Rena masih memeluk erat tubuh Raihan, matanya terpejam dengan keringat yang bercucuran. Raihan menoleh ke arah wajah Rena yang ketakutan, sementara tangan kanannya memegang tangan Rena yang memeluk tubuhnya.
"Kita sudah sampai di depan mobilku! Apa kamu akan terus memelukku seperti ini?" tawa Raihan.
Rena membuka matanya, menatap kearah wajah Raihan yang terlihat tersenyum ke arahnya. Jelas Rena segera melepaskan pelukannya di tubuh Raihan.
"Maaf!" ucap Rena menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya yang merah, menahan malu.
"Sudahlah! Ayo masuk!" ucap Raihan sambil membukakan pintu mobilnya.
Rena masuk ke dalam mobil itu, begitupun dengan Raihan. Mobil itu melaju melewati keheningan malam. Jam baru menunjukkan pukul 10 malam namun suasana jalanan nampak hening dan sepi.
Rena diam-diam menatap ke arah Raihan yang sedang fokus mengemudi. Tentu saja Raihan cepat tanggap, dia tahu jika wanita yang berada di sebelahnya tengah memperhatikannya.
"Sudah ku bilang, jangan remehkan statusku sebagai duda! Buktinya banyak wanita yang tergila-gila padaku!" ucap Raihan tanpa menoleh ke arah Rena.
Rena tidak menjawab, dia yang tertangkap basah sedang memperhatikan Raihan, buru-buru membuang pandangan ke arah lain.
"Kamu tidak tahu saja, jika saat ini duda jadi incaran para gadis!" tawa Raihan menggoda.
"Iya, kamu duda yang spesial. Tapi tetap saja aku tidak suka duda!" ucap Rena pelan.
Rena menatap wajah Raihan yang nampak kesal, tentu bibirnya salah bicara sehingga Raihan kembali menunjukkan sisi buruknya.
"Eh, aku tidak bermaksud menyakitimu! Kamu memang seorang duda, tapi kamu memiliki semuanya. Tampan, baik, kaya raya, wanita mana yang akan menolak menjadi pendamping hidupmu!" ucap Rena sambil tersenyum manis.
Raihan menghentikan mobilnya, dia mendekatkan wajahnya kearahnya wajah Rena. Wanita itu jelas semakin ketakutan, menatap laki-laki tampan itu bersiap menyerangnya.
"Mau apa, Tuan?" tanya Rena menatap tajam kearah Raihan.
"Tadi kau bilang, tidak ada wanita yang akan menolakku. Jadi kamu tidak bisa menolak jika hatiku memilihmu untuk menjadi pendamping hidupku!" ucap Raihan sambil mengusap lembut wajah Rena.
"Apa? Pendamping hidup? Tuan, sepertinya kamu salah paham. Aku sudah bilang, aku tidak bisa berhubungan dengan laki-laki yang menyandang status duda. Kamu bisa mendapatkan cinta dari wanita manapun, kecuali aku!" ucap Rena menahan rasa takutnya.
"Tapi kenapa? Apa yang salah dengan status dudaku?"
"Tidak ada yang salah! Aku punya alasan untuk itu, dan aku rasa kau tidak perlu tahu!"
Raihan menyerah, dia membiarkan gadis itu dengan keyakinannya sendiri. Dalam hati Raihan, tentu dia merencanakan sesuatu yang besar untuk menaklukkan gadis anti duda itu.
Hampir setengah jam, Rena berada didalam mobil bersama Raihan. Raihan masih fokus mengemudi, sesekali Raihan menoleh ke arah Rena untuk memastikan gadis itu baik-baik saja.
Rena memejamkan matanya, mungkin karena kelelahan dia tertidur lelap di dalam mobil itu. Raihan tersenyum menatap Rena yang tertidur lelap disampingnya.
"Aku tidak tahu rumahmu! Aku harus mengantarmu kemana, Nona anti duda?" tawa Raihan sambil tertawa tanpa suara.
"Baiklah, Nona anti duda! Aku akan membawamu menginap di rumahku malam ini!" ucap Raihan mengusap lembut wajah Rena dengan sebelah tangannya.
Tak lama, mobil hitam milik Raihan berhenti di depan rumahnya. Raihan segera turun dan mengendong Rena masuk ke dalam rumah. Melihat putranya mengendong seorang wanita masuk ke dalam kamar, membuat Ibu Raihan mendekat ke arah putranya itu.
"Nak, kamu bawa masuk wanita ke dalam kamarmu? Lalu wajahmu, ada apa dengan wajah tampanmu?" tanya Ibu Raihan khawatir.
"Ibu, izinkan Rena menginap di sini semalam saja!" ucap Raihan sambil tersenyum.
"Rena? Apa wanita ini yang membuat wajahmu terluka seperti itu?" tanya ibu semakin khawatir.
"Tidak, ibu. Gadis ini, gadis yang spesial untukku! Jika seandainya aku harus menikah lagi, aku hanya ingin menikah dengannya," tawa Raihan.
"Ah, kamu mau menikah? Apapun Ray, ibu akan segera mempersiapkan pernikahan kalian!" ucap Ibu antusias.
"Siapa yang akan menikah, Bu? Aku bilang seandainya, gadis ini tidak menyukaiku!" ucap Raihan dengan wajah kecewa.
"Apa yang membuat gadis itu menolak putra jbu yang tampan ini? Apa perlu jbu yang bertindak? Ibu akan menemui keluarganya lalu memaksanya untuk mau menerima cintamu!"
"Tidak Ibu. Huh, aku ingin dia jatuh cinta padaku bukan memaksanya menerima cintaku. Ibu, kamu hanya perlu mendoakan putramu ini. Aku akan berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan cintanya!" ucap Raihan sambil tersenyum.
"Ya sudah, jika itu maumu!" ucap Ibu sambil berjalan meninggalkan Raihan, namun langkahnya terhenti dengan hal yang terlupakan.
"Nak, kau akan tidur berdua dengan gadis itu di kamarmu? Tidur di kamar tamu sana! Nikahi dia dulu, baru kau bisa melakukan hal yang kamu mau padanya!" tawa Ibu.
Raihan ikut tersenyum mendengar perkataan ibunya, namun namanya kesempatan tidak akan datang dua kali. Tentu Raihan lebih memilih tidur sekamar dengan wanita yang dia cintai.
Rena berbaring di atas tempat tidur dengan wajah cantik dan menggemaskan. Sementara Raihan menarik kursi mendekat ke arah tempat tidur Rena. Raihan menatap wajah Rena sambil sesekali menggerayangi wajah gadis itu.
"Kenapa kamu tidak tertarik padaku? Padahal aku kurang apa? Apa yang membuat kamu tidak ingin memiliki hubungan dengan seorang duda? Kenapa? Katakan alasanmu dengan jelas padaku!" ucap Raihan dengan suara pelan.
Raihan menjambak rambutnya, dia merasa prustasi dengan penuturan Rena tentang status dudanya. Kata-kata yang diucapkan Rena, seolah benar-benar merendahkan harga dirinya sebagai seorang duda.
"Liat saja, Nona anti duda! Kamu akan menjadi milikku!" ucap Raihan lalu menutup kedua matanya.
Raihan duduk di kursi sementara kepalanya berada di atas tempat tidur. Raihan memegang erat tangan Rena dalam pelukannya. Seolah enggan melewatkan kesempatan menyentuh tangan gadis itu.
Keesokan harinya, Rena membuka matanya. Dia terkejut dengan keberadaan Raihan yang duduk di sampingnya sambil tersenyum menatap ke arahnya.
"Kenapa kamu disini?" teriak Rena.
"Aku? Ini rumahku, jelas aku ada di rumahku!"
"Apa? Di rumahmu? Ya ampun, kenapa aku bisa ketiduran semalam!" ucap Rena sambil berdiri dari duduknya. Rena bersiap untuk pergi, namun tangannya ditahan oleh Raihan.
"Mau kemana?" tanya Raihan sambil tersenyum
"Aku mau pulang!"
"Pulang? Tidak! Kamu harus mengobati lukaku sampai sembuh dulu!" ucap Raihan sambil menunjuk ke arah luka yang ada di bibirnya.
Rena tidak menjawab, dia lalu keluar kamar untuk mencari kotak obat. Rena kembali ke dalam kamar lalu duduk di samping Raihan. Dengan sangat hati-hati, Rena mengobati luka itu.
"AW... Sakit!" ucap Raihan berpura-pura.
"Apa? Sakit? Biar ku tiup- tiup lukamu saat meneteskan obat merah agar tidak terasa perih!"
Rena meniup-niup bagian bibir Raihan yang terluka sambil mengolesi luka itu dengan kapas yang sudah dituangkan obat merah.
"Tahan ya! Ini pasti akan terasa perih!" ucap Rena sambil sesekali meniup-niup bagian luka itu.
Raihan tersenyum menatap hal yang dilakukan Rena. Tiba-tiba...
CUP ...
Kecupan yang cukup lama, mendarat dibibir Rena. Lagi-lagi Rena mendapatkan kecupan mengejutkan dari Raihan. Tentu hal itu tidak bisa diterima Rena begitu saja.
Rena menatap kesal pada laki-laki yang berada di hadapannya itu. Tangannya sudah bersiap untuk memberikan pelajaran pada duda tampan yang tersenyum menatapnya saat itu. "Apa yang akan kamu lakukan dengan tanganmu itu? Kamu mau bersiap memukulku ya?" tawa Raihan."Jelas, aku akan memukulmu! Hitung berapa kali kamu mencuri ciuman di bibirku. Sebanyak itu aku akan memukulmu!" ucap Rena dengan wajah kesal.Raihan justru tertawa mendengar kata-kata Rena, dia bahkan semakin berani mendekatkan wajahnya ke arah wajah Rena."Mau apa?" tanya Rena dengan mata melotot menatap ke arah Raihan yang berada beberapa inci dari wajahnya."Aku ingin menciummu lebih banyak, aku rela dipukul seribu kali olehmu asal aku mendapatkan kecupan mesra setiap harinya!" bisik Raihan."Huh, dasar laki-laki mesum!" ucap Rena sambil memukul bahu Raihan.Rena berjalan keluar dari kamar, namun Raihan tidak semudah itu melepaskannya. Raihan terus membututi Rena sampai di ruang tamu rumahnya."Mau apalagi? Sudah cukup, p
Mobil Raihan berhenti di depan sekolah Alif. Dengan wajah gembira, Alif membukakan pintu mobil untuk Rena. Dia tersenyum sambil menarik lembut tangan Rena. Tentu Rena benar-benar tidak bisa menolak keinginan Alif."Ayo Mama! Aku ingin segera mengenalkanmu pada kawan-kawanku," ucap Alif sambil tersenyum."Alif, kamu bisa ajak kawan-kawanmu kemari untuk menemui mamamu ya!" ucap Raihan sambil tersenyum ke arah anak laki-lakinya itu.Alif yang masih polos, melakukan hal yang diminta ayahnya. Dia berlari ke dalam gerbang sekolah untuk memanggil kawan-kawannya.Rena masih diam di dalam mobil, wajahnya terlihat kesal menatap ke arah Raihan."Kenapa dengan wajahmu? Apa kamu tidak suka jika Alif memperkenalkan dirimu sebagai calon mamanya?" tanya Raihan sambil tersenyum."Jika tahu jawabannya, untuk apa bertanya!" ucap Rena kesal."Kenapa kamu marah? Harusnya kamu senang, karena anakku mendukung hubungan kita!" tawa Raihan."Hubungan apa? Ayah dan anak sama-sama membuatku gila!" ucap Rena kesa
Raihan berdiri mendekat ke arah Rena, dia membisikkan sesuatu yang membuat mata Rena melotot."Aku akan pergi kali ini! Tapi kamu yang akan datang menemuiku nanti. Lihat saja!" bisik Raihan."Tidak mungkin! Cepat pergi, itu akan lebih baik untukku!" ucap Rena dengan wajah kesal.Raihan tertawa menatap wajah Rena, dia menghampiri ayah Rena lalu berpamitan pulang. Rena pura-pura acuh, namun tetap mengikuti langkah kaki Raihan sampai dia masuk ke dalam mobilnya.Raihan menatap ke arah Rena sambil tersenyum, dia melambaikan tangannya dengan mengedipkan sebelah matanya, Rena buru-buru membuang pandangan ke arah lain. Entah kenapa terukir senyum di wajah Rena. Apa Rena sudah mulai jatuh hati pada sang duda?Rena berjalan pelan ke arah jalan raya untuk mencari angkutan umum. Seketika matanya melotot menatap seorang laki-laki turun dari mobil mewah."Hai, kamu sedang apa? Mau ku antar? Apa kamu butuh tumpangan?" tanya laki-laki itu.Rena menatap dengan seksama, siapa laki-laki tampan yang sed
Rena mencuci mukanya di wastafel sambil menahan rasa malu, sementara si kecil Alif tertawa menatap ke arahnya. Rena mengambil handuk kecil yang ada di laci khusus handuk bersih. Dia mengusap wajahnya yang basah dengan handuk itu."Mama, apa kuenya masih lama matangnya?" tanya Alif seraya turun dari kursinya."Masih lama! Bermain saja dulu! Jika sudah matang, aku akan memanggilmu," ucap Rena sambil tersenyum.Alif menurut, dia kembali bermain dengan wajah gembira. Sementara Rena masih berkutat membuat puding untuk Alif."Ayahnya memang duda yang menyebalkan! Tapi anaknya, aku suka! Dia anak baik dan penurut. Terlebih, aku iba mendengar dia yang merindukan sosok ibu dalam hidupnya. Aku sengaja membuat banyak makanan untuknya, agar dia bisa menghabiskan semuanya. Huh, anak yang manis! Tidak seperti ayahnya, duda sombong!" ucap Rena sambil menuangkan puding itu pada wadah.Setelah berkutat beberapa jam, Rena akhirnya selesai dengan semua pekerjaannya. Dia menghidangkan makanan itu di meja
Seorang laki-laki tampan keluar dari rumah mewah menuju mobil hitam yang terparkir sempurna didepan rumahnya. Laki-laki itu menatap sekilas jam yang ada ditangannya untuk memastikan jika dia tidak akan telat sampai ke kantornya."Ayah..."Suara anak laki-laki terdengar keras memanggil ayah padanya. Sontak dia menoleh dan memeluk tubuh anak laki-laki itu. Pria tampan berkulit putih, berhidung mancung dengan mata sipit itu, tersenyum menatap ke arah anak kecil yang berada dalam pelukannya."Ayah... Kamu mau pergi kemana?" tanya Alif sambil menatap ke arah ayahnya."Ayah mau pergi ke kantor, Nak! Kamu di rumah saja bersama Oma dan Opa ya?" ucap Raihan sambil memegang bahu anak laki-lakinya."Tidak mau. Aku mau ikut dengan Ayah!" ucap Alif dengan wajah kesal."Nak, dengarkan Ayah! Ayah pergi ke kantor untuk bekerja dan Ayah bekerja untuk membahagiakanmu. Jadi kamu harus mengerti ya!" ucap Raihan sambil mengecup kening anak laki-lakinya itu.Raihan masuk ke dalam mobilnya lalu membuka kaca
Siang itu terik matahari menyinari bumi, Rena yang baru pulang kuliah, berjalan dengan kaki terpincang-pincang. Wajahnya terlihat meringis, menahan nyeri yang ada di kakinya."Ya ampun, Nak! Kenapa dengan dirimu? Apa yang terjadi?" teriak ayah Rena penuh rasa khawatir."Tidak apa, ayah! Tadi saat menolong nenek tua menyebrang jalan, ada pengendara mobil ngebut. Aku sedikit terkejut dan jatuh, lalu kakiku terkilir!" ucap Rena menjelaskan."Kenapa tidak hati-hati? Bagaimana jika kamu sampai celaka? Bukankah itu berbahaya?" teriak ibu cemas."Memangnya aku yang salah? Laki-laki itu yang membawa mobil ngebut. Huh... Laki-laki menyebalkan!" ucap Rena kesal."Kau kenal dengannya?" tanya ayah."Siapa? Pengendara ugal-ugalan itu?""Iya. Kau mengenalnya?" tanya ayah penasaran."Tidak. Aku tidak mengenalnya! Tapi dia bilang namanya Raihan," ucap Rena sambil mengusap kakinya yang terkilir."Raihan? Apa jangan-jangan majikan ditempat ibu bekerja!" ucap ayah sambil menoleh ke arah istrinya."Mana
Raihan duduk mendekati Alif yang berada di meja makan. Biasanya di saat Raihan pulang, Alif langsung memeluknya dan bermanja-manja pada ayahnya itu. Namun kali ini berbeda, Alif terlihat fokus menghabiskan kue yang ada di meja makan."Alif, kamu sedang apa?" tanya Raihan sambil mengusap lembut wajah anak laki-lakinya itu."Aku sedang makan kue! Cobalah ayah, kue ini rasanya enak!" bujuk Alif."Tidak, Nak! Kamu kan tahu, jika ayah tidak suka makanan manis!""Tapi ini beda ayah! Kuenya dibuat dengan penuh cinta," tawa Alif masih asyik menyantap kue itu."Nak, kamu sudah pulang?" tanya Mayang sambil duduk di kursi sebelah anak laki-lakinya itu."Iya, Bu!" ucap Raihan singkat."Berarti kamu bisa mengantar Mila ke acara reuninya malam ini?" ucap ibu Mayang dengan senyum senang."Apa? Mila? Tidak, aku tidak mau! Ibu jangan mulai, aku tidak mau dijodohkan!" ucap Raihan sambil berjalan meninggalkan ibunya dan Alif di meja makan.Raihan masuk ke dalam kamar, rasanya mendengar kata-kata perjodo
Rena menatap ke arah Raihan dengan wajah memohon, agar Raihan menarik kembali ucapannya. Jelas Rena tidak berani diturunkan di tempat sepi seperti itu. Terlebih karena Rena memiliki phobia terhadap kegelapan."Kenapa diam? Turun dari mobilku!" ucap Raihan dengan suara pelan namun cukup membuat Rena gemetar.Raihan keluar dari mobilnya lalu menurunkan Rena secara paksa."Apa harus sekasar ini?" ucap Rena dengan wajah kesal."Lalu harus bagaimana? Bukankah kamu merasa tidak nyaman berada di dekatku? Pulang sana sendiri, lakukan hal sesuka hatimu!" ucap Raihan sambil masuk kembali ke dalam mobilnya.Mobil Raihan benar-benar melaju kencang meninggalkan Rena sendiri. Dengan kaki yang masih sakit, Rena berjalan pelan melewati jalan raya yang sepi."Bagaimana ini? Dia benar-benar meninggalkanku sendiri di sini? Ya Tuhan, aku takut! Didepan jalan raya itu sepertinya gelap sekali. Lampu jalannya sepertinya mati. Aku tidak berani ke sana!" ucap Rena sambil duduk di sebuah kursi jalanan.Rena me
Rena mencuci mukanya di wastafel sambil menahan rasa malu, sementara si kecil Alif tertawa menatap ke arahnya. Rena mengambil handuk kecil yang ada di laci khusus handuk bersih. Dia mengusap wajahnya yang basah dengan handuk itu."Mama, apa kuenya masih lama matangnya?" tanya Alif seraya turun dari kursinya."Masih lama! Bermain saja dulu! Jika sudah matang, aku akan memanggilmu," ucap Rena sambil tersenyum.Alif menurut, dia kembali bermain dengan wajah gembira. Sementara Rena masih berkutat membuat puding untuk Alif."Ayahnya memang duda yang menyebalkan! Tapi anaknya, aku suka! Dia anak baik dan penurut. Terlebih, aku iba mendengar dia yang merindukan sosok ibu dalam hidupnya. Aku sengaja membuat banyak makanan untuknya, agar dia bisa menghabiskan semuanya. Huh, anak yang manis! Tidak seperti ayahnya, duda sombong!" ucap Rena sambil menuangkan puding itu pada wadah.Setelah berkutat beberapa jam, Rena akhirnya selesai dengan semua pekerjaannya. Dia menghidangkan makanan itu di meja
Raihan berdiri mendekat ke arah Rena, dia membisikkan sesuatu yang membuat mata Rena melotot."Aku akan pergi kali ini! Tapi kamu yang akan datang menemuiku nanti. Lihat saja!" bisik Raihan."Tidak mungkin! Cepat pergi, itu akan lebih baik untukku!" ucap Rena dengan wajah kesal.Raihan tertawa menatap wajah Rena, dia menghampiri ayah Rena lalu berpamitan pulang. Rena pura-pura acuh, namun tetap mengikuti langkah kaki Raihan sampai dia masuk ke dalam mobilnya.Raihan menatap ke arah Rena sambil tersenyum, dia melambaikan tangannya dengan mengedipkan sebelah matanya, Rena buru-buru membuang pandangan ke arah lain. Entah kenapa terukir senyum di wajah Rena. Apa Rena sudah mulai jatuh hati pada sang duda?Rena berjalan pelan ke arah jalan raya untuk mencari angkutan umum. Seketika matanya melotot menatap seorang laki-laki turun dari mobil mewah."Hai, kamu sedang apa? Mau ku antar? Apa kamu butuh tumpangan?" tanya laki-laki itu.Rena menatap dengan seksama, siapa laki-laki tampan yang sed
Mobil Raihan berhenti di depan sekolah Alif. Dengan wajah gembira, Alif membukakan pintu mobil untuk Rena. Dia tersenyum sambil menarik lembut tangan Rena. Tentu Rena benar-benar tidak bisa menolak keinginan Alif."Ayo Mama! Aku ingin segera mengenalkanmu pada kawan-kawanku," ucap Alif sambil tersenyum."Alif, kamu bisa ajak kawan-kawanmu kemari untuk menemui mamamu ya!" ucap Raihan sambil tersenyum ke arah anak laki-lakinya itu.Alif yang masih polos, melakukan hal yang diminta ayahnya. Dia berlari ke dalam gerbang sekolah untuk memanggil kawan-kawannya.Rena masih diam di dalam mobil, wajahnya terlihat kesal menatap ke arah Raihan."Kenapa dengan wajahmu? Apa kamu tidak suka jika Alif memperkenalkan dirimu sebagai calon mamanya?" tanya Raihan sambil tersenyum."Jika tahu jawabannya, untuk apa bertanya!" ucap Rena kesal."Kenapa kamu marah? Harusnya kamu senang, karena anakku mendukung hubungan kita!" tawa Raihan."Hubungan apa? Ayah dan anak sama-sama membuatku gila!" ucap Rena kesa
Rena menatap kesal pada laki-laki yang berada di hadapannya itu. Tangannya sudah bersiap untuk memberikan pelajaran pada duda tampan yang tersenyum menatapnya saat itu. "Apa yang akan kamu lakukan dengan tanganmu itu? Kamu mau bersiap memukulku ya?" tawa Raihan."Jelas, aku akan memukulmu! Hitung berapa kali kamu mencuri ciuman di bibirku. Sebanyak itu aku akan memukulmu!" ucap Rena dengan wajah kesal.Raihan justru tertawa mendengar kata-kata Rena, dia bahkan semakin berani mendekatkan wajahnya ke arah wajah Rena."Mau apa?" tanya Rena dengan mata melotot menatap ke arah Raihan yang berada beberapa inci dari wajahnya."Aku ingin menciummu lebih banyak, aku rela dipukul seribu kali olehmu asal aku mendapatkan kecupan mesra setiap harinya!" bisik Raihan."Huh, dasar laki-laki mesum!" ucap Rena sambil memukul bahu Raihan.Rena berjalan keluar dari kamar, namun Raihan tidak semudah itu melepaskannya. Raihan terus membututi Rena sampai di ruang tamu rumahnya."Mau apalagi? Sudah cukup, p
Rena masih memeluk erat tubuh Raihan, matanya terpejam dengan keringat yang bercucuran. Raihan menoleh ke arah wajah Rena yang ketakutan, sementara tangan kanannya memegang tangan Rena yang memeluk tubuhnya."Kita sudah sampai di depan mobilku! Apa kamu akan terus memelukku seperti ini?" tawa Raihan.Rena membuka matanya, menatap kearah wajah Raihan yang terlihat tersenyum ke arahnya. Jelas Rena segera melepaskan pelukannya di tubuh Raihan."Maaf!" ucap Rena menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya yang merah, menahan malu."Sudahlah! Ayo masuk!" ucap Raihan sambil membukakan pintu mobilnya.Rena masuk ke dalam mobil itu, begitupun dengan Raihan. Mobil itu melaju melewati keheningan malam. Jam baru menunjukkan pukul 10 malam namun suasana jalanan nampak hening dan sepi.Rena diam-diam menatap ke arah Raihan yang sedang fokus mengemudi. Tentu saja Raihan cepat tanggap, dia tahu jika wanita yang berada di sebelahnya tengah memperhatikannya."Sudah ku bilang, jangan remehkan statusk
Rena menatap ke arah Raihan dengan wajah memohon, agar Raihan menarik kembali ucapannya. Jelas Rena tidak berani diturunkan di tempat sepi seperti itu. Terlebih karena Rena memiliki phobia terhadap kegelapan."Kenapa diam? Turun dari mobilku!" ucap Raihan dengan suara pelan namun cukup membuat Rena gemetar.Raihan keluar dari mobilnya lalu menurunkan Rena secara paksa."Apa harus sekasar ini?" ucap Rena dengan wajah kesal."Lalu harus bagaimana? Bukankah kamu merasa tidak nyaman berada di dekatku? Pulang sana sendiri, lakukan hal sesuka hatimu!" ucap Raihan sambil masuk kembali ke dalam mobilnya.Mobil Raihan benar-benar melaju kencang meninggalkan Rena sendiri. Dengan kaki yang masih sakit, Rena berjalan pelan melewati jalan raya yang sepi."Bagaimana ini? Dia benar-benar meninggalkanku sendiri di sini? Ya Tuhan, aku takut! Didepan jalan raya itu sepertinya gelap sekali. Lampu jalannya sepertinya mati. Aku tidak berani ke sana!" ucap Rena sambil duduk di sebuah kursi jalanan.Rena me
Raihan duduk mendekati Alif yang berada di meja makan. Biasanya di saat Raihan pulang, Alif langsung memeluknya dan bermanja-manja pada ayahnya itu. Namun kali ini berbeda, Alif terlihat fokus menghabiskan kue yang ada di meja makan."Alif, kamu sedang apa?" tanya Raihan sambil mengusap lembut wajah anak laki-lakinya itu."Aku sedang makan kue! Cobalah ayah, kue ini rasanya enak!" bujuk Alif."Tidak, Nak! Kamu kan tahu, jika ayah tidak suka makanan manis!""Tapi ini beda ayah! Kuenya dibuat dengan penuh cinta," tawa Alif masih asyik menyantap kue itu."Nak, kamu sudah pulang?" tanya Mayang sambil duduk di kursi sebelah anak laki-lakinya itu."Iya, Bu!" ucap Raihan singkat."Berarti kamu bisa mengantar Mila ke acara reuninya malam ini?" ucap ibu Mayang dengan senyum senang."Apa? Mila? Tidak, aku tidak mau! Ibu jangan mulai, aku tidak mau dijodohkan!" ucap Raihan sambil berjalan meninggalkan ibunya dan Alif di meja makan.Raihan masuk ke dalam kamar, rasanya mendengar kata-kata perjodo
Siang itu terik matahari menyinari bumi, Rena yang baru pulang kuliah, berjalan dengan kaki terpincang-pincang. Wajahnya terlihat meringis, menahan nyeri yang ada di kakinya."Ya ampun, Nak! Kenapa dengan dirimu? Apa yang terjadi?" teriak ayah Rena penuh rasa khawatir."Tidak apa, ayah! Tadi saat menolong nenek tua menyebrang jalan, ada pengendara mobil ngebut. Aku sedikit terkejut dan jatuh, lalu kakiku terkilir!" ucap Rena menjelaskan."Kenapa tidak hati-hati? Bagaimana jika kamu sampai celaka? Bukankah itu berbahaya?" teriak ibu cemas."Memangnya aku yang salah? Laki-laki itu yang membawa mobil ngebut. Huh... Laki-laki menyebalkan!" ucap Rena kesal."Kau kenal dengannya?" tanya ayah."Siapa? Pengendara ugal-ugalan itu?""Iya. Kau mengenalnya?" tanya ayah penasaran."Tidak. Aku tidak mengenalnya! Tapi dia bilang namanya Raihan," ucap Rena sambil mengusap kakinya yang terkilir."Raihan? Apa jangan-jangan majikan ditempat ibu bekerja!" ucap ayah sambil menoleh ke arah istrinya."Mana
Seorang laki-laki tampan keluar dari rumah mewah menuju mobil hitam yang terparkir sempurna didepan rumahnya. Laki-laki itu menatap sekilas jam yang ada ditangannya untuk memastikan jika dia tidak akan telat sampai ke kantornya."Ayah..."Suara anak laki-laki terdengar keras memanggil ayah padanya. Sontak dia menoleh dan memeluk tubuh anak laki-laki itu. Pria tampan berkulit putih, berhidung mancung dengan mata sipit itu, tersenyum menatap ke arah anak kecil yang berada dalam pelukannya."Ayah... Kamu mau pergi kemana?" tanya Alif sambil menatap ke arah ayahnya."Ayah mau pergi ke kantor, Nak! Kamu di rumah saja bersama Oma dan Opa ya?" ucap Raihan sambil memegang bahu anak laki-lakinya."Tidak mau. Aku mau ikut dengan Ayah!" ucap Alif dengan wajah kesal."Nak, dengarkan Ayah! Ayah pergi ke kantor untuk bekerja dan Ayah bekerja untuk membahagiakanmu. Jadi kamu harus mengerti ya!" ucap Raihan sambil mengecup kening anak laki-lakinya itu.Raihan masuk ke dalam mobilnya lalu membuka kaca