"Baiklah."
Sehan mengangguk paham setelah lawan bicaranya di telepon tersebut menjelaskan sesuatu."Sebenarnya, selain tentang ibunya Liona. Aku mencurigai sesuatu, siapa yang mengantar Liona ke panti asuhan saat itu? Orang itu pasti tau semuanya tentang Liona, dan bagaimana bisa Liona selamat dari kecelakaan itu. Apa kau bisa mencari tau tentang itu?"'Siap, saya akan usahakan.'"Baiklah. Segeralah berikan informasi padaku mengenai ini."Tak lama panggilan berakhir. Sehan memutuskan kembali untuk menghampiri sang istri yang dia tinggalkan saat membeli buah tadi.Namun saat mengetahui Liona saat ini tengah berbicara dengan seorang pria asing, langkah Sehan seketika terhenti. Dia menatap pria itu curiga."Dengan siapa Liona berbicara?"Sehan mulai memperhatikan dengan seksama penampilan pria di hadapan istrinya tersebut. Pakaiannya tampak lusuh, di tangan, kaki dan lehernya ada luka bakar. Terlihat seperti oraLiona segera masuk ke dalam mobil. Dia menatap ke luar jendela mobil sesaat, memperhatikan sekitarnya dengan sorot waspada."Siapa pria tadi? Aku sangat takut dengan caranya menatapku. Kenapa dia tau namaku? Apa aku pernah bertemu dengannya?"Liona takut jika pria itu masih mengikutinya. Dia bergegas mengambil ponselnya di dalam tas, dan berniat untuk menelpon Sehan. "Di mana Sehan sekarang? Kenapa membeli makanan lama sekali?"Belum sempat menempelkan ponselnya ke telinga, laki-laki yang dia cari akhirnya datang memasuki mobil dan duduk di sampingnya. Liona seketika menghela nafas lega. Dia kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas."Sehan, tadi ada -""Seorang pria yang menghampirimu?" tanya Sehan memotong kalimat sang istri.Liona terkejut, saat Sehan bisa menebaknya dengan tepat. Dia penasaran, "apa kau melihatnya tadi?"Sehan mengangguk membenarkan. "Aku melihatnya, saat dia berdiri di sampingmu tadi. Dia
TIDAK BERADA DI PIHAK MANAPUN Seorang pria mulai masuk ke mobilnya, duduk di jok sampingnya. Gretta hanya terus meluruskan pandangnya, lalu kembali menjalankan mobilnya lagi. "Uang yang kau berikan sudah habis, aku sampai bingung ingin membeli makanan menggunakan apa," keluh Matt sambil menghela nafas berat.Gretta berdecak kesal. "Kau tau, perusahaan Darwin saat ini sedang diambang kebangkrutan. Jika kau terus meminta uang padaku, maka kau justru mempercepat aku untuk semakin bangkrut.""Kalau begitu kenapa tak kau ceraikan dia, dan menikahlah lagi dengan pria kaya lainnya.""Kau pikir semudah itu. Aku menikahi Darwin dengan susah payah, bahkan sampai sekarang aku belum tenang. Kau justru memintaku meninggalkannya. Hartanya saja belum aku miliki sepenuhnya."Matt mengangguk paham. Dia lalu menyandarkan tubuhnya pada punggung jok mobil yang dia duduki."Aku tadi tidak sengaja bertemu dengan Liona saat sedang mencari ma
Pukul menunjukan tujuh malam, Liona semakin tidak bisa tenang. Dia berjalan, bolak balik di depan pintu kamarnya. Melihat hal itu tentu Sehan merasa kasihan. Dia tau apa yang dirasakan Liona saat ini. Sehan memutuskan untuk menghampiri, dan membuka pintu kamar sang istri.Liona menghentikan langkahnya, dia menatap sang suami dengan sorot tanya. "Apa yang ingin kamu lakukan?""Kau akan kehilangan banyak tenaga jika terus berjalan bolak-balik seperti itu, masuklah dan segera istirahat."Liona menatap ke dalam ruang kamarnya sesaat. Dia menghela nafas berat, lalu kembali menatap Sehan. "Aku tidak bisa tenang Sehan. Aku ingin menemukan ingatanku yang hilang."Sehan mengalihkan pandangannya sesaat. Entah, mendadak dadanya jadi sesak. Dia lalu menggeleng pelan. Berusaha menyingkirkan pikiran buruk di kepalanya."Kita akan mencarinya bersama. Tapi untuk sekarang kamu harus tenang, aku tidak mau melihatmu sakit."Liona mengangg
Satu kecupan singkat mendarat tepat di bibir ranum perempuan yang masih terlelap tersebut. Merasa tidurnya terusik, Liona menggeliat, merenggangkan otot tangannya yang terasa kaku.Kantuknya belum juga hilang, Liona masih belum sanggup untuk membuka matanya. Namun lagi-lagi sebuah kecupan singkat menyerang bibirnya. Akhirnya, kelopak mata itu terbuka. Sorot matanya langsung tertuju pada wajah tampan seorang laki-laki yang duduk di sampingnya, kini tengah tersenyum menyapa ke arahnya."Sehan!""Kenapa sayang? Apa kamu ingin aku menambah durasi cium -" Tangan Liona segera membungkam mulut Sehan, membuat laki-laki itu tak bisa melanjutkan kalimatnya. Liona protes, "aku sudah menduga sejak awal kita bertemu bahwa kamu sebenarnya adalah laki-laki mesum!"Sehan menyingkirkan tangan Liona. Dia lalu menjelaskan, "semua laki-laki akan seperti itu di depan istri tercintanya."Nyaris Sehan memberikan kecupan lagi pada sang istri, dengan se
Sehan menyodorkan satu amplop coklat ke atas meja. Pria di hadapannya mengambil dan membuka amplop tersebut untuk melihat isi di dalamnya.Mata Matt sekitar melebar takjub saat melihat puluhan lembar uang tertata rapi dalam amplop tebal itu. "Tiga puluh juta, berarti aku bisa mengajukan enam pertanyaan untukmu."Matt tersenyum bangga. "Kau sangat cerdas, tidak rugi Liona menikahimu."Sehan tak mempedulikan pujian pria tersebut. Dia mulai bertanya, "apa yang akan direncanakan oleh Gretta pada Liona?"Matt tak langsung menjawab, dia mengambil kopi yang sudah dipesankan oleh Sehan di atas mejanya. Lalu dia menyeruputnya sesaat. "Gretta ingin aku membunuh Liona."Mata Sehan membulat, jantungnya seketika berdetak takut. Tangannya mulai mengepal erat, saat pemikiran buruk terlintas di kepalanya. "Kenapa Gretta ingin membunuh Liona?" Sehan kembali bertanya.Dengan santai, pria itu menjawab, "Gretta tidak bi
Sayangnya Sehan tak membawa uang lebihan lagi untuk diberikan pada Matt. Alhasil Sehan tak bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan terpenting yang dia ajukan pada pria tersebut.Tapi Sehan menduga, jika benar kecelakaan yang dialami Liona saat itu telah direncanakan sebelumnya, itu artinya bisa saja Gretta terlibat di dalamnya. Mengingat, Matt adalah suami Gretta. Pasti ada alasan tertentu yang membuat Matt bisa menjadi supir untuk Liona waktu itu.Kini Sehan memasuki mobilnya yang masih terparkir di depan kafe. Di dalam mobil itu sejak tadi ada seorang pria yang menunggunya. Sehan bertanya, "kau sudah mengambil foto pria yang bersamaku tadi?""Sudah bos. Sepertinya ini bukan pertama kali saya melihatnya.""Benarkah?" tanya Sehan penasaran. "Lalu kau melihatnya di mana?"Pria itu berusaha mengingat sesuatu. "Saya lupa, sepertinya sudah sangat lama."Sehan kembali meluruskan pandangnya, lalu menghela nafas pelan. Pikirannya semak
"Setiap aku ingin merasakan kasih sayang dari ayah ataupun ibu, Aoura dan ibu selalu mengakan aku hanya anak adopsi. Aku tidak berhak mendapatkan semua itu, dan hanya Aoura yang boleh merasakannya. Pantas saja mereka selalu berusaha membuat aku yakin, bahwa aku adalah anak adopsi, ternyata ini alasannya."Mata Liona mulai menggenang, menahan air mata perih. Dia geram, marah terhadap Gretta. "Jika Aoura adalah anak pria yang menemuimu barusan, lalu apakah ibu adalah istri pria tersebut? Dan ... siapa ibuku?"Sehan terdiam. Dia tak mungkin mengatakan bahwa dirinya sudah tau semua tentang ibunya, tapi Sehan belum ingin memberitahu semua itu pada Liona. Karena dia belum bisa menemukan penyebab kematian ibunya yang sebenarnya, itu akan membuat Liona bertanya-tanya dan bisa saja menemukan ingatannya kembali. Sehan takut itu terjadi. "Sehan, apa aku harus menemui ayah?"Sehan menggeleng tak mengijinkan. Liona dalam bahaya, dia tak mungkin memb
Setelah mendengar berita tersebut, Liona langsung bergegas pergi menuju rumah sakit tempat sang ayah dirawat. Liona sangat yakin, Darwin pasti belum mengetahui kelakuan istrinya tersebut.Liona ingat, ayahnya akan menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan dengan meminta bantuan Sehan. Jika yang memimpin perusahaan itu adalah Gretta, sudah pasti Sehan tak akan jadi membantu perusahaan Atharya. Dan Liona yakin, pasti Darwin tidak akan membiarkan Gretta dengan mudah mengambil alih perusahaan tersebut begitu saja.Sengaja Liona pergi meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan Sehan. Dia tau, Sehan tak mungkin mengijinkannya bertemu dengan Darwin saat ini.Walau Liona masih ingat jelas terakhir pertemuannya dengan Darwin yang membuat hatinya sangat terluka parah, tapi hari ini Liona berusaha menguatkan diri. Dia harus berhasil membuat sang ayah percaya padanya.Namun, sesampai di rumah sakit. Liona justru sama sekali tak mendapati keberadaan sang ayah. Ru