TIDAK BERADA DI PIHAK MANAPUN
Seorang pria mulai masuk ke mobilnya, duduk di jok sampingnya. Gretta hanya terus meluruskan pandangnya, lalu kembali menjalankan mobilnya lagi."Uang yang kau berikan sudah habis, aku sampai bingung ingin membeli makanan menggunakan apa," keluh Matt sambil menghela nafas berat.Gretta berdecak kesal. "Kau tau, perusahaan Darwin saat ini sedang diambang kebangkrutan. Jika kau terus meminta uang padaku, maka kau justru mempercepat aku untuk semakin bangkrut.""Kalau begitu kenapa tak kau ceraikan dia, dan menikahlah lagi dengan pria kaya lainnya.""Kau pikir semudah itu. Aku menikahi Darwin dengan susah payah, bahkan sampai sekarang aku belum tenang. Kau justru memintaku meninggalkannya. Hartanya saja belum aku miliki sepenuhnya."Matt mengangguk paham. Dia lalu menyandarkan tubuhnya pada punggung jok mobil yang dia duduki."Aku tadi tidak sengaja bertemu dengan Liona saat sedang mencari maPukul menunjukan tujuh malam, Liona semakin tidak bisa tenang. Dia berjalan, bolak balik di depan pintu kamarnya. Melihat hal itu tentu Sehan merasa kasihan. Dia tau apa yang dirasakan Liona saat ini. Sehan memutuskan untuk menghampiri, dan membuka pintu kamar sang istri.Liona menghentikan langkahnya, dia menatap sang suami dengan sorot tanya. "Apa yang ingin kamu lakukan?""Kau akan kehilangan banyak tenaga jika terus berjalan bolak-balik seperti itu, masuklah dan segera istirahat."Liona menatap ke dalam ruang kamarnya sesaat. Dia menghela nafas berat, lalu kembali menatap Sehan. "Aku tidak bisa tenang Sehan. Aku ingin menemukan ingatanku yang hilang."Sehan mengalihkan pandangannya sesaat. Entah, mendadak dadanya jadi sesak. Dia lalu menggeleng pelan. Berusaha menyingkirkan pikiran buruk di kepalanya."Kita akan mencarinya bersama. Tapi untuk sekarang kamu harus tenang, aku tidak mau melihatmu sakit."Liona mengangg
Satu kecupan singkat mendarat tepat di bibir ranum perempuan yang masih terlelap tersebut. Merasa tidurnya terusik, Liona menggeliat, merenggangkan otot tangannya yang terasa kaku.Kantuknya belum juga hilang, Liona masih belum sanggup untuk membuka matanya. Namun lagi-lagi sebuah kecupan singkat menyerang bibirnya. Akhirnya, kelopak mata itu terbuka. Sorot matanya langsung tertuju pada wajah tampan seorang laki-laki yang duduk di sampingnya, kini tengah tersenyum menyapa ke arahnya."Sehan!""Kenapa sayang? Apa kamu ingin aku menambah durasi cium -" Tangan Liona segera membungkam mulut Sehan, membuat laki-laki itu tak bisa melanjutkan kalimatnya. Liona protes, "aku sudah menduga sejak awal kita bertemu bahwa kamu sebenarnya adalah laki-laki mesum!"Sehan menyingkirkan tangan Liona. Dia lalu menjelaskan, "semua laki-laki akan seperti itu di depan istri tercintanya."Nyaris Sehan memberikan kecupan lagi pada sang istri, dengan se
Sehan menyodorkan satu amplop coklat ke atas meja. Pria di hadapannya mengambil dan membuka amplop tersebut untuk melihat isi di dalamnya.Mata Matt sekitar melebar takjub saat melihat puluhan lembar uang tertata rapi dalam amplop tebal itu. "Tiga puluh juta, berarti aku bisa mengajukan enam pertanyaan untukmu."Matt tersenyum bangga. "Kau sangat cerdas, tidak rugi Liona menikahimu."Sehan tak mempedulikan pujian pria tersebut. Dia mulai bertanya, "apa yang akan direncanakan oleh Gretta pada Liona?"Matt tak langsung menjawab, dia mengambil kopi yang sudah dipesankan oleh Sehan di atas mejanya. Lalu dia menyeruputnya sesaat. "Gretta ingin aku membunuh Liona."Mata Sehan membulat, jantungnya seketika berdetak takut. Tangannya mulai mengepal erat, saat pemikiran buruk terlintas di kepalanya. "Kenapa Gretta ingin membunuh Liona?" Sehan kembali bertanya.Dengan santai, pria itu menjawab, "Gretta tidak bi
Sayangnya Sehan tak membawa uang lebihan lagi untuk diberikan pada Matt. Alhasil Sehan tak bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan terpenting yang dia ajukan pada pria tersebut.Tapi Sehan menduga, jika benar kecelakaan yang dialami Liona saat itu telah direncanakan sebelumnya, itu artinya bisa saja Gretta terlibat di dalamnya. Mengingat, Matt adalah suami Gretta. Pasti ada alasan tertentu yang membuat Matt bisa menjadi supir untuk Liona waktu itu.Kini Sehan memasuki mobilnya yang masih terparkir di depan kafe. Di dalam mobil itu sejak tadi ada seorang pria yang menunggunya. Sehan bertanya, "kau sudah mengambil foto pria yang bersamaku tadi?""Sudah bos. Sepertinya ini bukan pertama kali saya melihatnya.""Benarkah?" tanya Sehan penasaran. "Lalu kau melihatnya di mana?"Pria itu berusaha mengingat sesuatu. "Saya lupa, sepertinya sudah sangat lama."Sehan kembali meluruskan pandangnya, lalu menghela nafas pelan. Pikirannya semak
"Setiap aku ingin merasakan kasih sayang dari ayah ataupun ibu, Aoura dan ibu selalu mengakan aku hanya anak adopsi. Aku tidak berhak mendapatkan semua itu, dan hanya Aoura yang boleh merasakannya. Pantas saja mereka selalu berusaha membuat aku yakin, bahwa aku adalah anak adopsi, ternyata ini alasannya."Mata Liona mulai menggenang, menahan air mata perih. Dia geram, marah terhadap Gretta. "Jika Aoura adalah anak pria yang menemuimu barusan, lalu apakah ibu adalah istri pria tersebut? Dan ... siapa ibuku?"Sehan terdiam. Dia tak mungkin mengatakan bahwa dirinya sudah tau semua tentang ibunya, tapi Sehan belum ingin memberitahu semua itu pada Liona. Karena dia belum bisa menemukan penyebab kematian ibunya yang sebenarnya, itu akan membuat Liona bertanya-tanya dan bisa saja menemukan ingatannya kembali. Sehan takut itu terjadi. "Sehan, apa aku harus menemui ayah?"Sehan menggeleng tak mengijinkan. Liona dalam bahaya, dia tak mungkin memb
Setelah mendengar berita tersebut, Liona langsung bergegas pergi menuju rumah sakit tempat sang ayah dirawat. Liona sangat yakin, Darwin pasti belum mengetahui kelakuan istrinya tersebut.Liona ingat, ayahnya akan menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan dengan meminta bantuan Sehan. Jika yang memimpin perusahaan itu adalah Gretta, sudah pasti Sehan tak akan jadi membantu perusahaan Atharya. Dan Liona yakin, pasti Darwin tidak akan membiarkan Gretta dengan mudah mengambil alih perusahaan tersebut begitu saja.Sengaja Liona pergi meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan Sehan. Dia tau, Sehan tak mungkin mengijinkannya bertemu dengan Darwin saat ini.Walau Liona masih ingat jelas terakhir pertemuannya dengan Darwin yang membuat hatinya sangat terluka parah, tapi hari ini Liona berusaha menguatkan diri. Dia harus berhasil membuat sang ayah percaya padanya.Namun, sesampai di rumah sakit. Liona justru sama sekali tak mendapati keberadaan sang ayah. Ru
"Di mana ayah?"Tak menjawab pertanyaan Liona, Gretta menutup pintu kamar di belakangnya dengan rapat. Dia lalu menatap Liona dengan tatapan tajam."Pergi dari rumahku!""Aku tidak akan pergi, sampai aku melihat keadaan ayahku saat ini!"Rahang Gretta mulai mengeras. Dia lalu mendekat ke arah Liona. "Apa yang akan kau lakukan? Kau mau mengatakan bahwa perusahaan itu tidak seharusnya jatuh padaku? Kau ingin marah pada ayahmu?"Liona menggeleng tak membenarkan. "Ayah tidak mungkin mau memberikan perusahaan itu padamu begitu saja. Perusahaan sedang tidak baik-baik saja, dan justru dipegang olehmu pasti semuanya akan hancur. Aku tau, ibu memimpin perusahaan ini tanpa ijin dari ayah kan?"Tangan Gretta mengepal erat. Dia semakin geram saat Liona berhasil menebak semuanya. "Aku ingin bertemu dengan ayah, dan mengatakan pada ayah bahwa ibu meracuninya agar bisa mendapatkan perusahaan itu -"PLAKLio
"Aku akan mengatakan semua ini pada ayah. Aku akan mengungkap kebenaran yang telah ibu sembunyikan selama ini, bersiaplah ibu dan Aoura akan kehilangan semua yang telah kalian harapkan dari ayah!"Liona ingin meraih kenop pintu kamar di depannya. Namun Gretta kembali menghentikan. "Cobalah, kau pikir ayahmu akan percaya padamu begitu saja?" Gretta tersenyum miris. "Kau ingat, ayahmu sangat membencimu Liona.""Ayah membenciku karena dia tidak tau kejahatanmu. Jika ayah tau siapa dirimu sebenarnya, ayah pasti lebih menyayangiku daripada kalian berdua," ucap Liona dengan yakin. Walau dia tak tau, benarkan apa yang diucapkannya barusan akan terjadi. Liona menatap Gretta penuh peringatan. "Setelah ini, bersiaplah ibu yang akan menderita."Mata Gretta melotot tak terima. Dia kembali berjalan mendekat ke arah Liona. Tanpa memberi aba-aba perempuan itu justru tiba-tiba mencekik leher Liona dengan kuat.Melihat hal itu, Aoura melotot tak percaya.
Enam tahun kemudian ...Rumah keluarga Wiratama kini tampak ramai. Para tamu undangan mulai berdatangannya, dan banyak anak kecil membawa hadiah.Tepat hari ini, Arsen Wiratama berusia genap lima tahun. Semua orang merayakan ulang tahunya dengan kegembiraan. "Okey, selanjutnya adalah acara potong kue!"Semua anak dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah, saat sang MC membacakan urutan acara selanjutnya. "Potong kuenya!""Potong kuenya!"Sorak anak-anak yang ada di sana. Dibantu dengan sang papa dan mamanya, Arsen mulai memotong kue ulang tahun di hadapannya. "Baik, kuenya sudah dipotong. Sekarang, Arsen ingin memberikan suapan pertama kuenya ke siapa ya?" tanya MC membuat semua orang di sana jadi penasaran tak sabar. Arsen menoleh ke kenan dan kirinya sesaat, mulai bingung."Arsen pasti ingin memberikan suapan pertama pada mama kan?" bisik Liona berusaha merayu putra kecilnya te
Ke esok harinya, Sehan dan Galen duduk di jok belakang mobil. Sedangkan Dua pria berbadan kekar kekar duduk di jok depan mereka, dan satu pria itu mengemudikan mobil.Di depan mobil mereka, juga ada satu mobil lain yang menunjukan arah sekaligus mendampingi Sehan dan Galen.Setelah cukup lama, mereka telah sampai di sebuah bangunan beton yang tampak kusam. Menuju ke sana memerlukan waktu hampir tiga jam, letakkan memang sangat jauh dari pusat kota.Dua bodyguard yang ada dalam mobil tersebut keluar lebih dulu, lalu berdiri di sisi mobil, dan mengawasi sekitarnya.Sehan tak langsung keluar, dia menoleh ke samping, menatap sang kakak. "Kak Galen tidak mau menemuinya bersamaan langsung denganku?"Galen menggeleng. "Aku akan berbicara dengannya setelah kau selesai. Aku hanya ingin memarahinya karena sudah berani membuat kakiku tidak berfungsi, sedangkan kamu pasti banyak hal yang ingin dibicarakan bukan?"Sehan mengangguk m
Di sebuah gedung besar, sebuah pesta pernikahan dilaksanakan dengan tema yang begitu sangat sederhana. Tamu undangan hanya terbatas, yaitu para rekan kerja dan sahabat-sahabatnya dari mempelai pria. Reno dan Aoura berdiri berdampingan, bersalaman dan menyambut para tamu dengan ramah.Hingga kedatangan Darwin bersama anak dan mantunya, berhasil mengalihkan perhatian semua orang di sana. Beberapa orang yang dilalui oleh mereka tersenyum menyapa. Tentu karena kebanyakan tamu undangan di sana adalah karyawan Wiratama group, jadi mereka begitu menghormati Darwin dan Liona, terutama Sehan.Melihat tiga orang penting itu berjalan ke arahnya, tangan Aoura mendadak berkeringat dingin. Dia lalu menyenggol lengan Reno di sampingnya, dan berbisik protes. "Kau juga mengundang ayah?""Tentu saja, bagaimana pun dia juga pernah menjadi ayah untukmu. Kita harus menghargainya dengan mengundangnya ke pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura pah
Satu Minggu kemudian. Liona dan Sehan sudah berpakaian rapi, bersiap untuk berangkat ke acara pernikahan Aoura dan Reno. "Sudah siap?" tanya Sehan memastikan saat sang istri baru saja keluar dari kamar. Liona tersenyum, lalu mengangguk mengiyakan. "Kalau begitu, kita berangkat sekarang."Sehan dan Liona berjalan keluar rumah. Saat ini mereka sudah berada di rumah mereka sendiri. Sehan memutuskan untuk kembali ke rumah mereka dua hari lalu, setelah Sehan berhasil meyakinkan Joana bahwa keadaannya sudah membaik.Mobil yang mereka tumpangi kini mulai melaju, meninggalkan halaman rumah. Tak langsung menuju gedung acara pernikahan, Sehan dan Liona meminta sang suami untuk mengantarkannya lebih dulu ke rumah Darwin. "Bukankah ayah pasti juga diundang oleh Aoura?" tanya Liona penasaran.Sehan menoleh sesaat, lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya. "Entahlah, aku juga tidak tau. Bahkan setelah meninggalkan rumah ayahmu, seperti
Setelah sampai di depan kamar yang mereka sewa. Sehan menurunkan Liona dari gendongannya. Laki-laki itu kemudian membuka pintu di hadapannya menggunakan key card yang baru saja dia kantongi.Setelan pintu terbuka, Liona masuk lebih dulu ke dalam sana, diikuti Sehan di belakangnya. Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, memperhatikan ruangan tersebut dengan seksama. "Sepertinya tidak ada yang berubah, ini masih sama seperti saat aku datang ke sini pertama kalinya."Sehan menghentikan langkahnya di samping sang istri, dia menatap wajah Liona yang tampak bahagia itu sesaat, sebelum akhirnya ikut memperhatikan sekitarnya dengan seksama. Sehan memang tidak pernah merubah tampilan ruangan itu. Sejak dulu masih sama, tetap begitu-begitu saja. Namun Sehan tak pernah bosan dengan tampilan yang seperti itu. "Lagi pula, aku jarang ke sini lagi setelah menikah denganmu. Dulu, aku menyewa kamar ini untuk tempat istirahatku, ji
Setelah pergi dari rumah Reno, Sehan dan Liona kembali melanjutkan perjalanannya. Kini mobil yang Sehan kemudikan telah sampai di depan gedung hotel Wiratama, seperti apa yang Liona minta. Entah, Sehan belum mengerti kenapa istrinya mengajaknya ke sana. "Apa yang sebenarnya kamu rencanakan Liona?" tanya Sehan yang semakin penasaran. Namun Liona masih tak mau menjawabnya, perempuan itu hanya tersenyum saja. Liona kemudian keluar lebih dulu dari mobil, Sehan hanya mengikutinya. Hingga mereka memasuki gedung tersebut, dan Sehan terus mengikuti Liona dari belakang. Perempuan itu berjalan menuju restoran yang ada di lantai dua hotel tersebut. Hingga sampai di salah satu kursi pengunjung yang terletak di dekat jendela kaca gedung tersebut, Liona menarik Sehan dan memaksa laki-laki itu untuk duduk di sana. Sehan yang sejak tadi masih kebingungan, hanya menurut mengikuti apa yang sang istri lakukan padanya. Setelah Sehan duduk di s
Aoura mengarahkan pandangannya pada Sehan sesaat. Tampak terkejut setelah mendengar pertanyaan Sehan barusan. Aoura lalu menatap Reno, meminta penjelasan. Reno paham apa maksud Aoura. Dia menghela nafas pelan sesaat, lalu menjelaskan, "aku sudah mengatakan semuanya pada pak Sehan.""Kenapa kau memberitahu banyak orang?""Pak Sehan adalah orang penting di tempatku bekerja, tidak mungkin aku tidak akan mengundangnya di pernikahan kita," jelas Reno berusaha membuat Aoura paham."Jadi, apa kau tidak berniat untuk mengundangku?" tanya Sehan pada Aoura. Perempuan itu hanya diam. Sehan lalu mengimbuhkan, "jika Reno menikah tanpa memberitahu atasan di perusahaannya, maka dia tidak akan mendapatkan hadiah istimewa dari perusahaan."Aoura menatap Sehan dengan sorot berbinar. Tentu saja saat mendengar kata 'hadiah' suasana hatinya seketika berubah senang. "Benarkah? A-aku pasti akan mengundangmu Sehan."Reno menghela nafas pelan.
Seperti apa yang Liona katakan tadi malam. Perempuan itu akan mengajak suaminya ke suatu tempat, pagi ini.Namun sebelum menuju tempat yang Liona maksud, perempuan itu meminta Sehan untuk singgah lebih dulu ke rumah Reno. Sehan tau apa maksud tujuan Liona menemui Reno dan Aoura.Hingga sesampainya di sana. Sehan mengetuk pintu sebuah kontrakan sederhana yang dia singgahi bersama sang istri. Tak lama kemudian, seorang laki-laki keluar dari kontrakan tersebut.Laki-laki itu menatap Sehan dan Liona dengan sorot terkejut. "Pak Sehan? Liona?""Pagi Reno. Apa kedatangan kami menganggu waktumu saat ini?"Reno tak langsung menjawab. Dia justru berpikir sejenak, sambil berusaha menebak apa tujuan sepasang suami istri tersebut datang ke tempat tinggalnya. Terakhir Sehan dan Liona datang ke sana, untuk bertemu dengan Aoura. "Pak Sehan datang sepagi ini ke rumah saya, tentu membuat saya cukup terkejut. Tapi kedatangan pak Sehan sa
Pintu kamar terbuka, Liona yang saat itu sedang menyisir rambut di depan kaca menoleh sesaat.Sehan tersenyum, lalu menutup pintu kamarnya kembali. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama keluarga yang lain, namun setelah selesai Liona langsung ke kamar, sedangkan Sehan masih berbincang dengan Joana dan Galen. "Sudah selesai berbicara dengan nenek dan kak Galen?" tanya Liona memastikan. Sehan mengangguk mengiyakan. Perempuan itu menatap cermin dan melanjutkan menyisir rambutnya. Sehan melangkah menghampiri, lalu memeluk pinggang Liona dari belakang. Sesekali memberikan usapan kecil pada perut buncit sang istri. Membuat Liona seketika menghentikan kegiatannya untuk menyisir rambut. Dia menatap wajah Sehan melalu cermin di hadapannya, senyum bahagia masih terukir di bibir laki-laki itu. Membuat Liona yang menatapnya juga ikut senang."Sepertinya setelah kamu sadar dari koma, kehidupan ini sangat menyenangkan untuk kita berdua.