Setelah berhasil menyelesaikan debatnya dengan Gretta, Sehan langsung membawa Liona keluar dari rumah itu.
Liona sempat menolak karena dia belum menemui Darwin, namun Sehan menariknya paksa.Hingga sampai luar rumah, saat mereka sampai di dekat mobil Sehan yang terparkir. Liona melepaskan cekalan Sehan di pergelangan tangannya dengan kasar."Aku ingin bertemu dengan ayah, Sehan! Aku ingin ayah tau tentang kelicikan ibu!"Sehan menghela nafas kesal. Dia kini menatap Liona dengan sorot serius, berusaha membuat Liona paham."Apa kau tidak takut Gretta akan melakukan macam-macam padamu? Jika aku tidak datang, kau bisa saja mati hari ini Liona!"Liona menyadari hal itu, tapi jika dia terus menunggu terlalu lama, maka Gretta akan menghancurkan semuanya. "Apa kamu sudah melihat berita bawa ibu mengambil alih posisi ayah di perusahaan? Dan ibu juga mengeluarkan ayah dari rumah sakit, padahal di berita ibu mengatakan bahwa ayah sedangPukul sembilan malam, Sehan masih berada di ruang tengah duduk di sofa bersama sang istri. "Liona kamu tidak mau tidur?"Liona menatap Sehan dengan sorot curiga. "Kamu juga tidak tidur?""Aku tidak mengantuk, tidurlah lebih dulu. Aku sepertinya malam ini akan tidur di kamarku sendiri."Liona takut jika Sehan akan meninggalkannya saat dia tertidur nantinya. Mengingat laki-laki itu sejak tadi masih belum menyetujui permintaannya yang menginginkan selalu ikut dengan Sehan saat ada keperluan yang menyangkut masalahnya di luar.Liona tak mau, Sehan diam-diam menemui Matt atau berencana menemui Atharya tanpa sepengetahuannya. "Kalau begitu, aku yang akan ikut tidur di kamarmu."Sehan segera menggeleng tak mengijinkan. "Kamarku tidak nyaman, pasti kamu tidak akan bisa tidur di sana."Liona semakin curiga. Sehan terdengar seperti mengusirnya. "Kalau begitu, malam ini kamu harus tidur bersamaku."Seh
Pukul sebelas malam, Sehan terjaga. Dia menoleh, menatap sang istri yang masih terlelap di sampingnya. Sehan tersenyum gemas, lalu mengecup singkat kening perempuan itu. Dia lalu mulai beringsut duduk, dengan berhati-hati tanpa ingin mengusik tidur sang istri. Dia kemudian memungut bajunya yang berserakan di lantai, lalu memakainya kembali. Sehan ingat, malam ini dia memang harus pergi ke luar untuk menemui Matt. Dia tak mau menundanya terlalu lama, mengingat Liona sudah tidak sabar ingin semua masalahnya selesai. Sehan juga tak ingin membuat Liona terlalu lama berada dalam penderitaan ini.Tangan Sehan perlahan terulur, mengusap pucuk kepala sang istri dengan penuh kasih sayang. Dia lalu berbisik lirih, "terimakasih untuk barusan. Aku terpaksa membuatmu tidur lebih dulu agar aku bisa menemui Matt tanpa sepengetahuanmu. Sementara ini, biarkan aku sendiri yang mencari jalan untuk mengeluarkanmu dari penderitaan ini. Maaf Liona."Sehan kemudian be
"Gretta memang sudah memintaku untuk segera melenyapkan Liona. Tapi aku juga sudah mengatakan padanya, bahwa aku belum mempunyai ide untuk itu. Gretta juga tak mengatakan padaku, dengan cara seperti apa aku harus melenyapkan Liona. Jadi untuk saat ini, belum ada rencana untuk itu."Sehan sedikit merasa lega mendengar jawaban Matt. Paling tidak sekarang dia bisa fokus untuk memikirkan cara menemui Atharya. "Jika Gretta sudah memerintahkan mu, segera beritahu aku."***Pagi ini Sehan dan Liona dalam perjalanan menuju tempat Atharya dirawat.Kali ini Sehan terpaksa membawa Liona. Dia tak mempunyai alasan lain untuk membuat Liona tetap tinggal di rumah. "Bagaimana cara agar membuat kakek bisa keluar dari kamarnya? Dia pasti takut para penjaga di sana akan melapor ibu, jika kakek tidak mematuhi apa yang dilarang oleh ibu."Sehan mengangguk paham. Dia sudah bisa menebak hal itu sebelumnya. "Aku sudah meminta seseorang untuk
"Aku tadi seperti melihat orang di sini." Liona memperhatikan sekitarnya. Saat dia nyaris mengikuti sang suami untuk memasuki rumah sang kakek, sekilas dia menatap bayangan hitam yang keluar dari halaman rumah Atharya. Namun saat Liona mengikutinya, dia tak menemukan apa-apa. Kini dia berdiri di tepi jalan, mendadak ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari Sehan memenuhi layar ponselnya. Liona yakin, Sehan pasti sedang mencarinya saat ini. Dia kemudian bergegas untuk menjawab panggilan tersebut."Halo Sehan."'Liona kau ada di mana?'Suara Sehan terdengar begitu khawatir. Liona menghela nafas pelan. "Aku masih berada di sekitar rumah kakek. Tidak perlu khawatir, aku akan mendatangimu."Namun belum sempat melangkah, pandangan Liona justru terarah pada sang suami dari kejauhan yang juga tengah menatapnya. Liona mengukir senyum."Aku sudah ada di hadapanmu saat ini, tidak perlu khawatir.""Liona menyi
Setelah kejadian barusan, Sehan langsung membawa Liona pulang ke rumah.Niatnya setelah sampai rumah, Sehan ingin langsung ke kamarnya untuk menenangkan diri. Namun dia teringat pada Liona, yang masih penasaran dengan ucapannya tadi. Laki-laki itu menoleh saat langkahnya nyaris sampai depan pintu kamar, dia kembali menatap Liona yang juga sudah ada di belakangnya. "Liona.""Iya," jawab Liona sambil mengukir senyum tipis. Dia berharap jika Sehan masih ingat dengan pertanyaannya tadi, dan segera menjelaskan."Kau makan apa?"Liona berkedip tak paham. "Apa?""Aku akan memasakkan makan siang untukmu. Jadi, kamu mau makan apa?" jawab Sehan berusaha menjelaskan. Dia sengaja berpura-pura melupakan pembicaraannya dengan Liona saat di luar tadi. Sehan tak mau istrinya itu terus mendesaknya untuk menjawab maksud dari ucapannya tadi."Aku ... ingin makan mie kuah saja."Sehan mengangguk paham. "Kalau begitu aku
Keesokan harinya. Liona masih berada di rumah, duduk di sofa ruang tengah menunggu kabar dari sang suami. Karena kejadian kemarin, Sehan tak mau lagi membawa Liona pergi keluar rumah. Selama Sehan belum menemui Gretta, laki-laki itu meminta Liona untuk tetap berada di rumah. Sesekali Liona menatap layar ponselnya yang sejak tadi terus dia pegang, menunggu jika Sehan akan menelponnya. Suaminya itu masih mencari keberadaan Gretta dengan beberapa orang suruhannya. Tak lama, sebuah panggilan yang sejak tadi dia nantikan akhirnya memenuhi layar ponsel yang dia genggam. Dengan segera Liona langsung menjawabnya. "Halo Sehan, bagaimana?" tanya Liona penasaran. Dari ponsel itu dia mendengar, Sehan tengah menghela nafas berat.'Aku baru saja ke rumahnya, Aoura mengatakan bahwa Gretta sejak kemarin tidak pulang. Mungkin karena kejadian kemarin, Gretta takut aku mencarinya.'Liona mengangguk paham. Dia lalu kembali bertanya, "b
Perlahan mata Darwin terbuka saat mendengar suara yang tak begitu asing bertanya padanya. Dia lalu menoleh dan mendapati putri sulungnya sudah berdiri tak terlalu jauh dari sana. Darwin menghela nafas kasar. "Kenapa kau ke sini lagi? Kau ingin menuduh istriku lagi sebagai penjahat?"Liona mulai menghampiri Darwin dengan langkah pelan. Dia masih tak menyangka jika Darwin masih sebenci ini padanya."Ayah pasti masih meminum suplemen yang diberikan ibu, itu sebabnya kondisi ayah semakin memburuk." Liona tersenyum kosong. Dia menatap Darwin dengan sorot kasihan. "Kenapa ayah tidak mencoba berhenti meminum obat itu? Siapa tau kondisi ayah semakin baik.""Jika kau ke sini hanya untuk menuduh istriku, pergilah saja! Jangan muncul lagi di hadapanku."Liona menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia berusaha menguatkan hatinya agar tak terluka karena ucapan Darwin barusan."Ayah, apa ayah tau bahwa ibu saat ini memim
'Bunda ...'Kepala Liona mendadak pusing. Suaranya saat masih kecil kini mendadak terngiang di telinganya. Dia memanggil bundanya?'Bunda kenapa?''Liona ...'Dada Liona sesak. Dia bisa mengingat sebuah suara wanita dengan lembut memanggilnya. Suara itu semakin lemah, namun Liona bisa mendengarnya dengan jelas. "Bunda?"Darwin tersenyum perih saat sang anak menyebut panggilan yang sering dia dengar dua puluh tahun lalu. "Kau selalu memanggil ibumu dengan sebutan bunda. Apa kau ingat?"Liona kembali meluruskan pandangannya pada sang ayah. Dia tak bisa mengingat jelas, hanya sebuah suara yang mendadak terngiang di telinganya. Namun dia tak mau mempercayai apa yang sang ayah katakan barusan. Liona segera menggeleng. "Aku tidak membunuh ibu kandungku sendiri ayah! Aku tidak mungkin membunuh perempuan yang telah melahirkanku!""Teruslah membela dirimu Liona. Kau sama saja dengan dulu, saat semua