Dengan langkah lebar, Brian datang ke ruang kerja Adnan.
Sorot matanya menggelap. Kebencian jelas-jelas melingkupinya. Ia sangat murka. Adnan melakukan hal yang sudah mengusik ketenangannya.
"ADNAAAAAN!" sentak Brian yang kilat masuk dan menarik kasar keras kemeja ayahnya itu. "INI SEMUA ULAHMU, KAN?!" murkanya.Adnan kemudian terkekeh geli. Seolah-olah semua kemurkaan Brian hanyalah sebuah lelucon.
"Udah Papa bilang, kalo Athena dan anaknya itu aib. Mereka gak boleh jadi bagian keluarga kita. Papa udah nyuruh kamu buat ceraikan dia, tapi kamu keras kepala. Jadi jangan salahkan Papa kalo akhirnya Papa pake cara tersendiri buat melenyapkan benar, " ungkapnya ringan.Seakan akan pembahasan tentang nyawa Athena bukanlah hal yang berarti baginya.
"Di mana istriku? Ke mana orang-orangmu membawanya?" cetar Brian mendesak Adnan.&n
Sudah aku bilang, kamu bisa mencintaiku kapan saja.Saat kamu siap, saat kamu sanggup.Tapi, harusnya kau tak boleh seenaknya. Apalagi meninggalkanku tiba-tiba seperti ini.(Brian Atmaja)***Entah arus sungai yang tak deras, atau memang Tuhan sedang lagi-lagi memberikan keajaibannya.Hari sudah benar-benar malam. Entah sudah pukul berapa, ketika Athena mencoba menggapai daratan, sementara sang anak sudah tak lagi menangis dalam gendongannya.Hati Athena menjerit nelangsa.Ia menginjakkan kakinya di tepian sungai, lalu dalam keremangan cahaya bulan, ia mencoba menatap wajah anaknya. Mengusap wajah mungil yang dingin dan terus saja terlelap itu dengan hati yang berdesir perih.“Sayang... kamu pasti lagi bobo, kan, nak? Sekarang udah gak apa-apa. Kita udah aman, kamu udah boleh nangis,” lirih Athena pedih.Ia mencoba menenangkan dirinya. Mencoba tetap berpikir bahwa Valerie tentu saja tidak apa-apa
“Aku baru saja akan membawa mereka ke rumah baruku, Ismail. Aku sudah berniat akan bahagiakan mereka, tapi tenyata rencana hanya tinggal rencana,” gumam Brian sedih.Dengan pakaian serba hitam, Brian menatap nanar sungai yang diduga jadi tempat Athena menceburkan dirinya. Itu sungai yang sangat jauh dari rumah, sepertinya Adnan memang berniat memberikan Athena pada Bima.Brian mengepalkan tangannya kuat-kuat saat mengingat tentang fakta itu.Polisi ada di bawah sana. Sibuk menyelam ke dalam sungai untuk mencari Athena, tapi yang bisa mereka temukan hanya ponsel dan sebelah sandal Athena yang tenggelam di ke dasar sungai yang tidak terlalu dalam itu, sementara yang sebelah lagi ditemukan di tengah hutan.“Tuan sudah jadi suami dan ayah yang terbaik. Saya menyesal karena tidak bisa datang lebih cepat untuk menjemput nona Athena,” ujar Ismail menimpali dengan penuh rasa sesal yang mendalam.Ismail juga ikut beduka. Walau mungki
Mansion mewah yang justru terlihat seperti kastil itu berdiri megah di tengah-tengah hutan. Tak ada pemukiman. Mansion megah itu jadi satu-satunya bangunan yang didirikan di pegunungan.“Kamu sedang apa?” suara bariton itu tiba-tiba menyapa, membuat Athena sempat berjengit terkejut lalu menoleh untuk sekadar mendapati pria asing yang sudah menolongnya itu tengah berdiri di belakangnya dengan kedua tangan yang disilangkan di dada.“Maaf, pak. Saya gak bisa ngasih timbal balik atas kebaikaan anda, jadi saya pikir saya harus beres-beres rumah,” kata Athena seraya membersihkan tangannya dari busa sabun cuci piring.“Kamu baru diobati dan luka di perutmu juga baru dijahit lagi, harusnya banyak istirahat, bukan malah banyak gerak kayak gini. Sana kembali ke kamarmu,” tegasnya pada Athena.“Iya,” jawab Athena pelan.Kemudian, Athena pun memilih menuruti perintah pria itu dan pergi menuju kamar tamu yang suda
Semua pakaian pemberian Andreas untuk Athena dan Valerie itu pun dikemas oleh pelayan Andreas ke dalam satu koper besar.“Pergi dari rumahku, Athena,” usir Andreas seraya melempar koper itu tepat di depan mata Athena.“Dokter Andreas....” Athena berucap lirih. Ia menatap kopernya dengan hati nelangsa.“Jangan buat ekspresi kayak gitu, Athena. Jangan bersikap seolah kamu menderita, karena aku gak merasa iba sama sekali. Kamu berasal dari keluarga konglomerat, apa lagi yang kurang?”“Anda gak tahu apapun, dokter. Anda gak bisa menganggap saya kayak gitu,” sergah Athena menampik ini Andreas tentang dirinya.“Kamu udah hidup enak jadi orang kaya. Cepat pulang. Jangan mengemis belas kasihan dariku,” sinis Andreas.Ia menyilankan kedua tangannya di dada, dan tatapan dinginnya tetap terhunus pada Athena. Seolah ingin membekukan Athena detik itu juga.“Daripada saya harus
“Jadilah orang dungu, Brian. Jangan tunjukan kepintaran kamu buat membantah Papa. Kamu cukup jadi si dungu yang selalu meng-iyakan semua perintah Papa, maka Papa pun gak akan ganggu siapapun dan apapun yang kamu lindungi,” pinta Adnan, yang justru terdengar seperti sebuah ancaman.Brian diam.Semua kalimat yang diucapkan oleh Adnan itu hanya masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri tanpa benar-benar melekat di hatinya. Walau kenyataannya, Brian Sendiri pun tak menolak permintaan itu.“Jawab ucapan Papa, Brian,” tegur Adnan dengan suara yang terdengar tenang.“Hm,” gumam Brian sebagai jawabannya.Dengan ogah-ogahan, Brian menyatap sarapannya. Kalau saja ia tidak berpikir kalau tubuhnya perlu asupan energi agar bisa pergi bekerja, dan agar kondisi tubuhnya pun prima, ia tak ingin memakan sarapannya lagi.“Sayang,” panggil Sandra memecah keheningan yang sebelumnya sempat melingkupi suas
"Mona ada di ruang tamu sama Mama tiri kamu. Sana, ajak dia berkeliling," kata Adnan memerintah. Ia bahkan tak tanggung-tanggung langsung mendatangi Brian di kamarnya, tanpa permisi.Brian menoleh sesaat, membetulkan kacamatanya yang sedikit merosot ke pangkal hidungnya, lalu kemudian kembali memfokuskan pandangannya pada laptopnya. Dengan terang-terangan ia mengabaikan Adnan."Brian...." Suara Adnan menegur sikap diam Brian.“Apa?” sahut Brian yang dengan malas menoleh memandang Adnan yang berdiri menjulang di ambang pintu.“Kamu gak denger? Ada Mona di bawah. Sana, ajak ngobrol dan ajak keliling. Kalian harus saling mengenal dulu sebelum menikah,” ulangnya terdengar jengkel.“Aku lagi kerja. Banyak pekerjaan yang belum selesai,” tolak Brian secara halus.Yang benar, saja. Brian malas kalau harus menemui perempuan yang tak lain adalah keponakan Sandra itu.Persetan dengan pernyataan ‘Sa
Setelah pertemuan pertamanya dengan Mona, penikahan pun dilaksanakan sebulan kemudian.Ballroom hotel bintang lima itu pun disulap jadi begitu megah dengan dekorasi perpaduan dengan warna soft pink dan silver.Gaun pengantin yang dikenakan oleh Mona pun rancangan designer ternama, bertaburkan swarovski kualitas premium.Tamu undangan bahkan lebih dari seribu orang. Tak habis-habisnya Mona terlihat tersenyum bahagia menangapi uluran tangan juga ucapan selamat dari satu persatu tamu, berbeda dengan Brian yang sedari tadi hanya terpaksa menyinggingkan senyumanya."Brian... aku bahagia banget," ucap Mona tersenyum ceria seraya memeluk mesra lengan Brian. "Makasih banyak ya," tambahnya.'Tapi, aku gak bahagia'Ingin sekali Brian mengatakan kalimat seperti itu, tapi ia tak bisa."Iya, aku juga."Pada akhirnya hanya itu kalimat yang mulut Brian katakan. Tanpa perasaan apapun. Hambar.Brian memaksakan senyumnya, mulai berp
“Athena, bisakah kamu kemari sebentar?” suara Andreas memanggil memanggil Athena dari ruangan inkubator di mana Valerie dirawat.Mendengar itu, Athena pun bergegas mengambil langkah seribu untuk segera menghampiri Adnreas.“Ada apa? Valerie gak kenapa-kenapa, kan?” cecar Athena panik.Ia membuka pintu ruangan itu dengan kepanikan luar biasa, lalu kemudian ia pun membeku di tempatnya dengan mata yang terpaku pada sosok Andreas yang terlihat tenang menggendong Valerie.“Athena... Valerie udah sehat,” ucap Andreas mengabarkan. Senyuman manis tercipta di wajah tampannya, membuatnya terlihat seperti malaikat.Ia begitu berseri-seri.Athena bergeming untuk sejenak, sementara matanya sudah mulai berkaca-kaca. Beberapa kali ia mengucek matanya untuk sekadar memastikan kalau ia tak salah lihat.Kemudian, dengan langkah gontai, Athena pun menghampiri Andreas seraya mengulurkan tangannya untuk meng
Hari Senin pagi, Athena begitu semangat melangkahkan kakinya memasuki lift VIP khusus para eksekutif perusahaan.Hari ini sangat menyenangkan bagi Athena karena ia berangkat bekerja diantar oleh Reza. Pria itu bahkan datang pagi-pagi sekali untuk sekadar menjemput Athena. Bahkan,Reza begitu telaten menyuapi Valerie, membuat Athena merasa benar-benar punya pasangan yang cocok untuk dirinya dan ayah yang baik untuk anaknya."Morning, Bu Aleah. Anda sepertinya sangat ceria hari ini, tidak seperti biasanya." Suara Brian menyapa.Sontak, saat itu Athena menoleh ke belakang, untuk sekadar mendapati Brian yang tersenyum tipis ke arahnya.Ah, sial memang. Saking larutnya dalam rasa senang, Athena bahkan sampai tidak melihat keberadaan Brian.“O-Oh… morning pak Brian,” sahut Athena sedikit terbata. Ia berdeham sejenak sebelum akhirnya ia menetralkan raut wajahnya kembali menjadi terlihat tanpa ekspresi."Diantar oleh suami, bu?" ta
You Hate When People See You Cry Because You Want To Be That Strong Girl. At The Same Time, Though, You Hate How Nobody Notices How Torn Apart And Broken You Are.(Anonymous)***“Baba, pon unyi.” (Papa, handponenya bunyi.) Suara menggemaskan itu terdengar, disusul dengan langkah kecil Valerie yang datang menghampiri Andreas dengan sebuah ponsel yang digenggam erat oleh tangan mungilnya.Andreas dan Athena yang saat itu sedang duduk di ruang tamu membicarakan soal bisnis pun akhirnya menoleh ke arah Valerie yang berjalan sedikit limbung ke arah mereka.“Oh, iya beneran bunyi. Makasih ya?” Andreas menyahut senang seraya meraih tubuh mungil Valerie untuk duduk dipangkuannya.Ia mengambil ponselnya dan menerima panggilan itu untuk beberapa saat, sebelum akhirnya padangdan matanya tertuju ke arah Athena.“Ada apa?” tanya Athena.Andreas tak langsung menjawab. Ia menutup lubang spiker
"Kak Andre," panggil Athena ragu. Ia bersandar pada daun pintu ruang praktek Andreas di klinik pria itu.“Ada apa?” sahut Andreas bertanya, setelah ia selesai membungkus semua obat-obatan racikannya.“Eng… itu… aku mau tanya… apa dokter Reza… suka ngerayain ulang tahun?” tanya Athena dengan suara yang sedikit terbata-bata.Mendengar itu, Andreas pun seketika mengulum senyumnya dan berbalik menatap Athena dengan kedua alis yang sengaja naikkan sebelah, berniat menggoda Athena.“Apa ini artinya kamu mau memberikan lampu hijau pada penantian Reza selama ini?”Athena menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tiba-tiba saja merasa malu dan canggung kalau harus mengakui niatannya.“Eng.. iya, aku pikir kata-kata kakak juga ada benernya. Mulai dari hari ini aku mau buka hati aku buat dokter Reza. Apa kakak tahu di mana dokter Reza biasanya ngerayain ulang tahun?”
“Minum obat anda, tuan.” Suara Ismail menegur Brian yang masih saja keras kepala tak mau meminum obatnya sama sekali.Brian masih tetap memilih terus berbaring lemah di atas tempat tidurnya, sambil terus mendiamkan demam menggorogoti tubuhnya lebih lama lagi.“Berhenti mengoceh, Ismail. Suaramu membuat kepalaku makin sakit,” protes Brian seraya menarik selimutnya sampai menutupi seluruh kepalanya.“Tuan, kan, harus mengurus perusahaan. Belum lagi proyek bersama perusahaan Hilton. Kalau anda masih terbaring lemah seperti ini, bu Aleah Dominique pasti akan marah besar. Anda tahu sendiri bagaimana murkanya beliau seperti apa?"Brian diam. Ia enggan menjawab ucapan Ismail dan memilih tetap memejamkan matanya.Pada akhirnya Ismail hanya bisa menghela napas berat dan mengembalikan botol pil obat anti depresan juga obat demam Brian itu ke dalam laci nakas."Ah, ternyata tuan sudah tak punya semangan hidup. Padahal saya
"Brian Atmaja bercerai," ucap Andreas membaca headline dari berita online yang ia baca di ponselnya. “Ckckck... jaman sekarang berita perceraian orang-orang kaya lebih banyak dimuat di media berita, darpada informasi saham atau apapun yang lebih pending,”lanjutnya berkomentar.Sementara Athena tampak termenung mendengar kabar itu. Entah ia harus bereaksi seperti apa. Sebab, untuk sekadar bergembira pun ia tak mampu. Hatinya sudah terlanjur kosong untuk sekadar memberikan reaksi soal Brian.“Kamu gak mau ketawa gitu?” tanya Andreas seraya menoleh ke arah Athena.Athena menggeleng cepat.“Gak deh makasih. Gak peduli juga hidup mereka berantakan atau apa pun juga, kecuali kalo mereka sengsara karena perbuatanku, barulah aku senang." Sudut bibir Athena berkedut, menyunggungkan senyum miring untuk beberapa saat.Andreas terbahak, lalu mengulurkan tangannya untuk sekadar mengusap gemas puncak kepala Athena.&ldq
Tak ada banyak yang aku harapkan.Cukup dengan melihatmu setiap pagi menyajikan senyum dan ucapan selamat pagi tiap kali aku bangun tidur pun, aku sudah bahagia.Ah, andai semua harap tentangmu bisa jadi nyata, Aleah.(Reza Zanuardi)***"Atas nama ibu Aleah Dominique?" suara seorang kurir langsung menyapa begitu Athena membuka pintu mansion Andreas.Bukannya langsung menjawab, Athena justru mengerutkan keningnya bingung dengan segala tanya di kepala-Dia tahu alamat ini dari mana? batin Athena.“Ya, saya sendiri. Ada keperluan apa?”tanya Athena akhirnya, alih-alih menanyakan pertanyaan yang sebelumnya sempat terlintas di kepalanya.“Oh, ini ada kiriman bunga dan kotak hadiah untuk ibu Aleah Dominique atas nama pengirim Reza Zanuardi,” jawabnya ringan seraya mengulurkan rangkaian bungan mawar-bunga baby birth dan tulip ungu itu kepada Athena.Sedangkan Athena sudah
"Aku gak mau pisah, please...." Mona bersimpuh di kaki Brian. "Aku bisa dihukum mati kalo orang tuaku tahu aku hamil sama orang lain."Surat gugatan cerai itu sudah Brian berikan pada Mona. Sudah ia tanda tangani juga, dan hanya tinggal menunggu Mona untuk menanda tanganinya juga, tapi perempuan itu malah membuat segalanya jadi terhambat."Jangan mempersulit keadaan, Mona. Tanda tangani saja," tukas Brian yang tak memperdulikan bagaimana Mona begitu memohon dengan sungguh-sungguh kepadanya.Perempuan itu bahkan memeluk erat kaki Brian dan tak melepaskannya sekalipun sudah beberapa kali Brian melepaskan tautan tangan Mona dari sana."Aku hamil Brian, jangan ceraikan aku. Kalo kita cerai aku harus gimana? Anakku pasti akan hidup tanpa ayah, Brian. Aku mohon... jangan ceraikan aku."Dengan wajah yang berurai air mata, Mona mendongak menatap Brian dengan tatapan memelas. Ia memohon belas kasihan Brian.Helaan napas berat kemudian terdengar dari
"Ngapain?" ketus Athena saat mendapati Reza dan sepeda motornya yang sudah terparkir di depan pintu keluar lobi kantor.Namun, seolah tak terpengaruh dengan wajah dingin dan ucapan Athena yang ketus, Reza justru memamerkan senyum manisnya pada Athena.“Bukan apa-apa sih. Tadi,aku isi bensinnya full tank. Jok belakang juga kosong,kayaknya seru kalo bonceng kamu,” ujar Reza dengan senyuman manis yang tak pernah sekalipun luntur dari wajahnya, menciptakan dua lesung pipit yang terlihat tak kalah manis menghiasi kedua pipinya.Sial memang.“Saya nunggu kakak saya datang jemput,” sahut Athena menolak secara halus. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain,menghindari untuk melihat betapa senyuman manis Reza yang benar-benar mengganggunya.“Andreas ada jadwal OP di rumah sakit, jadi gak mungkin jemput.”“Nanti pasti sebentar lagi pak Lukman bakal jemput ke sini,” kata Athena masih terus mengutarakan
"Tuan tadi kelihatan dingin pada nona Aleah, kenapa?" tanya Ismail begitu ia selesai membantu Brian untuk merebahkan dirinya ke atas tenpat tidur."Karena dia bukan Athena," jawab Brian ringan. "Dia mirip Athena, makanya aku ingin terus melihatnya. Tapi, setelah Athena ditemukan, aku gak lagi mau melihat Aleah. Aku sudah punya tempat tujuan ke mana aku harus melepas rinduku pada Athena," lanjutnya.Mendengar jawaban itu, Ismail pun mengangguk-nganggukan kepalanya."Silakan minum obatnya," ucap Ismal seraya mengulurkan obat anti depresan untuk Brian.Ya, depressi Brian kembali parah setelah ia sangat terpukul dengan penemuan mayat Athena dan Valerie."Aku gak mau minum obat." Brian mendorong pelan uluran tangan Ismail, menghalaunya agar tak memberikan obat itu lagi."Tapi, sakit tuan bisa makin parah kalau gak minum obat.""Aku ingin mati, Ismail... aku cuma ingin pergi," racau Brian membuat Ismail seketika menghembuskan napas be