Setelah berhasil membuat Liona sedikit lebih tenang, Sehan langsung membawa perempuan itu pulang.
Sesampainya di rumah, Sehan langsung membantu Liona duduk di sofa ruang tengah. Dia menatap wajah Liona yang masih memancarkan raut sedih.Sehan tau saat ini Liona tengah terluka, tapi karena apa? Sehan masih penasaran, apa yang terjadi saat Liona di sana tadi? Bahkan Liona sama sekali belum menceritakan padanya. Namun Sehan juga tak mau memaksa, dan membiarkan Liona menenangkan diri lebih dulu.Laki-laki itu kemudian duduk di samping Liona.Andai Sehan bisa datang lebih cepat, atau Liona mau menunggunya dan datang ke sana bersama. Mungkin semuanya tidak akan seperti ini."Apa ... ibu ada di sana?" tanya Sehan dengan hati-hati. Dia memperhatikan wajah Liona dengan seksama, sambil berusaha menebak apa yang telah dialami perempuan itu.Liona menggeleng lemah."Baiklah, tenangkan dirimu lebih dulu. Apa kamu ingin minum tehDi sebuah bangunan tua, wanita paruh baya berjalan dengan langkah mantap menelusuri setiap lorong sunyi tersebut. Hingga langkahnya terhenti di depan sebuah ruang yang dijaga oleh dua orang satpam, dia memberikan isyarat kepada dua satpam di hadapannya.Dua satpam itu dengan segera membuka pintu ruangan di hadapan Gretta. Seorang pria berperawakan kurus tinggi, dengan beberapa luka bakar di sebagian tubuhnya, berjalan sempoyongan keluar dari dalam ruang tersebut. Dia mengucek matanya, saat silau cahaya lampu menyapa pandangannya. "Aku masih ngantuk, kenapa kau datang ke sini?" tanya pria tersebut sambil menguap lebar."Aku mempunyai tugas lagi untukmu, Matt."Pria bernama Matt tersebut mengangkat satu alisnya, menatap Gretta penasaran. "Apa?"Gretta memberikan selembar foto pada Matt, pria itu menerimanya dan memperhatikan foto seorang perempuan yang baru saja diberikan Gretta padanya. Matt tampak bingung, ini pertama kali dia
"Sudah baikan?" tanya Sehan memastikan.Liona baru saja bangun tidur. Sehan sudah berada di sampingnya, laki-laki itu duduk di sisi kasur menunggu Liona bangun."Kamu sejak tadi di sini?"Sehan mengangguk mengiyakan, mungkin Liona juga tidak sadar bahwa Sehan juga tidur di sampingnya tadi malam. Karena khawatir dengan kondisi sang istri, Sehan tidak tega meninggalkan perempuan itu tidur sendirian. Liona mulai beringsut duduk. "Apa kamu ingin makan bubur? Jika kamu mau, aku akan membelikannya di luar sebentar."Liona tak mau merepotkan sang suami. Dia lalu menjawab, "aku makan seadanya saja yang ada di rumah."Sehan mengangguk paham. "Tapi bahan-bahan di rumah habis, jadi aku tidak bisa membuatkan makanan untukmu. Jadi kita beli makanan di luar saja ya?"Liona mengangguk menurut. "Baiklah."Sehan kemudian berdiri dari duduknya. "Aku akan membeli makanan di luar, kamu tunggu sebentar ya."Liona
"Baiklah." Sehan mengangguk paham setelah lawan bicaranya di telepon tersebut menjelaskan sesuatu. "Sebenarnya, selain tentang ibunya Liona. Aku mencurigai sesuatu, siapa yang mengantar Liona ke panti asuhan saat itu? Orang itu pasti tau semuanya tentang Liona, dan bagaimana bisa Liona selamat dari kecelakaan itu. Apa kau bisa mencari tau tentang itu?"'Siap, saya akan usahakan.'"Baiklah. Segeralah berikan informasi padaku mengenai ini."Tak lama panggilan berakhir. Sehan memutuskan kembali untuk menghampiri sang istri yang dia tinggalkan saat membeli buah tadi.Namun saat mengetahui Liona saat ini tengah berbicara dengan seorang pria asing, langkah Sehan seketika terhenti. Dia menatap pria itu curiga. "Dengan siapa Liona berbicara?"Sehan mulai memperhatikan dengan seksama penampilan pria di hadapan istrinya tersebut. Pakaiannya tampak lusuh, di tangan, kaki dan lehernya ada luka bakar. Terlihat seperti ora
Liona segera masuk ke dalam mobil. Dia menatap ke luar jendela mobil sesaat, memperhatikan sekitarnya dengan sorot waspada."Siapa pria tadi? Aku sangat takut dengan caranya menatapku. Kenapa dia tau namaku? Apa aku pernah bertemu dengannya?"Liona takut jika pria itu masih mengikutinya. Dia bergegas mengambil ponselnya di dalam tas, dan berniat untuk menelpon Sehan. "Di mana Sehan sekarang? Kenapa membeli makanan lama sekali?"Belum sempat menempelkan ponselnya ke telinga, laki-laki yang dia cari akhirnya datang memasuki mobil dan duduk di sampingnya. Liona seketika menghela nafas lega. Dia kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas."Sehan, tadi ada -""Seorang pria yang menghampirimu?" tanya Sehan memotong kalimat sang istri.Liona terkejut, saat Sehan bisa menebaknya dengan tepat. Dia penasaran, "apa kau melihatnya tadi?"Sehan mengangguk membenarkan. "Aku melihatnya, saat dia berdiri di sampingmu tadi. Dia
TIDAK BERADA DI PIHAK MANAPUN Seorang pria mulai masuk ke mobilnya, duduk di jok sampingnya. Gretta hanya terus meluruskan pandangnya, lalu kembali menjalankan mobilnya lagi. "Uang yang kau berikan sudah habis, aku sampai bingung ingin membeli makanan menggunakan apa," keluh Matt sambil menghela nafas berat.Gretta berdecak kesal. "Kau tau, perusahaan Darwin saat ini sedang diambang kebangkrutan. Jika kau terus meminta uang padaku, maka kau justru mempercepat aku untuk semakin bangkrut.""Kalau begitu kenapa tak kau ceraikan dia, dan menikahlah lagi dengan pria kaya lainnya.""Kau pikir semudah itu. Aku menikahi Darwin dengan susah payah, bahkan sampai sekarang aku belum tenang. Kau justru memintaku meninggalkannya. Hartanya saja belum aku miliki sepenuhnya."Matt mengangguk paham. Dia lalu menyandarkan tubuhnya pada punggung jok mobil yang dia duduki."Aku tadi tidak sengaja bertemu dengan Liona saat sedang mencari ma
Pukul menunjukan tujuh malam, Liona semakin tidak bisa tenang. Dia berjalan, bolak balik di depan pintu kamarnya. Melihat hal itu tentu Sehan merasa kasihan. Dia tau apa yang dirasakan Liona saat ini. Sehan memutuskan untuk menghampiri, dan membuka pintu kamar sang istri.Liona menghentikan langkahnya, dia menatap sang suami dengan sorot tanya. "Apa yang ingin kamu lakukan?""Kau akan kehilangan banyak tenaga jika terus berjalan bolak-balik seperti itu, masuklah dan segera istirahat."Liona menatap ke dalam ruang kamarnya sesaat. Dia menghela nafas berat, lalu kembali menatap Sehan. "Aku tidak bisa tenang Sehan. Aku ingin menemukan ingatanku yang hilang."Sehan mengalihkan pandangannya sesaat. Entah, mendadak dadanya jadi sesak. Dia lalu menggeleng pelan. Berusaha menyingkirkan pikiran buruk di kepalanya."Kita akan mencarinya bersama. Tapi untuk sekarang kamu harus tenang, aku tidak mau melihatmu sakit."Liona mengangg
Satu kecupan singkat mendarat tepat di bibir ranum perempuan yang masih terlelap tersebut. Merasa tidurnya terusik, Liona menggeliat, merenggangkan otot tangannya yang terasa kaku.Kantuknya belum juga hilang, Liona masih belum sanggup untuk membuka matanya. Namun lagi-lagi sebuah kecupan singkat menyerang bibirnya. Akhirnya, kelopak mata itu terbuka. Sorot matanya langsung tertuju pada wajah tampan seorang laki-laki yang duduk di sampingnya, kini tengah tersenyum menyapa ke arahnya."Sehan!""Kenapa sayang? Apa kamu ingin aku menambah durasi cium -" Tangan Liona segera membungkam mulut Sehan, membuat laki-laki itu tak bisa melanjutkan kalimatnya. Liona protes, "aku sudah menduga sejak awal kita bertemu bahwa kamu sebenarnya adalah laki-laki mesum!"Sehan menyingkirkan tangan Liona. Dia lalu menjelaskan, "semua laki-laki akan seperti itu di depan istri tercintanya."Nyaris Sehan memberikan kecupan lagi pada sang istri, dengan se
Sehan menyodorkan satu amplop coklat ke atas meja. Pria di hadapannya mengambil dan membuka amplop tersebut untuk melihat isi di dalamnya.Mata Matt sekitar melebar takjub saat melihat puluhan lembar uang tertata rapi dalam amplop tebal itu. "Tiga puluh juta, berarti aku bisa mengajukan enam pertanyaan untukmu."Matt tersenyum bangga. "Kau sangat cerdas, tidak rugi Liona menikahimu."Sehan tak mempedulikan pujian pria tersebut. Dia mulai bertanya, "apa yang akan direncanakan oleh Gretta pada Liona?"Matt tak langsung menjawab, dia mengambil kopi yang sudah dipesankan oleh Sehan di atas mejanya. Lalu dia menyeruputnya sesaat. "Gretta ingin aku membunuh Liona."Mata Sehan membulat, jantungnya seketika berdetak takut. Tangannya mulai mengepal erat, saat pemikiran buruk terlintas di kepalanya. "Kenapa Gretta ingin membunuh Liona?" Sehan kembali bertanya.Dengan santai, pria itu menjawab, "Gretta tidak bi