Setelah mendengar berita tersebut, Liona langsung bergegas pergi menuju rumah sakit tempat sang ayah dirawat. Liona sangat yakin, Darwin pasti belum mengetahui kelakuan istrinya tersebut.
Liona ingat, ayahnya akan menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan dengan meminta bantuan Sehan. Jika yang memimpin perusahaan itu adalah Gretta, sudah pasti Sehan tak akan jadi membantu perusahaan Atharya. Dan Liona yakin, pasti Darwin tidak akan membiarkan Gretta dengan mudah mengambil alih perusahaan tersebut begitu saja.Sengaja Liona pergi meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan Sehan. Dia tau, Sehan tak mungkin mengijinkannya bertemu dengan Darwin saat ini.Walau Liona masih ingat jelas terakhir pertemuannya dengan Darwin yang membuat hatinya sangat terluka parah, tapi hari ini Liona berusaha menguatkan diri. Dia harus berhasil membuat sang ayah percaya padanya.Namun, sesampai di rumah sakit. Liona justru sama sekali tak mendapati keberadaan sang ayah. Ru"Di mana ayah?"Tak menjawab pertanyaan Liona, Gretta menutup pintu kamar di belakangnya dengan rapat. Dia lalu menatap Liona dengan tatapan tajam."Pergi dari rumahku!""Aku tidak akan pergi, sampai aku melihat keadaan ayahku saat ini!"Rahang Gretta mulai mengeras. Dia lalu mendekat ke arah Liona. "Apa yang akan kau lakukan? Kau mau mengatakan bahwa perusahaan itu tidak seharusnya jatuh padaku? Kau ingin marah pada ayahmu?"Liona menggeleng tak membenarkan. "Ayah tidak mungkin mau memberikan perusahaan itu padamu begitu saja. Perusahaan sedang tidak baik-baik saja, dan justru dipegang olehmu pasti semuanya akan hancur. Aku tau, ibu memimpin perusahaan ini tanpa ijin dari ayah kan?"Tangan Gretta mengepal erat. Dia semakin geram saat Liona berhasil menebak semuanya. "Aku ingin bertemu dengan ayah, dan mengatakan pada ayah bahwa ibu meracuninya agar bisa mendapatkan perusahaan itu -"PLAKLio
"Aku akan mengatakan semua ini pada ayah. Aku akan mengungkap kebenaran yang telah ibu sembunyikan selama ini, bersiaplah ibu dan Aoura akan kehilangan semua yang telah kalian harapkan dari ayah!"Liona ingin meraih kenop pintu kamar di depannya. Namun Gretta kembali menghentikan. "Cobalah, kau pikir ayahmu akan percaya padamu begitu saja?" Gretta tersenyum miris. "Kau ingat, ayahmu sangat membencimu Liona.""Ayah membenciku karena dia tidak tau kejahatanmu. Jika ayah tau siapa dirimu sebenarnya, ayah pasti lebih menyayangiku daripada kalian berdua," ucap Liona dengan yakin. Walau dia tak tau, benarkan apa yang diucapkannya barusan akan terjadi. Liona menatap Gretta penuh peringatan. "Setelah ini, bersiaplah ibu yang akan menderita."Mata Gretta melotot tak terima. Dia kembali berjalan mendekat ke arah Liona. Tanpa memberi aba-aba perempuan itu justru tiba-tiba mencekik leher Liona dengan kuat.Melihat hal itu, Aoura melotot tak percaya.
Setelah berhasil menyelesaikan debatnya dengan Gretta, Sehan langsung membawa Liona keluar dari rumah itu. Liona sempat menolak karena dia belum menemui Darwin, namun Sehan menariknya paksa. Hingga sampai luar rumah, saat mereka sampai di dekat mobil Sehan yang terparkir. Liona melepaskan cekalan Sehan di pergelangan tangannya dengan kasar."Aku ingin bertemu dengan ayah, Sehan! Aku ingin ayah tau tentang kelicikan ibu!"Sehan menghela nafas kesal. Dia kini menatap Liona dengan sorot serius, berusaha membuat Liona paham. "Apa kau tidak takut Gretta akan melakukan macam-macam padamu? Jika aku tidak datang, kau bisa saja mati hari ini Liona!"Liona menyadari hal itu, tapi jika dia terus menunggu terlalu lama, maka Gretta akan menghancurkan semuanya. "Apa kamu sudah melihat berita bawa ibu mengambil alih posisi ayah di perusahaan? Dan ibu juga mengeluarkan ayah dari rumah sakit, padahal di berita ibu mengatakan bahwa ayah sedang
Pukul sembilan malam, Sehan masih berada di ruang tengah duduk di sofa bersama sang istri. "Liona kamu tidak mau tidur?"Liona menatap Sehan dengan sorot curiga. "Kamu juga tidak tidur?""Aku tidak mengantuk, tidurlah lebih dulu. Aku sepertinya malam ini akan tidur di kamarku sendiri."Liona takut jika Sehan akan meninggalkannya saat dia tertidur nantinya. Mengingat laki-laki itu sejak tadi masih belum menyetujui permintaannya yang menginginkan selalu ikut dengan Sehan saat ada keperluan yang menyangkut masalahnya di luar.Liona tak mau, Sehan diam-diam menemui Matt atau berencana menemui Atharya tanpa sepengetahuannya. "Kalau begitu, aku yang akan ikut tidur di kamarmu."Sehan segera menggeleng tak mengijinkan. "Kamarku tidak nyaman, pasti kamu tidak akan bisa tidur di sana."Liona semakin curiga. Sehan terdengar seperti mengusirnya. "Kalau begitu, malam ini kamu harus tidur bersamaku."Seh
Pukul sebelas malam, Sehan terjaga. Dia menoleh, menatap sang istri yang masih terlelap di sampingnya. Sehan tersenyum gemas, lalu mengecup singkat kening perempuan itu. Dia lalu mulai beringsut duduk, dengan berhati-hati tanpa ingin mengusik tidur sang istri. Dia kemudian memungut bajunya yang berserakan di lantai, lalu memakainya kembali. Sehan ingat, malam ini dia memang harus pergi ke luar untuk menemui Matt. Dia tak mau menundanya terlalu lama, mengingat Liona sudah tidak sabar ingin semua masalahnya selesai. Sehan juga tak ingin membuat Liona terlalu lama berada dalam penderitaan ini.Tangan Sehan perlahan terulur, mengusap pucuk kepala sang istri dengan penuh kasih sayang. Dia lalu berbisik lirih, "terimakasih untuk barusan. Aku terpaksa membuatmu tidur lebih dulu agar aku bisa menemui Matt tanpa sepengetahuanmu. Sementara ini, biarkan aku sendiri yang mencari jalan untuk mengeluarkanmu dari penderitaan ini. Maaf Liona."Sehan kemudian be
"Gretta memang sudah memintaku untuk segera melenyapkan Liona. Tapi aku juga sudah mengatakan padanya, bahwa aku belum mempunyai ide untuk itu. Gretta juga tak mengatakan padaku, dengan cara seperti apa aku harus melenyapkan Liona. Jadi untuk saat ini, belum ada rencana untuk itu."Sehan sedikit merasa lega mendengar jawaban Matt. Paling tidak sekarang dia bisa fokus untuk memikirkan cara menemui Atharya. "Jika Gretta sudah memerintahkan mu, segera beritahu aku."***Pagi ini Sehan dan Liona dalam perjalanan menuju tempat Atharya dirawat.Kali ini Sehan terpaksa membawa Liona. Dia tak mempunyai alasan lain untuk membuat Liona tetap tinggal di rumah. "Bagaimana cara agar membuat kakek bisa keluar dari kamarnya? Dia pasti takut para penjaga di sana akan melapor ibu, jika kakek tidak mematuhi apa yang dilarang oleh ibu."Sehan mengangguk paham. Dia sudah bisa menebak hal itu sebelumnya. "Aku sudah meminta seseorang untuk
"Aku tadi seperti melihat orang di sini." Liona memperhatikan sekitarnya. Saat dia nyaris mengikuti sang suami untuk memasuki rumah sang kakek, sekilas dia menatap bayangan hitam yang keluar dari halaman rumah Atharya. Namun saat Liona mengikutinya, dia tak menemukan apa-apa. Kini dia berdiri di tepi jalan, mendadak ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari Sehan memenuhi layar ponselnya. Liona yakin, Sehan pasti sedang mencarinya saat ini. Dia kemudian bergegas untuk menjawab panggilan tersebut."Halo Sehan."'Liona kau ada di mana?'Suara Sehan terdengar begitu khawatir. Liona menghela nafas pelan. "Aku masih berada di sekitar rumah kakek. Tidak perlu khawatir, aku akan mendatangimu."Namun belum sempat melangkah, pandangan Liona justru terarah pada sang suami dari kejauhan yang juga tengah menatapnya. Liona mengukir senyum."Aku sudah ada di hadapanmu saat ini, tidak perlu khawatir.""Liona menyi
Setelah kejadian barusan, Sehan langsung membawa Liona pulang ke rumah.Niatnya setelah sampai rumah, Sehan ingin langsung ke kamarnya untuk menenangkan diri. Namun dia teringat pada Liona, yang masih penasaran dengan ucapannya tadi. Laki-laki itu menoleh saat langkahnya nyaris sampai depan pintu kamar, dia kembali menatap Liona yang juga sudah ada di belakangnya. "Liona.""Iya," jawab Liona sambil mengukir senyum tipis. Dia berharap jika Sehan masih ingat dengan pertanyaannya tadi, dan segera menjelaskan."Kau makan apa?"Liona berkedip tak paham. "Apa?""Aku akan memasakkan makan siang untukmu. Jadi, kamu mau makan apa?" jawab Sehan berusaha menjelaskan. Dia sengaja berpura-pura melupakan pembicaraannya dengan Liona saat di luar tadi. Sehan tak mau istrinya itu terus mendesaknya untuk menjawab maksud dari ucapannya tadi."Aku ... ingin makan mie kuah saja."Sehan mengangguk paham. "Kalau begitu aku