“Siapa dia berani sekali membentak , dia belum tahu siapa saya,” hardiknya dengan emosi.
“Aduh maaf Mas, namanya mbak Tari dia yang akan membawakan acara dimana Mas nya sebagai bintang tamu nanti di acara itu,” jawab Mbak Mirna sedikit gugup.“Oh, jadi maksud Mbak dia seorang reporter?”tanya pemuda itu.“Iya Mas,” jawab Mbak Mirna.Pemuda itu langsung tersenyum simpul sepertinya dia ingin melakukan sesuatu dengan gadis itu dan menyuruh anak buah yang bernama Dion untuk mencari informasi tentang gadis itu.Tak butuh waktu lama anak buah Fajar mendapatkan informasi tentang Tari.@Fajar{Bagaimana kamu sudah mendapatkan informasi tentang gadis itu}@Dion{Sudah Bos, namanya Mentari Khairunnafiza umur dua puluh tiga tahun pekerjaan saat ini sebagai reporter selama dua tahun, dia mempunyai sepupu bernama Dafa yang juga sebagai juru kamera yang saat ini bersamanya}{Lulusan terbaik dan sudah banyak prestasinya di bidang akademis, gadis tomboi dari dua bersaudara, orang tuanya sudah bercerai dari dia berumur sepuluh tahun dan sekarang dia tinggal bersama dengan kakak perempuannya}@Fajar{Ok, terima kasih informasinya} Fajar pun tersenyum licik, karena di benaknya sudah ada rencana yang akan membuat gadis itu mengingatnya selama dia menjadi reporter.Fajar menyisir kembali rambutnya yang sempat berantakan karena ulah gadis itu, dia pun sudah tersenyum kembali membuat kedua asistennya menjadi bingung melihat tingkah lakunya, karena selama ini Bos Fajar tidak pernah tersenyum simpul seperti itu.“Hey kalian tunggu saya di luar jangan ke mana-mana, berdiri saja dekat pintu itu!” titah Fajar kepada kedua anak buahnya.“Baik Bos, laksanakan,” jawab mereka dengan tegas.Mereka pun pergi ke luar dan berdiri tegap di depan pintu, dengan berpakaian serba hitam.“Tumben bos kita tersenyum sendiri seperti orang nggak waras saja,” ucap anak buahnya yang bernama Fikri mengawali pembicaraan.“Iya benar juga sih baru kali ini Bos kita bisa tersenyum sejak kejadian lima tahun yang lalu, sepertinya dia juga cocok dengan gadis tadi,” sahut Udin anak buahnya yang satu lagi.“Kamu lihat nggak tadi gadis itu tidak memuji ketampanan Bos kita yang paripurna banget seperti cewek pada umumnya kita lihat, bisa jadi tuh cewek jadi istrinya Bos Fajar,” lanjut Fikri.“Iya sih, biasanya kan seperti di sinetron kalau awal pertemuan terjadi pertengkaran pasti ujung-ujungnya tumbuh benih cinta, sudah lama juga Bos kita perjaka ting-ting, masa kalah sama kita yang sudah nikah dan punya ekor pula, hahaha ...” tawa mereka sedikit menahan takut terdengar oleh Bos nya.“Sepertinya dia patah hati deh sama kekasihnya dulu, masa sampai sekarang nggak mau nikah, tapi untungnya dia menuruti kemauan nyonya Ambar untuk dijodohkan, kalau tidak bisa bujang lapuk,” ucap Fikri.“Sudah ah nanti kalau dia dengar kita sedang membicarakan masalahnya, bisa panjang urusan nih,” sahut Udin sembari celingak-celinguk ke belakang takut Bos Fajar mendengarkan mereka bergosip.Mereka pun berhenti bergosip ria dan tetap berdiri tegap di depan pintu kamar ganti itu.Mereka sangat setia mendampingi majikannya ke mana pun dia pergi kecuali ke toilet.Sementara di luar area lapangan ...Dengan perasaan tidak menentu antara marah, kesal, dan sedikit ada rasa yang aneh tetapi entah itu apa, membuat Tari tidak bisa melupakan wajah tampannya yang tersenyum manis.“Duh nih orang pagi-pagi sudah bikin kesal, tetapi kenapa wajahnya terus datang di pikiranku?” gumam Tari sembari berjalan ke arah panggung.“Tari, akhirnya kamu muncul juga, wah kamu hari ini lebih feminin dan seperti biasanya kamu tampil cantik,” puji Dafa sepupunya sembari tersenyum.“Ya iyalah Tari gitu loh.”“Loh kamu kenapa baru lihat cowok tampan atau lihat hantu?” ledek Dafa sembari cekikikan. “Itu loh tadi di kamar ganti, aku tadi ketemu orang jutek banget, judes kaya emak-emak di kompleks saja,” gerutunya yang masih kesal.Namun tiba-tiba perut Tari terasa lapar dan berbunyi nyaring sehingga Dafa tertawa melihat wajah polos Tari yang menahan lapar.“Hahaha ...Tari-Tari lucu banget wajah kamu, bentar ya aku ambilkan makanan, seharusnya kamu itu makan dulu baru dandan,” ucap Dafa cengengesan.“Iya aku lapar banget nih sejak melihat pemuda songong tadi, bawaan ku jadi lapar,” sahut Tari yang masih mengingat kejadian di kamar ganti.Dafa pun pergi mengambil nasi kotak yang sudah disediakan oleh pihak panitia tadi.“Nih makan dulu Say, nanti kamu wawancara dengan dia nggak punya tenaga,” ejeknya lagi sembari memberikan nasi kotak kepada Tari.“Terima kasih, Daf.”“Sama-sama.”“Oh ya ini daftar pertanyaan yang bisa kamu ajukan dengan pengisi acara kita.”“Namanya Fajar Ali Wardana,SE seorang pengusaha muda yang sudah mempunyai empat cabang perusahaan di Jakarta di bidang properti.”“Selain itu Fajar juga mempunyai bisnis di bidang kuliner, dia mempunyai lima cabang restoran mewah yang sudah terkenal di Jakarta dan Surabaya.”“Dia sangat berdedikasi tinggi, smart dan sukses, namun di balik kesuksesannya dia lupa untuk menikah.”“Pernah dia mempunyai seorang kekasih selama lima tahun namun kandas di tengah jalan karena kekasihnya itu mengkhianati Fajar dengan berselingkuh.“Kamu tahu siapa selingkuhan kekasihnya itu?” tanya Dafa .“Siapa memang? tanya balik Tari kepada Dafa.“Selingkuhannya itu ayah kandungnya sendiri!” sahut Dafa sedikit berbisik di telinga Tari.“Waw gila banget tuh bapaknya, pacar anaknya di embat juga, dasar wanita nggak ada puasnya!” gerutu Tari kesal.“Hush ... jangan keras-keras, lah kamu kan juga wanita Tari, lupa kodratmu?” ejek Dafa cengengesan.“Iya tapi aku ini tipe orang yang setia dengan pasangannya, kalau nggak suka ya tinggalin saja, cari yang lain, susah amat, tapi kalau dia berselingkuh baik di belakang atau di depanku jangan harap dia menerima maaf dariku aku akan membencinya seumur hidupku!” sahut Tari lagi ketus.“Aku tidak suka mempunyai pacar yang tidak setia, masih juga pacaran bagaimana nanti kalau sudah menikah lebih panjang urusannya,” jelas Tari.“Kamu tidak sepeti itu kan, yang dengan gampang mempermainkan hati seorang wanita?” selidik Tari. “Aku sama seperti kamu sepupuku yang tomboi, aku ini tipe cowok yang setia, romantis, humoris dan peka terhadap perasaan wanita,” ucap Dafa dengan bangga.“Oh pantas saja dua hari yang lalu ada cewek marahi aku dikiranya aku ini pacar kamu, kamu kasih apa tuh cewek sampai ngebet banget sama kamu, awas loh ketahuan Nisa bisa mampus.”“Katanya tipe setia kok banyak yang nempel sama kamu, peka sih peka tapi jangan semua wanita kamu embat dong, jatuhnya tuh cewek pada baper semua sama kamu, karena kamu terlalu banyak memberikan perhatian,” jelas Tari panjang lebar sembari memakan makanan dari nasi kotak itu dengan lahap.“Wajar dong namanya juga laki-laki, tetapi kita harus setia dengan satu pasangan saja,” lanjutnya lagi sembari mengecek kameranya.“Makanya kamu tidak usah membicarakan masalah kehidupan pribadinya cukup tahu saja,” ucap Dafa lagi.“Tar, jangan sampai kotor itu baju, sebentar aku panggilkan mbak Mirna, tuh lihat lipstikmu sudah hilang lagi karena kamu makan,” gerutunya dan bergegas mencari mbak Mirna.“Iya bawel.”Tak lama kemudian Dafa datang bersama mbak Mirna menuju tenda Tari yang baru saja selesai makan.“Ya Allah Mbak Tari kok berlepotan makannya seperti anak kecil, tuh lihat make-up Mbak Tari sudah hilang!” gerutu Mbak Mirna sedikit kesal karena make- up nya sudah luntur semua akibat makan tadi.“Aduh maaf Mbak nggak sengaja tadi tiba-tiba perut Tari nggak bisa kontrol kalau lihat makanan, maunya harus makan dulu, Hehehe...” jawab Tari cengengesan.Ya sudah nggak apa-apa, bentar lagi Mbak Tari kenalan dulu dengan bintang tamunya, jadi saat di atas panggung nggak salting, kan malu apalagi orangnya ganteng bingit,” ucap Mbak Mirna tersenyum.“Siapa sih Mbak, kok dari tadi Tari nggak lihat dia, yang mana sih orangnya?” tanya Tari sembari netranya mencari ke sana kemari, tetapi menurutnya tidak ada yang berbeda dari orang-orang itu.“Loh kamu tadi sudah ketemu sama orangnya kok!” jawab Mbak Mirna spontan.“Yang mana Mbak?” tanya Tari bingung.“Sudah jangan banyak ngomong dulu, biar cepat selesai!” gerutu Mbak Mirna dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya.Setelah selesai berdandan kini
Tari dan Dafa mengikuti asistennya itu pergi ke sebuah ruangan kelas.Sampai di depan ruangan kelas itu, ada sedikit rasa gugup melanda hati Tari, namun dia buang jauh-jauh agar tidak terlalu ambil pusing.Tari dan Dafa pun masuk dan melihat pemuda itu duduk dengan santai.“Oh jadi bintang tamunya kamu, ayuk kita sudah terlambat nih, aku sudah datang menjemputmu, sekarang ayuk kita keluar!” Mentari Khairunnafiza umur dua puluh tiga tahun pekerjaan sebagai seorang reporter tinggal bersama seorang kakak perempuan, Emhh cukup menarik !” ucap pemuda itu.“Sekarang Mas nya sudah tahu tentang saya, jadi nggak perlu saya memperkenalkan diri, ayuk Mas acaranya mau di mulai dan Anda sebagai bintang tamunya harus bersikap profesional!” sahut Tari tak tinggal diam.Apakah kamu tidak ingin tahu siapa saya?” tanya pemuda itu.“Nggak ... lagian nanti kan di atas panggung saya juga yang akan memperkenalkan kamu dengan mereka!” jawab Tari membuat Pemuda itu sedikit jengkel dengan jawaban Tari.“Eh D
“Maaf Bu namanya Mentari Khairunnafiza dia seorang reporter, dan seharusnya mereka sudah berada di panggung untuk melakukan wawancara eksklusif dan gadis itu yang akan wawancarai Mas Fajar, Bu,” ucap Pak Syamsudin menjelaskan.“Waw ... oke juga gadis itu terlihat sangat energik, saya suka gadis seperti dia,” sahut Bu Nia sembari berjalan mendekati mereka berdua.“Ada apa ini, mengapa kalian sepertinya habis bertengkar, dan Panda kenapa menatap sinis dengannya, tidak baik seorang pemuda tampan seperti bersikap seperti ini dengan seorang gadis cantik,” ucap Bu Nia sembari memandang Tari dan tersenyum.Seketika Tari dan lainnya tertawa saat Bu Nia memanggil Fajar dengan sebutan Panda, Tari tak habis pikir orang yang diajak berdebat ini mempunyai sebutan yang lucu menurut Tari.Tari pun tak bisa menahan tawanya diikuti mereka yang lain dan membuat Fajar menjadi bertambah marah.“Mam ... buat apa Mami memanggilku seperti itu di depan mereka, malu Mami?” tanya Fajar yang menjadi salah tingk
“Ayuk cepat tunggu apa lagi waktu ini berjalan bukan diam di tempat,” ucap Bu Nia lagi.“Iya Mam ...Fajar ingat,” gerutunya.“Nak Tari, atas nama anak saya Panda eh maksudnya Fajar minta maaf kalau ada kata-kata yang membuat kamu tersinggung, soalnya maklum dari dulu dia di didik untuk disiplin,” ucap Bu Nia tersenyum.“Tari juga minta maaf Bu, seharusnya juga tidak terbawa emosi seperti ini, dan maaf juga kalau Tari sudah berani memeluk Ibu dengan erat seperti tadi,” sahut Tari malu-malu.“Iya Sayang, nggak apa-apa kok, entah kenapa Ibu sangat suka dengan kamu,” ucap Bu Nia sembari menatap lekat Tari.“Ya sudah ayuk, para penonton sudah menunggu kalian, jangan membuat orang lain kecewa loh,”ucap Bu Nia lagi sembari pergi meninggalkan mereka berdua.“Mari Mas Fajar dan Mbak Tari sudah di tunggu,” ucap Pak Syamsudin memperjelas.Akhirnya mereka mengakhiri ketegangan mereka, dan pergi menuju panggung yang sudah di sediakan panitia.“Urusan kita belum selesai ya, jangan kamu pikir sudah
“Aduh kepo banget nih orang, malu tahu dilihat banyak orang,” gerutu Tari menjadi salah tingkah di depan Fajar.“Apalagi saya, lagian kamu bukan level saya juga,” gerutu Fajar sembari memandang Tari dengan sorotan tajam.“Maaf teman-teman kami bukan sepasang kekasih, nanti ada yang dengar bisa-bisa saya habis acara dijegat di jalan sama pacarnya, bagaimana, siapa yang tanggung jawab?” ucap Tari sembari tersenyum.“Maaf Kak Tari, kami hanya bercanda!” ucap Siska mahasiswi semester tiga itu.“Iya santai aja kali!” jawab Tari tersenyum kembali menanggapi Siska yang merasa bersalah.“Baiklah teman-teman, kalian sudah mendengar bagaimana kiat-kiat menjadi orang sukses seperti Mas Fajar ini.”“Satu hal yang harus kalian ingat bahwa tidak ada yang tidak mungkin kita bisa lakukan, berpikirlah kenapa orang itu bisa tetapi kita tidak bisa?”Namun jangan juga memaksakan keinginan kita, yang ternyata bukan keahlian kita, kita harus tahu kekurangan dan kelebihan dari dalam diri kita.”“Kadang kele
Kalau nggak salah nama Band nya Metamorfis!” jawab Pak Syamsudin.Ma-maksud Bapak Metamorfis Band, grupnya cuma empat orang, vokalisnya bernama Faeyza Ammar mereka dari Jakarta!” tanya balik Dafa terkejut.“Iya mereka dari Jakarta, katanya sih sekalian jalan-jalan ke sini, kebetulan band anak muda ini banyak digandrungi mungkin personilnya yang ganteng-ganteng apalagi vokalisnya,” jelas Pak Syamsudin.“Kok kamu tahu detail gitu, apa kamu salah satu fansnya mereka ya?” ledek Pak Syamsudin tertawa.“Bukan begitu Pak, salah satu personilnya itu saya kenal bahkan kenal sampai akar-akarnya,” gerutu Dafa.“Pak, dipanggil Bu Nia!” seru mahasiswa lain memanggil Pak Syamsudin.“Iya tunggu sebentar!”“Maaf Nak Dafa saya tinggal dulu, nanti kalau kalian pulang kasih tahu kami, silakan menikmati hidangan makanan yang sudah disediakan, bentar lagi mereka juga manggung loh, santai saja dulu di sini, kasih tahu Nak Tari ya!” ucap Pak Syamsudin tersenyum sembari meninggalkan Dafa yang termenung sendi
“Memang yang namanya Fajar itu susah di dekati?” tanya Dafa penasaran.“Susah banget Mas, tampang oke punya, penghasilan apa lagi, tapi coolnya itu loh kebangetan!”“Pernah ya Mas, dia itu sebagai dosen pengganti aduh juteknya minta ampun, setiap kita minta dijelaskan lagi moodnya langsung ambyar kita di kasih nilai empat dan dianggap tidak menyelesaikan tugas, katanya kalau belajar harus fokus dengan pelajaran, ya mau bagaimana yang ngajarnya ganteng bingit jadi fokusnya ya ke orangnya lah!” jelas Mahasiswi itu semangat.“Memang semprul anak zaman sekarang gurunya yang dipelototi, bukannya pelajarannya, aduh!” ucap Dafa dalam hati.“Sudah pergi sana jangan ganggu saya, untung sudah selesai makan, kalau nggak mubazir kalau sudah nggak mood,” ucap Tari ketus.Namun tiba-tiba Tari bersendawa di depan Fajar dan membuat Fajar menjadi tambah jijik dan ingin muntah juga di hadapan Tari.Tari yang merasa diperolok karena Fajar hampir mau muntah, dengan sigap Tari menarik tangan Fajar untuk p
Seketika itu Fikri dan Udin langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Tuan mudanya itu.“Kenapa kalian tertawa ada yang lucu?” tanya Fajar sedikit kesal.“Maaf Tuan, habisnya Tuan ngomong sendiri nanti dikira nggak waras loh, kenapa nggak berbagi sama kita Tuan, kita ini biar bagaimana pun juga sudah berpengalaman dalam urusan cinta buktinya kami berdua sudah punya buntut,” jawab Udin seketika.“Memang kalian tahu apa itu cinta?” tanya Fajar lagi.“Kata orang cinta itu buta, tidak mengenal kasta maupun usia, ada juga yang bilang ibaratnya Tuan adalah durinya Non Tari bunga mawarnya, atau jika Tuan lebahnya Non Tari madunya, kira-kira begitu sih!” ucap Fikri tersenyum.“Saya ini masih bingung dengan mami, hari ini kita pulang ke Jakarta hanya untuk membahas kapan kami melangsungkan pernikahan!”“Sedangkan saya hanya bertemu dia bisa di hitung jari. Memang dia wanita mandiri dan juga cantik tetapi hati saya tidak ada ketertarikan seperti ...”“Saya tahu apa yang dipikirkan Tuan m