Beranda / Romansa / Menikahi Mantan Pacar Teman / 79. Dia yang Dulu, Bukan Dia yang Sekarang

Share

79. Dia yang Dulu, Bukan Dia yang Sekarang

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-24 12:54:41

“Mei!” Juna menghambur memeluk Mei yang baru saja memasuki halaman vila. “Elu dari mana aja, hmm? Dari mana ...?” desaknya dengan napas terengah-engah. Lalu Juna mengurai pelukannya dan mengguncang-guncang tubuh Mei. “Gue setengah mampus nyariin elu ke mana-mana, tahu nggak? Gempor kaki gue nyariin naik-turun bukit, tapi elunya nggak ada, nggak gue temuin. Gue takut elu nyasar terus hilang! Mei ..., please, jangan kayak gini lagi. Kalau elu mau keluar ..., ajak gue, bangunin gue, atau minimal bawa hape biar bisa gue telepon. Paham ...? Kalau sampai kayak gini lagi, elu mau gue ikat aja biar kayak kangkung? Mau gue tumis sekalian campur toge, heh?” oceh Juna nyaris hanya dengan satu tarikan napas saja.

Mei berkedip-kedip menatap Juna. Membisu.

“Jangan diulangi lagi ya, Mei?” bisik Juna dengan tatapan memohon dan membius hingga Mei mengangguk-angguk.

“Good girl.” Juna mengusak poni Mei dan mengecup keningnya lalu menggandengnya masuk ke dalam vila, tanpa banyak bantahan dari wanita itu.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
miss calla
Bila gak saling terbuka yg bakalan terbuka adalah celah pd org luar utk masuk dlm hubungan mereka.. penasaran lanjutan nya dong thor makin seruu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   80. Sisi Lain

    Mei melirik jam yang melingkar cantik di pergelangan tangannya, jam buatan tangan asli dari Swiss hadiah ulang tahunnya dari Juna. Jangan ditanya berapa harganya. Sebab bagi Juna harga tak jadi soal, tetapi tentu saja menjadi soal besar bagi golongan orang yang hobinya ke kafe demi nebeng wifi, pesan kopi cuma secangkir tapi nongkrongnya berjam-jam. “Well, gue bawa dulu produk elu. Nanti biar gue sendiri yang langsung minta ke teman gue buat endorse. Soal biayanya, elu nggak usah pikirin. Biar gue aja,” kata Mei sambil mengambil paperbag berisi sampel kosmetik punya Tania. Seketika Tania dan Sarah saling tatap, kemudian menoleh pada Mei sambil berkedip-kedip. Tak menyangka jika seperti itulah cara Mei akan menolong Tania. Padahal mereka sudah telanjur berbusuk sangka kepadanya. “M-mei ..., elu serius? Biaya endorse teman elu itu kan mahal? G-gue ..., jadi nggak enak.” Tania menggigit bibir, perasaannya masih dipenuhi rasa bersalah kepada Mei. Mei tertawa lirih. “Kan tadi udah gue b

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   81. Menguji Kesabaran

    “Itu mereka datang!” seru seorang panitia yang sejak tadi sudah bersiap menyambut kedatangan Mei dan Juna, layaknya menanti tamu agung acara reuni tahunan SMA mereka. Kebetulan Mei dan Juna menjadi peserta reuni yang datang paling akhir karena tadi pagi ada undangan mendadak dari Opa Tomo yang tak dapat mereka tolak. “Apaan sih lu, nggak perlu pakai gini-ginianlah ..., kita semua sama, kok!” tolak Juna kala Wanda berniat mengalungkan untaian bunga ke leher Juna, padahal Juna tak melihat teman-temannya yang lain memakai untaian bunga seperti itu. Juna gerah diperlakukan berbeda dari yang lain meskipun dialah pemilik resort mewah di beberapa titik wisata pesisir Banten ini. “Udahlah, Jun ... terima aja! Ini say thank’s kita ke elu karena udah kasih kita semua gratisan fasilitas sekeren ini,” sahut Niken yang juga seorang panitia . “No no no. Kalau elu semua mau terima kasih, bukan kek gini caranya. Tapi cukup have fun aja udah .... Pokoknya, tunjukin kegilaan elu-elu semua di setiap a

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   82. Did You Happy With Him?

    Jantung Juna serasa dipecut melihat Mei dan Kevin membelokkan langkah mereka menuju sebuah kamar. Jelas sekali di matanya, Kevin tersenyum menatap Mei sebelum mendorong kamar itu, bibirnya tampak menggumamkan sesuatu dan lagi-lagi membuat Mei tertawa. Daun pintu terbuka, dan Kevin mengedikkan dagunya kepada Mei agar masuk lebih dulu, kemudian Kevin menyusul dan menutup pintu di belakangnya dengan cepat. “Anj*ng!” Juna mengumpat dan mempercepat langkahnya. Dia bahkan kini berlari menyusul ke dalam kamar. “Kev!” pekiknya sambil menyerbu masuk. “Hai, Jun ...?” Sarah melambaikan tangan pada Juna. “Jun?” Mei kaget tapi dengan cepat dia ikut tersenyum kepada sang suami. “Eh, Juna? Apa kabar, lu? Baru aja kita tanyain, dianya langsung nongol.” Tania nyengir sambil melambaikan tangan. “Panjang umur lu, Jun.” Raya ikut bersuara. Juna ‘terbagong-bagong’, ternyata ada banyak orang di kamar ini, dia pikir hanya ada Kevin dan Mei saja. Juna tersenyum kecut sambil membalas lambaian tangan tema

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   83. Supporter Termahal

    Mei tak bergairah mengikuti kegiatan lomba tujuhbelasan yang sedang berlangsung meriah. Raganya memang di sini, tetapi pikirannya di tempat lain, di sebuah deluxe room yang ditempati Raya bersama Kevin. Juna memaksa Kevin menemani Raya. Nyaman sekali mereka berada di ruangan sejuk ber-AC panas-panas begini, sedangkan dengan seenaknya Juna menyeret-nyeret Mei agar mengikuti aneka permainan konyol yang membuat Mei harus basah-basahan dan belepotan tepung dari ujung rambut hingga ujung kaki. Semakin kotor tubuh Mei, semakin kencang tawa Juna melihatnya sambil tiada henti memotret dan merekam. ‘Sialan, gue pasti jelek banget! Kayaknya elu puas banget nista’in gue, Jun!’ Mei merasa insecure. ‘Awas aja kalau foto jelek gue ntar elu jadiin meme. Bakal gue gantungin elu pas lagi enak-enaknya tempur di ranjang.’ Mei tertawa sinis merencanakan dendam kesumatnya. Rasanya tak sabar ingin membuat pria itu sengsara dengan tak mendapatkan pelepasannya secara sempurna. Biar satu sama dengan frustras

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   84. Malam Reuni

    “Perpisahan ini ..., janganlah cepat berlalu. Perpisahan ini ..., ingin kukenang selalu. Hatiku damai ..., jiwaku tenteram di sampingmu. Hatiku damai..., jiwaku tenang bersamamu ....” Mengelilingi api unggun, orang-orang bernyanyi syahdu diiringi petikan gitar Juna dan juga Bernard. Menghangatkan hati yang terikat dalam satu memori manis semasa SMA yang tak pernah dilupa. Suka cita mewarnai wajah semua orang yang ada di sana, tak terkecuali Mei yang ikut bernyanyi di sebelah Juna. Sepertinya ini menjadi kali pertama Juna mendengar Mei ikut menyanyi sejelas ini. Dalam acara reuni-reuni sebelumnya Mei bahkan nyaris tak pernah bersuara. Juna pun menoleh, menatap Mei, dan tersenyum lembut kepadanya. Merasa sedang ditatap, Mei balas menoleh dan membalas senyum Juna. Secara refleks Juna menghentikan petikan gitarnya, lalu menjulurkan kepalanya untuk mengecup kening Mei. “Huuuu!” Juna tak sadar jika teman-teman sedang menyoraki tindakannya. Pria itu malah menggeser ciumannya ke bibir Mei.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   85. Harga Diri yang Terbanting

    Aneka seafood dari restoran telah lengkap terhidang di meja panjang, kecuali ikan, sebab Juna mengira Mei tak suka ikan. Bersama teman-teman perempuannya, Mei menyantap hidangan itu. Sedangkan Juna bergabung di meja lain bersama teman-teman pria. “Ada yang mau ikan bakar, nggak? Biar gue ambilin sekalian,” kata Wanda sambil beranjak dari meja. Beberapa orang mengangkat tangan, minta diambilkan. Sedangkan Mei cuma bisa menelan ludah menahan keinginannya, sadar jika dirinya tak sanggup menyentuh ikan yang masih dipenuhi duri. Wanda kembali dengan dua piring ikan gurame basar dan menghidangkannya tepat di depan Mei. Uapnya menguarkan aroma lezat yang menyiksa penciuman Mei. ‘Sialan, apa kayak gini ya yang dirasain Edward Cullen saat mencium aroma tubuh Bella Swan?’ pikirnya malah mengimajinasikan novel favoritnya. “Mei, cobain, nih? Enak loh, keburu kehabisan,” tegur Wanda. Mei tersenyum kecut sambil menggeleng. “Elu nggak dengar tadi Juna bilang kalau bininya kagak doyan ikan? Makan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   86. Damn You

    Kevin meninggalkan Mei dan Juna dengan langkah berat. Dia tak langsung kembali ke kamar seperti yang diharapkan Juna, tetapi duduk di kursi makan panjang sambil bersedekap gelisah memandangi Mei dan Juna yang sedang berdua saja di tempat pembakaran ikan sana. Bernard yang masih bingung menilai situasi antara kedua temannya ini pilih mengawasi keduanya saja, berjaga-jaga. Bernard belum pernah melihat sorot mengancam seserius itu dalam mata seorang Juna yang dikenalnya, apalagi ancaman itu ditujukan kepada Kevin yang pernah begitu dekat dengan Juna semasa SMA. Selama ini Juna terkenal periang dan tak pernah menyimpan dendam, tetapi apa yang dilihat Bernard barusan seperti mengupas sisi lain dari sosok Juna yang dikenalnya. Jujur, Bernard sempat merinding melihat kilat ingin membunuh yang tersorot di mata Juna tadi. Seperti bukan Juna. Sedangkan di tempatnya, Mei diam saja, membiarkan Juna melakukan apa yang ingin dia lakukan. Dia tahu, percuma saja mencegah Juna yang diam-diam sekeras

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-28
  • Menikahi Mantan Pacar Teman   87. Trigger

    Gebrakan Juna di atas meja menciptakan guncangan keras bagai sebuah gempa, menumpahkan air minum dan saus-saus bumbu, membuat taplak putih cantik yang menutupi meja jadi kotor berantakan. “J-jun ....” Mei menengadahkan wajah, memberanikan dirinya menatap Juna. Dan ketakutannya pun benar-benar terjadi, sorot mata Juna kini sama persis dengan sorot mata Tante Dilla yang ... muak kepadanya. Muak. Kepada. Mei. Prang! “J-jun ...!” Mei tak sanggup menahan air matanya yang membobol dengan cepat saat Juna membanting piring yang berisi ikannya yang masih utuh, hingga piring itu pecah berkeping-keping di lantai dan si ikan malang yang dibakar Juna dengan susah payah tadi mencelat dan teronggok sia-sia. Mei menunduk, tak sanggup membalas tatapan Juna yang menyorot tajam penuh kemarahan padanya. “Pengkhianat ...,” desis Juna sambil menarik taplak meja, membuat seluruh isinya tercecer ke lantai. Mei menjerit dengan jantung dihentak kaget. Mei beringsut menjauhi meja, sambil menangis saat Jun

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-28

Bab terbaru

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   Extra Part

    Mei meletakkan Cinta di box tidurnya secara perlahan setelah selesai mengganti diapers untuk bayi cantiknya yang menggemaskan itu, kini anak keduanya itu sudah berusia 3 bulan. Juna menepuk-nepuk lembut pipi puterinya. “Selamat bobok, cintanya mami dan papi,” bisiknya dengan hati berbunga-bunga. Setelah memastikan Cinta tidur nyaman, Juna menoleh kepada Mei yang sedang memerah ASI. Air susu Mei melimpah ruah, sampai-sampai Mei membeli kulkas baru khusus untuk menyimpan stok ASI bagi sang buah hati. Mei bertekad akan memberi Cinta ASI eksklusif selama 6 bulan, sama seperti Vi dulu. “Masih lama, Mi?” Juna manyun memerhatikan Mei sibuk dengan alat perahnya. “Bantuin sini, malah bengong! Biar cepat beres ini,” omel Mei. Juna pun nyengir dan membantu Mei menuliskan tanggal hari ini di setiap label botol ASI itu, kemudian memasukkannya ke dalam kulkas yang ada di dalam kamar mereka. Sementara Mei membereskan alat-alat pemerah ASI, mencuci, mengelap, dan menyimpan kembali dengan rapi. “S

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   Extra Part

    “Mami, bangun! Ini sudah jam berapa?” Juna menarik selimut Mei, menepuk-nepuk istrinya yang malah lebih erat lagi memeluk guling. Juna geleng-geleng kepala. Sepertinya Mei bangun kesiangan lagi, padahal biasanya Mei itu morning person. Istrinya itu sigap melayani apa saja kebutuhannya dan juga Vi. Rajin mempersiapkan keberangkatan Juna ke kantor, dan juga mempersiapkan sendiri box makanan untuk Vi. Tapi sudah seminggu ini, makanan untuk Vi diurus pegawainya. Demikian pula persiapan sarapan untuk mereka. Juna rindu sarapannya dipersiapkan sendiri oleh sang istri tercinta. “Banguun, ... Maemunah.” Juna menarik guling Mei, tapi kemudian Mei mengalungkan lengannya di leher Juna. Membuat Juna terkekeh dan menciumi wajah istrinya. “Jun, ngantuk banget gue loh. Masih kepingin bobok.” Juna pun mengecupi pipi istrinya yang masih memejamkan mata. Mei kelihatan sangat mengantuk memang. Juna jadi tak tega menyuruhnya bangun dan menyelimutinya lagi. Juna mandi pagi dan berganti pakaian, memasa

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   Extra Part

    Mei tersenyum puas usai melakukan rapat final dengan manager pengelola gedung Utomo Group. Mei menyabet tempat di lantai dasar gedung Utomo Group yang sebelumnya disewa oleh sebuah restoran franchise asing. Mei ingin menancapkan taring bisnisnya di gedung utama milik kakek suaminya sendiri.Juna pikir istrinya kian menggilai bisnis dan ingin semakin banyak mereguk laba berlipat-lipat. Namun Juna dibuat terkejut saat Mei memaparkan sesuatu kepadanya, bahwa Mei akan memberikan diskon khusus bagi para pegawai Utomo Group yang makan di restoran itu dalam jangka waktu selama mereka berstatus pegawai Utomo Group, yaitu diskon 90% bagi kalangan pegawai kelas bawah semisal security, OB, cleaning service, dan diskon 60% bagi kalangan staf biasa.“Biar apa gitu, Mei?”“Biar mereka merasa dihargai, dan mereka bisa pakai diskonannya buat kepentingan mereka yang lain, atau buat ditabung. Soalnya, Jun, ... gue pernah jadi pegawai rendahan kayak mereka, budget makan siang itu mehong dan berasa bange

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   Extra Part

    “Mei, serius ... elu nggak kepengen ngadain resepsi buat pernikahan kita ini?” Juna diam-diam ingin mewujudkan pesta pernikahan impian yang ingin digelarnya secara mewah. Sebagai wujud kegembiraannya memenangkan hati Mei kembali.“Ogah. Kan udah gue bilang ogah. Berisik amat sig elu masih nanyain melulu, Jun?”Juna manyun. “Emang kenapa sih, Mei?” rengeknya sambil memeluk Mei dari belakang, sementara Mei sedang sibuk meracik bumbu untuk makan malam mereka nanti.“Buat apa elu buang-buang duit cuma buat menjamu para sosialita yang fake itu, heh? Gue ingat banget ya, pas gue lagi melarat gimana sikap mereka ke gue. Gue tuh kayak sampah tahu nggak di mata mereka. Anna dan teman-temannya itu! Papasan sama gue di mall kagak ada yang mau noleh barang seorang, padahal gue udah sapa duluan baek-baek,” oceh Mei sambil menggeprek lengkuas sekuat-kuatnya sampai penyet, seakan lengkuas itu adalah perwujudan Anna dan teman-temannya.Jantung Juna nyaris mencelat kaget mendengarnya. ‘Dih, serem juga

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   EPILOG

    Mei dan Juna menginap di sebuah presidential suite. Di sinilah mereka pernah melewati malam pertama pada pernikahan mereka yang terdahulu. Pada malam rujuknya mereka kali ini, Mei dan Juna kembali memilih ruangan yang sama, ruangan yang menyimpan sejuta kenangan tentang mereka. Ruangan ini menjadi saksi bisu, bahwa ada rasa membara yang mengikat Mei dan Juna, sejak dulu sampai sekarang, tak pernah padam. Jika keduanya dulu merasa canggung saat memasuki ruangan ini dalam balutan gaun pengantin, sekarang tidak lagi. Begitu Juna menutup pintu hotel, dia langsung mengangkat tubuh istrinya itu ke ranjang, melucuti pakaian Mei dengan tak sabar. Sudah halal, bukan? Tangan Juna bergerak cepat menyingkirkan segala macam penghalang, dan matanya berbinar-binar begitu tubuh polos Meilani kini terpampang nyata. Mei ternyata masih tetap luar biasa dan semengagumkan dulu. “Bisa-bisanya Mei, elu udah jadi emak-emak tapi body masih mulus langsing singset kayak gini?” pujinya sambil membelai perut Mei

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   184. Demi Juna

    “Buset, ribet amat sih mau rujuk kebanyakan syarat administrasi! Nggak bisa nikah di KUA hari ini dong gue? Mau tuntasin ibadah nikah yang mulia kok ada-ada aja ya ujiannya?” oceh Juna saat menelepon Jonathan. “Ya udah, Jon, elu buruan daftarin dan urusin semua persyaratan rujuk buat gue dan Mei di KUA. Gue sama Mei nikah siri aja dulu hari ini! Biar cepat sah dan halal,” pungkasnya. Mei tertawa mendenngar ocehan Juna yang teramat ramai. “Beneran mau nikah hari ini? Ntar ajalah ... tanggung, nikah di KUA yang resmi sekalian, tunggu Jojon kelar beresin syarat administrasinya dulu, Jun.” “Eits, nggak bisa! Ibadah loh ini, Maemunah ...! Ibadah itu jangan ditunda-tunda. Jangan dengerin bujuk rayu setan buat nunda-nunda ibadah kita.” Mei terpingkal-pingkal. “Cih. Bisa aja nih orang modusnya, ... bilang aja udah nggak tahan pengen grepe-grepe gue!” cibirnya. Juna nyengir. “Itu kan ibadah juga, Mami sayang, ... yang membedakan kita sama kucing! Kucing mau kawin tinggal kawin, kalau kita

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   183. Yes or No

    Mei buru-buru ke dapur, meneguk segelas air untuk membasahi kerongkongannya yang kering karena menahan gondok kepada Juna yang malah mengusilinya soal penggrebegan tadi. Wajah Mei jadi merah padam, bukan hanya karena marah pada keadaan. Tapi dia juga bingung bagaimana caranya menjelaskan ke Vincent? Tadi dia mengecek i*******m dan benar saja, kejadian tadi sudah tayang di I* TV milik Anna dan meraih banyak penonton. “Tuh, kan. Netizen malah belain kita dan kasih selamat sekalian. Orang-orang sekarang sudah tahu soal anak kita, Mei. Juga tentang kita yang sudah rujuk. Dahlah ... yuk, jadiin real aja?” Juna meletakkan ponsel setelah ikut mengecek dan membaca komentar yang berseliweran di I* itu. Juna kemudian merangkul Mei yang duduk menunduk di sofa sambil memegangi kepalanya yang pening. Juna memijiti pundak Mei hingga wanita itu terlihat sedikit nyaman. Mei menangis sambil mengatakan kalau dia takut Vincent marah, takut Vincent kecewa kepadanya. Mei juga meminta saran dan pendapat

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   182. Kesempatan dalam Kesempitan

    “Gue kangen banget sama Vi, Mei. Please? Gue sekarang tahu kenapa gue langsung jatuh cinta sama Vi sejak awal ketemu dulu. Dan semakin ke sini gue semakin sering kangen sama dia. Ternyata itu yang namanya ikatan batin. Iya ‘kan? Elu sendiri tadi bilang, bakal beri gue ruang buat mencurahkan kasih sayang gue ke Vi?” Mei memutar bola mata. “Iya, tapi nggak gini juga keleus ..., lu lihat ini jam berapa sekarang? Jam 12 malam. Gila lu mau masuk-masuk kamar janda tengah malam gini.” Juna tertegun. Setelah pembicaraan seriusnya tadi, sekarang Mei dengan cepat kembali ke mode cablak. Juna garuk-garuk kepala. “Dih, cepat juga waktu berlalu ya, Mei?” “Ya iyalah, dodol. Situ aja nangisnya berapa jam sendiri?” “Njirr ..., jangan cerita ke siapa-siapa ya, Mei. Tengsin gue.” “Wani piro?” Lalu Mei terkekeh jahat. “Cih. Lu kayak John Wick aja, Mei!” seloroh Juna. Karena John Wick suka menantang imbalan Juna dengan dua kata yang sama itu, ‘wani piro’. “John Wick? Keanu Reeves?” Mei kebingunga

  • Menikahi Mantan Pacar Teman   181. Tak Cukup Hanya Cinta

    Juna merengkuh kedua tangan Mei. Tangan Mei terasa hangat dalam genggaman Juna yang dingin. “Mei ...,” panggil Juna seraya mengecup lembut punggung tangan wanita itu, “gue udah tahu semuanya, ... siapa sebenarnya Vi,” ucapnya begitu lirih. “Sorry ..., I’m too late.” Juna mendesahkan sejuta penyesalan. Juna berlutut di depan Mei seraya mendongak, mempertemukan tatapan mereka. “Mei ...,” panggilnya lagi, karena wanita itu tak jua bersuara sejak tadi. Mei membeku dalam kediaman panjangnya. “Gue sungguh-sungguh minta maaf. Mungkin permintaan maaf gue ini nggak sepadan dengan penderitaan yang sudah elu lewati seorang diri selama ini.” Juna mengetatkan genggamannya seiring pecutan sesal yang kian melecut-lecut dalam hatinya. Juna baru tahu dari Anjani ..., jika ternyata Mei dalam kondisi mengandung darah dagingnya saat Juna menceraikannya dulu. Saat Juna mengusirnya siang itu, meninggalkan rumahnya di bawah terik cahaya mentari yang membakar kulit, dengan berjalan kaki. Ya ..., berjalan ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status