"Seanh merasa sangat sedih, huh, dengar - dengar karena anak itu bunuh diri... kenapa anak itu bisa berfikir begitu." Ucap Ibu tiri melihat Sean berjalan lemas. Diruang sofa ruang tamu. "Ayah, kamu tidak perlu khawatir, aku sudah memberi tahu teman - teman media, mengatakan bahwa ini semua adalah sebuah kecelakaan.." UCap Cleo adik tiri sean. "Kerja yang bagus, beberapa hari ini bantulah kakakmu itu." Ayah sean menjawab dengan menghela nafas panjang. "Aku sudah mengerti ayah." JAwab Celo dengan semangat. Didalam kamar Sean. "!" Sean terkejut melihat lukisan Clara yang terpampang indah, dengan mengambarkan suasana senja di pantai yang indah. "Haaaahhhhhhhh!!" Sean berlutut sembari berteriak kencang. Dua hari kemudian. "Tuan muda, kamu sudah bangun, apa ingin makan sesuatu?" Tanya pelayan yang melihat Sean keliuar. "Tidak perlu, dimana Cleo berada?" Tanya Sean. "Itu, kata tuan muda Cleo ingin membuat perayaan hari berduka pada nyonya muda, jadi semua sudah pergi ke panti Asuh
"Aku tidak boleh mengingatnya seperti ini, aku harus kembali kekehidupan normalku." Ucap Clara dalam hati. "Kamu sebelumnya pernah mengajari anak kecil melukis, bos temanku sedang mencari guru pat untuk anaknya, apa kamu ingin mencobanya?" Tanya Zee, memperlihatkan Chat di HPnya. "Oke." JAwab Clara singkat. "Bagaimana jika pekan ini, kamu datang ke rumahku, aku tinggal di daerah xxx. apa kamu bisa kerumah?" Tanya Seseorang dari telefon Zee. "Bisa, kalau begitu sampai jumpa di ahir pekan." Jawab Clara dengan ceria. Rumah Teman Bastian dan Sean. "Kak, ini siapa?" Tanya Bastian melihat perempuan di samping Isabel istri temanya. "Ini adalah adiku, huiru, beberapa hari ini membantuku untuk menjaga kedua anaku." Jawab Isabel. "Kenapa dia sangat mirip dengan Clara hanya rambutnya yang berbeda?" Ucap Bastian dan Sean dalam hati berfikir sejenak. Halaman belakang, Isabel melihat Sean duduk merenung di sofa santai. "Huiru, beri Sean segelas soda, jangan biarkan dia hanya duduk diam sa
"Hah? Guru? nukankh hari.. situasi dirumahmu aman - aman saja kan?" Tanya Huiri terkejut melihat guru yang datang sama dengan guru yang datang di rumahnya lusa."Aman - aman saja..." Clara menjawab dengan canggung."Apa karena liburan terlalu membeosankan, jadi kamu bersiap belajar melukis?" Tanya Clara berusaha mencairkan suasana."Karena aku menyukaia seorang pria, aku ingin memiliki banyak toping untuk dibicarakan denganya, jadi aku baru ingin beljaar melukis." Jawab Huiri tersipu malu."Kalau begitu kamu harus be;ajar dengan giat!' Clara memberikan semangat.Toko bahan dan alat melukis."Sudah kembali,Zeenmenyuruh kamu pergi ke jalan xxx untuk makan malam." Ucap Callina yang melihat Clara."Kalu begitu aku akan ke atas mengganti pakaianku!" Teriak Clara sembari berjalan cepat."Ting...tong...ting..tong." Suara bel berbunyi."Selamat datang, silahkan lihat sendiri dulu apa yang anda butuhkanm.." Cellia menyapa seseorang yang masuk sembari membuka catatan di tanganya."Aku datang, u
"Kamu, apakah kamu salah mengenali ornag." Tanya Clara tanpa melihat orangnya."Benar - benar kamu! apakah kamu diselamatkan oleh seseorang? lalu kenapa kamu tidak kembali mencari Tuan muda? kamu tidak hilang ingatan kan?" Vino terus menerca berbagai pertanyaan melihat Clara di depanya."Apakah kak Vino, aku terlau menonton banyak drama koran." Clara tercengang ternyata bukan Sean."Kak Vino, aku tidak bisa menjelaskan dalam satu dua kata, bolehkah aku mohon padamu, maslah aki masih hidup, tidak boleh memberitahukan pada siapapun?" Jawab Clara dengan memohon."Terutama pada Sean." Ucap Clara dalam hati."Apakah kamu tahu betapa sedihnya Tuan muda setelah kamu pergi? mengapa kamu... mengapa kamu bersembunyi darinya?" Tanya Vino dengan sedih."Ada banyak hal yang terjadi diatanra kami, kami tidak bisa melanjutkanya lagi, ada banyak `cara untuk berpisah, bagiku dan dia, ini yang paling terbaik." Clara menundukan kepalanya."Kak Vino , aku mohon padamu, bisakah kamu berpura - pura tidak m
"Aku..aku." Clara sangat syok."Kriiingg." Suara telefon yang berbunyi."Aku.. aku akan mengangkat telefon dulu nona Hauri." Ucap Clara berjalan menjauh."Clara terjadi sesuatu pada Zee!" Teriak Cellia dari telefon.Rumah sakit, Di kuri tunggu Clara berusaha menenangkan Cellia yang masih menanggis."Huuu...huuu.. ketika Zee kembali dari pengiriman barang, dia di tabrak oleh trukkk sampah yang melaju kencang melewati lampu merah." Cellina berserita sembari menangis sesenggukan."Clara, tidak ada dia, aku juga tidak bisa hidup lagi, Huu..hu..hu." Tambah Cellna masih menangis."Akan baik - baik saja, tenanglah." Clara berusaha menengangkan sahabatnnya."Sekarang aku hanya ingin dia hidup, aku kan menjual rumah dulu, mengumpulkan uang, dan menjual toko." Cellina mencari HPnya masih berfikir gegabah."Kamu tenanglah dulu, jika tokotidak ada, saat Zee keluar dari rumah sakit, dimana kalian akan tinggal?" Tanya Clara mengambil Hp dari tangan Cellina."Jadi apa yang harus aku lakukan?" Tanya
"Makanlah agar kamu tidak merasa terlalu pahit." Hauri tersenyum manis."Brakkk." Sean berdiri sembari meletak sendok dengan keras.".."Sean menatap tajam Hauri yang berdiri didepanya."Dimananya yang membuat dia marah?" Tanya Hauri dalam hati.Kantor Sean"Menurutmu mengapa ada begitu banyak kebetulan Hauri dan Clara?' Tanya Sean sembari menatap pemandangan luar."Nona Hauri?" Tanya Asisten kembali."Terakhir kali, kamu mengatakan ada masalah dengan akun tersebut, apa yang terjadi?' Sean menoleh kearah asistenya."Aku meminta seseorang untuk melihat Ayah Clara, tetapi dia tidak menarik uangnya, aku masih memikirkan cara untuk memeriksa kamera pengawas bank, ini agak sulit." Jawab Asisten Sean Serius."Saat itu, kamu pergi untuk membawa kembali Bima, bukan?" Tanya Sean sekaligus perintah.'Aku akan membawanya kembali." Asisten menjawab dengan patuh."Dimana kartu identitas Clara?" Tanya Sean."Tidak melihat ada kartu identitas Nyonya." Asisten kembali menjawab."Sudah begitu lama dia
"Apakah kamu tidak apa - apa? kenapa masih sangat kurus?" Sean mnarik tangan Clara tanpa memperdulikan kata Clara."Bukan urusanmu." Jawab Clara ketus."Um, permisi...apakah kalian saling kenal?" Tanya Hauri yang belum mengerti keadaan."Tidak kenal!" Clara mendorong Sean."Kenal, dia adalah istriku!" Jawab Sean dengan nada tinggi."Kamu salah orang Sean Adiatmaja, aku tidak ada hubunganya denganmu!" Teriak Clara."Tapi namanya Clara..." Hauri belum mengerti."Namanya palsu! dia berhalusinasi!" Clara dan Sean menjawab bersamaan."Kamu yang palsu! aku bunuh kamu!" Clara berjalan menuju Sean dengan marah, siap mencekik leher Sean."Muuaaaachhhhhhhh..." Sean meraih pipi Clara, kemudian mencium bibir Clara dengan lembut."Cplakkkkk!!" Clara dengan refleks menampar Sean dengan keras."...." Sean terdiam tanpa kata, hingga air matanya menetes tanpa dia sadari."Dia orang yang begitu kuat, kenapa menangis?" Ucap Clara dalam hati, sembari berjalan mundur mencari kesempatan."Tidak ada pintu
"Sreeekkkk." Clara membuka bingkisan."Kamu membeli lukisan ini dari dia?' Tanya Clara melihat lukisanya kembali."Baguslah kalau kamu suka." Jawab Sean." Terimakasih." Jawab Clara."Hanya kamu seorang di dunia ini yang selalu memikirkan aku, ingat kesukaanku dan peduli tentang apa yang aku pedulikan." Ucap Clara dalam hati."Aku sudah mau menutup toko, bukankah kamu harus pergi sekarang?" Ucap lara."Bukankah kamu baru mau buka?" Tanya Sean."Aku lelah." Ucp Clara."Aku tidak akan pergi.' Jawab Sean manta."Tidak pergi? disini bukanlah rumahmu?" Clara dengan refleks berdiri."Istriku ada disini, aku tidak akan kemana - mana." Sean ikut berdiri.Beberapa jam kemudia."Oh, kamu benar - benar masih disini, tidak ada tempat untuk kamu tidur, kembalilah ke villa besarmu." Ucap Clara dari belakang.Kamar Smentara Clara, Sean membuka semua pakaianya hanya menyisakan pakaian dalam saja."Heiii, bertindai tidak senonoh di tempat orang!" Teriak Clara."Kamu juga bukan bekum pernah melihatnya