"Tempat ini kosong tuan! Dia belum lama pergi!"Tio yang mendengar itu meninju angin. Tempat minim oksigen itu memang terlihat sepi. "Ada cctv yang bisa di cek?" tanya Tio pada orang bayarannya."Cctv toserba sepertinya sampai ke pintu ke luar masuk ruang bawah tanah ini," jawab orang bayaran Tio, yang merupakan detektif swasta."Hubungi yang berjaga di luar untuk meminta pengecekan cctv pada pemilik toko. Kita nanti menyusul ke sana!" Detektif swasta itupun mengikuti perintah Tio yang berniat tidak langsung pergi meninggalkan ruang bawah tanah itu, meski mengetahui sebelumnya sang penghuni sudah tidak ada lagi di tempat.Tio menyelisik setiap sudut ruangan. "Tempat ini sangat tidak layak disebut tempat tinggal," gumam Tio.Pria itu melihat betapa kumuhnya ruang bawah tanah itu. "Tuan lihat ini!" detektif swasta itu memanggil Tio guna menunjukan sesuatu yang harus saja di temukan."Foto-foto Jasmine? Banyak sekali? Apa dia fans Jasmine?" Tio mengamati satu persatu foto yang dipajan
"Harusnya kamu dirawat beberapa hari lagi sampai luka tusuk itu betulan kering," cicit Jasmine pada Alan. Wanita itu masih mencoba membujuk suaminya agar mau dirawat lebih lama di rumah sakit.Tiga hari yang lalu Alan baru sadar. Hari ini sudah merasa lebih baik, dirinya meyakinkan Jasmine untuk pulang. Meski dokter memintanya di rawat beberapa hari lagi di rumah sakit. Nyatanya pria itu sudah tidak betah untuk melakukan aktifitas seperti biasanya.Apalagi ada hal besar yang Alan ketahui mengenai pelaku pencopetan Jasmine dan penusukan dirinya adalah terencana. Alan tentu tidak bisa tinggal diam terlalu lama di hospital bed rumah sakit itu."Sudah siap?"Tio datang menjemput bos sekaligus sahabatnya."Ayo!"Alan jalan perlahan, lukanya sudah cukup kering. Namun, jika digunakan bergerak terlalu banyak masih terasa nyeri."Pelan-pelan." Jasmine mengingatkan sambil menggandeng lengan suaminya.Tio paling terlihat sibuk, mondar-mandir lebih dari dua kali, membawakan barang bawaan milik
Ternyata ada seseorang yang sudah masuk ke dalam unit apartemen Jasmine secara diam-diam. "Biar gue cek!"Tio mengusulkan diri hendak mencari seseorang itu yang sudah berani masuk ke unik apartemen Jasmine secara diam-diam.Akan tepati, Alan mencegah pergerakan Tio dengan memegang sebelah pundaknya. "Lebih baik Lo bantu lapor keamanan di bawah! Biar gue yang cek!"Tio terdiam, memandang sahabatnya itu dengan tatapan datar yang begitu sulit Alan artikan.Tio berusaha meyakinkan diri sendiri jika sahabatnya itu tidak akan kenapa-kenapa jika dirinya tinggal melapor ke petugas keamanan apartemen di bawah."Tenang ada gue!" seru Jasmine. Wanita itu seolah tahu isi pikiran Tio yang tengah khawatir pada Alan yang baru pulang dari rumah sakit."Gue bakal cepet balik!"Usai mengutarakan itu, Tio berlari secepat yang ia bisa menuju lantai dasar.Sedang Alan dan Jasmine yang ada di dalam ruangan apartemen saling beradu pandang guna saling memberikan dukungan."Tetep di belakang aku, mimi!" pint
"Sketsa wajah dan sidik jari yang ditemukan pada belati yang digunakan untuk menusuk kamu itu tidak sesuai," ungkap Tio pada Alan.Alan yang duduk di kursi kebesarannya itu memasang wajah datar, begitu sulit untuk Tio artikan. Awalnya Tio mengira sahabatnya itu akan kesal bahkan memakinya ulah pekerjaannya yang tidak mendapat hasil memuaskan. Nyatanya Alan tidak melakukan itu."Ada petunjuk lain?" Alan bertanya pada Tio. Biasanya orang kepercayaan Alan itu selalu memiliki sesuatu yang memicu petunjuk baru terbuka."Aku menemukan topeng berbahan karet elastis di markas, tepatnya topeng itu seperti tidak sengaja tertinggal di sana," jawab Tio, kala mengingat benda lain yang dirinya temukan di sana."Sekarang di mana topeng itu?"Alan ikut penasaran dengan bentuk topeng karet yang Tio bicarakan padanya."Di bawa detektif swasta yang kita sewa," Tio menjawab , "kita bisa hubungi dia kapan saja!" Tio mengeluarkan ponsel miliknya dari saku celana. Mencari nama sebuah kontak yang tersimpan
Tio mengikis jarak, hendak mengambil satu sendok guna ikut mencicipinya. Namun, tangan Alan sudah lebih dahulu menepisnya. "Siapa yang kasih kamu izin?""Cep!" Tio berdecak, kemudian mengutarakan kalimat protesnya kembali. "Gue cuma mau ikut cicipi, bro! Seenak itukah? Sampai gue tidak boleh ikut cicipi!""Apa Lo lupa? Jasmine bikin ini khusus buat suaminya! Dan suaminya itu, gue! Kalo mau ada yang bikinin khusus buat Lo, berarti Lo harus nikah dulu!"Alan dengan sigap memasukan suapan demi suapan kembali ke mulutnya. Mengunyah cepat, lalu menelannya. Kemudian mengulanginya lagi sampai tidak habis waktu lima menit lamanya, Alan sudah berhasil mengkandaskan bekal makanan yang Jasmine buatkan spesial untuknya.Tio hanya bisa menggeleng melihat kelakuan sahabatnya itu. Entah karena tidak ingin berbagi makanan dengannya. Atau memang makanan yang Jasmine buat terlalu enak sampai dirinya tidak diperbolehkan mencicipinya.Kring!Dering telepon menggema di ruangan Alan."Halo!" sapa Alan yan
Sore hari di taman kota."Kenapa Lo ajak gue ketemuan di luar? Apa Lo sengaja mau langsung seret gue?"Diko memaki orang suruhannya yang saat itu berita pencariannya telah menyebar di seluruh media yang ada di negara itu.Meski datang dengan menggunakan masker juga topi guna menutupi wajahnya. Diko tetap panik jika akan ada yang mengenali orang yang tengah bersamanya."Gue gak mau ketangkep! Lo harus bantu gue buat pergi ke luar negeri!" pekik orang suruhan Diko, yang mengakibatkan satu buah bogeman Diko daratkan di rahang tegas orang suruhannya itu."Bicara yang bener!" maki Diko."Lo bisa pake indentitas gue yang palsu!" orang suruhan Diko masih terus menyerukan keinginannya pergi ke luar negeri. Tidak perduli jika akan mendapat satu pukulan lagi dari Diko.Diko menoleh ke kanan dan ke kiri. Memastikan sekitaran mereka aman, kemudian mengambil kartu identitas palsu milik orang suruhannya."Gue akan coba urus! Tapi jangan sampai Lo sangkut pautkan gue, kalo ternyata tetep ketahuan!"
Jangan ditanya Alan se_khawatir apa saat ini. Pria itu langsung menangkap kondisi jika ada orang yang menerobos masuk ke unit apartemen sang istri.Dengan cepat Alan mengambil pistol yang memang tersedia untuk berjaga jaga di kamarnya. Mengecek peluru kemudian berlari menghampiri Jasmine yang saat ini berada di balkon.Ketika sadar dari pingsan Jasmine sudah bergelantungan pada pembatas balkon."Gak bakal ada yang bisa tolong kamu di sini!"Pria penguntit itu berhasil membuat Jasmine bergelantungan di pembatas balkon hanya dengan seutas tali yang tersangkut di pembatas balkon. Jika tali itu terputus sudah pasti Jasmine akan terjatuh dari gedung itu."Lepaskan dia!"Pekik Alan yang tiba di balkon dengan pistol yang siap menembak.Karena terperanjat akan kehadiran Alan yang tiba-tiba. Belati yang di pegang sang penguntit berhasil menggores tali yang mengikat Jasmine separuhnya."Alan!""Tolong!""Tidaaak! Tidak! Alan!"Jasmine terus meracau meminta pertolongan.Sedang sang penguntit yan
"Jadi? Yang gue lumpuhkan tadi adalah yang bikin Lo terluka?"Tio ingin memastikan pengamatannya pada Alan langsung."Laki-laki itu pakai topeng karet! Dia yang nusuk gue waktu itu!"Alan berucap pelan, sebab menahan sakit di luka bekas operasinya. Pria itu melihat sang penguntit langsung mengenali orang yang sama dengan yang menusuknya."Nanti lagi bahas dia. Lebih baik sekarang fokus ke luka kamu dulu!"Jasmine tidak tega melihat Alan dalam kondisi sakit seperti ini, masih memikirkan sang pelaku.Tio menurut, tidak banyak berucap lagi. Pria Itu memilih fokus pada laju mobilnya agar lekas sampai di rumah sakit terdekat.Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di rumah sakit terdekat. Tio mengambil alih Alan dari Jasmine, membantunya berjalan menuju ruang IGD. Sedang Jasmine pergi ke bagian resepsionis untuk mendaftarkan Alan.Alan langsung mendapatkan penanganan pertama di instalasi gawat darurat rumah sakit itu. Lukanya harus di jahit lagi karena kembali robek ulah pergerakan p