciumi calon buah hatinya yang masih ada di perut."Setelah kandunganku delapan bulan, aku akan ngambil cuti kuliah, Ren. Sementara aku ngambil cuti satu

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 115 Positif

    Setelah Kamalia beranjak ke belakang membawa mangkuk bekas makan Thisa, Ben berdiri lantas mendekati istrinya. "Ayo, kita ke kota untuk periksa," ajak Ben."Enggak usah, kayaknya aku hanya masuk angin," jawab Amara pelan."Sejak kita menikah, kamu belum haid, 'kan?" Ben jadi mengingat itu. Sebab selama sebulan ini mereka berhubungan tanpa halangan."Selama ini haidku memang enggak teratur." Pria itu mengangguk pelan kemudian kembali berdiri dan melangkah keluar vila. Amara termenung sambil memperhatikan Thisa bermain. Ia jadi teringat pil KB yang diminumnya. Padahal ia meminumnya hampir habis, tapi kenapa ia tidak datang bulan juga?"Ra, sini!" panggil Kamalia setelah turun dari mengambil sesuatu di kamarnya. Amara mendekat, Thisa ditinggal bersama Sawitri."Coba kamu test, kebetulan aku masih punya persediaan test pack."Kamalia memberikan test pack yang masih berbungkus utuh beserta cawan yang biasa dia gunakan untuk menampung urine.Amara memperhatikan cara penggunaannya."Ini

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 114

    Sabtu pagi Ben dan Amara berangkat ke rumah kedua kakaknya. Pria itu akan mengajak istrinya ke rumah Mita dan sorenya akan ke vila dan menginap di sana.Bu Rahma yang sebenarnya sangat kangen dengan kedua cucunya menolak ikut saat Ben mengajak. Beliau tidak ingin mengganggu kebersamaan pengantin baru. Beliau bisa pergi lain hari."Kita akan sampai berapa jam perjalanan, Mas?" tanya Amara."Kurang lebih dua jam.""Lumayan jauh, ya?""Nanti kalau sudah terbiasa ke sana, dua jam enggak akan lama."Mereka menikmati perjalanan sambil berbincang. Mengenai apa saja. Tentang kampus, saat keduanya dihadapkan sebagai dosen dan mahasiswi. Banyak yang akhirnya tergali tentang diri masing-masing. Jam sembilan mereka sampai di rumah Mita. Kebetulan dokter Nasir juga ada di rumah. Kedua suami istri itu sedang berkebun di pekarangan belakang ketika Ben dan Amara datang.Segera saja Mita belanja dan masak. Rencana awalnya siang nanti mereka akan kulineran ke luar. Berhubung adik dan iparnya datang, w

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 113 Tentang Kenangan

    "Hai, Ben," sapa Nindy sambil tersenyum ramah.Ben makin erat menggenggam tangan istrinya. Ia melangkah mendekat setelah gemuruh di dadanya mereda."Hai, juga.""Ayo, salim sama Om dan Tante." Nindy menyuruh putrinya untuk menyalami Ben dan Amara.Pria itu menunduk ketika tangan kecil terulur. Amara juga melakukan hal yang sama. Senyumnya merekah saat menyentuh pipi tembam anak Nindy. "Siapa namamu, cantik?""Chika, Tante." Ben memandang Nindy. "Umur berapa?""3,5 tahun.""Sebentar lagi masuk PAUD.""Ya.""Kenalin ini Amara, istriku."Nindy terkejut juga, meski tadi sudah mengira kalau wanita berhijab itu kekasih atau istri Ben.Amara menyalami wanita tinggi semampai di depannya. Ia sebenarnya heran karena sejak tadi wanita itu memperhatikannya."Aku Nindy."Amara mengangguk."Kapan menikah? Kenapa enggak ngundang?""Kami menikah Sabtu kemarin. Belum ada pesta, mungkin nanti setelah Amara wisuda.""Wisuda?""Iya, Mbak. Saya masih kuliah semester tiga." Amara yang menjawab.Nindy menj

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 112

    Amara melipat mukena setelah salat asar berjamaah dengan suaminya dan meletakkan di rak sudut kamar. Kemudian ia duduk di depan meja rias untuk menyisir rambut.Ben mengambil ponsel untuk melihat beberapa pesan masuk.Kamar Ben cukup besar daripada kamar Amara. Ditambah cat warna putih tulang yang menambah kesan luas pada ruangan.Ranjang king size diletakkan mepet ke dinding. Tidak diletakkan tepat di tengah seperti di kamar lainnya. Sepreinya baru dan wangi, warna biru terang dengan bordir bunga di tepinya. "Kapan ujian oral test, Mas?" tanya Amara sambil memandang Ben yang duduk di tepi ranjang."Malam ini kita mulai duluan," jawab Ben santai sambil menatap istrinya.Amara bisa menangkap maksud dari jawaban suaminya dan itu melenceng jauh dari maksud pertanyaan yang sebenarnya.Oral test mewajibkan mahasiswa mengerjakan ujian dengan melakukan tanya jawab langsung dengan dosen.Test itu akan dilakukan secara one by one. Dan ini menjadi ujian yang menegangkan bagi sebagian mahasiswa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status