Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam. Suara pintu utama terbuka, membuat Liona yang sejak tadi duduk di ruang tengah dengan pikiran gelisahnya, tertegun.
"Sehan?" Liona berdiri, menyambut kedatangan sang suami. Sebelumnya Liona sudah mengirimkan pesan pada laki-laki itu jika dirinya tadinya pulang diantarkan Darwin, jadi Sehan tak perlu menjemputnya di rumah Darwin. Sehan lalu berjalan menghampiri sambil menghela nafas berat. Membuat Liona mulai menerka. "Kamu tidak berhasil menemukan ibu?" Sehan mengangguk lemah. "Entah di mana saat ini Gretta bersembunyi. Matt sudah memberitahuku tempat-tempat yang biasanya didatangi oleh Gretta, tapi kami sampai sekarang belum bisa menemukannya. Sepertinya Gretta sudah tau, jika saat ini aku sedang mencarinya." Liona mengangguk paham. Dia juga tak bisa terus memaksa Sehan untuk segera menemukan keberadaan Gretta. "Sehan, tidak perlu terbuPagi hari itu, di sebuah apartemen modern. Waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi, namun Matt masih belum mau meninggalkan alam mimpinya. Tidak ada yang harus dia khawatirkan. Dia adalah seorang pengangguran yang hidupnya sudah sangat tercukupi. Tidak ada pekerjaan yang harus dia lakukan hari ini, jika Sehan tak menelponnya. Jadi Matt hanya ingin menghabiskan waktunya untuk berkelana di alam mimpi.Namun sebuah bel berbunyi, mengusik tidurnya. Perlahan kelopak mata Matt terbuka. Dia menguap lebar sambil merenggangkan kedua tangannya, sebelum akhirnya beringsut duduk.Lagi-lagi bel apartemen itu terus berbunyi, menunjukan bahwa orang yang datang ke apartemennya kali ini tidak sabaran. Matt meraih ponselnya sesaat, tidak ada pesan dari Sehan. Dia yakin jika bos mudanya itu datang ke apartemennya pasti akan menelponnya lebih dulu, tapi ini tidak. "Apa yang datang bukan Sehan?"Karena penasaran, setelah merasa nyawanya kembali terkumpul, M
Selama ini Gretta memang telah salah membuat rencana. Liona tidak akan pernah mati jika Sehan terus berada di sisinya. Bahkan saat Liona kecelakaan di hari pernikahannya dengan Reno, Sehan lah yang diam-diam menyelamatkannya. Sehan juga yang membuat Liona keluar dari penderita yang telah Gretta berikan. Sehan juga yang membantu Liona mencari keberadaan Atharya, sampai semua rahasia Gretta terbongkar. Tanpa Sehan, mungkin Liona sudah lenyap sejak dulu. "Sehan," panggil Liona dengan ragu. Kini mereka berada di teras rumah, Liona mengantar sang suami menuju mobil. Hari ini Sehan kembali ingin ke apartemen Matt untuk melanjutkan pencarian Gretta kemarin. "Kenapa Liona?" tanya Sehan penasaran.Liona menggeleng lemah. "Akhir-akhir ini aku merasa tidak nyaman jauh darimu."Sehan tersenyum gemas. Dia sendiri juga merasa, akhir-akhir ini Liona selalu menunjukan rasa kekhawatiran padanya. Bahkan perempuan itu terlihat ingin s
Setelah mengeluarkan satu-persatu barang-barang di koper Gretta. Sehan akhirnya menyerah, dia kembali berdiri dan menatap Matt yang masih berdiri di sampingnya."Apa kau menemukan sesuatu?" tanya Matt berpura-pura penasaran. Sehan menggeleng pasrah. "Tidak ada apapun. Gretta juga tidak meninggalkan ponselnya." Padahal Sehan sangat berharap ada satu barang di dalam koper itu yang bisa memberinya petunjuk. Sehan kemudian menatap menatap Matt dengan sorot penasaran. "Apa kau pernah menelpon Gretta?""Nomornya tidak aktif, aku sempat menelponnya saat itu."Sehan mengangguk percaya. Dia lalu duduk di sofa yang ada di dekatnya, menghela pasrah. "Kemana lagi kita harus mencari Gretta?""Kita bisa pikirkan dulu di sini, setelah menemukan ide baru kita berangkat mencari Gretta lagi. Bos, aku akan membuatkan teh untukmu sebentar di dapur."Sehan belum memberinya ijin, namun Matt lebih dulu melangkah pergi menuju dapur. Sehan terus memperh
Pandangan Matt mengarah pada Gretta, wanita itu semakin mendekat ke arah Sehan.Dalam hitungan detik, Sehan melepaskan cengkramannya dari kerah baju Matt begitu saja. Matt ambruk ke lantai, sebuah pisau menancap tepat di perutnya. Membuat darah segar keluar dari sana mengotori bajunya, hingga berceceran ke lantai."M-matt?" Mata Gretta membulat takut. Saat menyadari bahwa dia telah menghujamkan pisau di tangannya ke perut Matt. Gretta salah sasaran."Akh, Gretta kenapa kau menusukku?" protes Matt sambil menahan nyeri di bagian perutnya yang begitu menyiksa.Sehan hanya mengukir senyum puas. Ternyata feeling Sehan tepat. Memang dia telah curiga saat perhatian Matt sejak tadi mengarah ke belakang tubuhnya. "Ternyata kau sudah kembali Gretta?"Gretta menoleh, tubuhnya seketika gemetar takut saat melihat senyum bengis terukir di bibir Sehan. Perlahan Gretta melangkah mundur, menjauh dari laki-laki itu. Sehan tak terlihat sedikitpun
Setelah mobil yang dia tumpangi berhenti di depan sebuah apartemen, Liona langsung keluar dari mobil itu. Dengan langkah tergesa, Liona membelah kerumunan orang yang memenuhi halaman apartemen tersebut. Hingga sorot matanya menangkap seorang laki-laki berperawakan jangkung berdiri di antara para polisi yang ada di sana. "Sehan!"Air mata terlihat menggenang di kelopak mata Liona. Sehan menoleh, Liona langsung menubruk tubuhnya, memeluknya dengan erat. "Liona?" Sehan balas memeluk tubuh sang istri. Pandangannya kini mengarah pada seorang pria yang datang bersama Liona, itu adalah Darwin. Tadi setelah polisi berhasil menangkap Gretta, Sehan langsung menghubungi ayah mertuanya tersebut. Dia sengaja tidak memberi kabar lebih dulu pada Liona, karena takut akan membuat Liona berpikir macam-macam. Tapi Liona justru tiba-tiba datang tanpa sepengetahuan Sehan. Pasti Darwin lah yang telah menjemput Liona, dan membawa perempuan itu dat
Berita tentang Gretta yang sudah tertangkap karena berencana untuk membunuh Sehan telah tersebar di berbagai media sosial. Darwin juga mulai mengurus perceraiannya dengan Gretta, dan juga telah mempublikasi ke publik tentang Liona yang ternyata adalah anak kandungnya. Bahkan tentang kebusukan Gretta di belakangnya selama ini, telah Darwin ungkapkan juga.Tentu berita ini langsung gempar. Nama Gretta telah hancur di depan publik. Tujuan Liona telah tercapai, dia berhasil membuat Gretta hancur untuk balas dendam dari perbuatan wanita itu terhadapnya di masa lalu. Setelah dari apartemen tempat Gretta tertangkap tadi, kini Sehan membawa sang istri ke sebuah taman. Sehan tau, istrinya tampak begitu syok tadinya karena sempat mengira bahwa Gretta berhasil membunuhnya. Sehan ingin menenangkan Liona dengan membawanya melihat pemandangan terbuka, dan menghirup udara bebas. Mengingat akhir-akhir ini Sehan selalu melarang Liona untuk keluar rumah, pasti L
Tiga hari kemudian ...Gretta menggaruk kakinya yang terasa gatal. Sejak dimasukkan ke dalam sel penjara tubuhnya jadi merah-merah. Tentu saja, dia tidak terbiasa tinggal di tempat seperti itu.Tiga orang wanita lainnya yang berada di satu ruang bersamanya sejak tadi terus menatapnya dengan sorot aneh. "Kau bahkan belum tidur sejak pertama masuk ke sini," ucap salah satu wanita itu mengomentari Gretta.Tentu saja. Bahkan semua orang bisa tau bahwa dirinya tidak pernah tidur hanya dengan melihat kondisi Gretta saat ini.Kantung matanya sudah menghitam, rambutnya yang kering terlihat berantakan. Bagaimana Gretta bisa tidur di tempat seperti itu?"Apa kalian tau, aku tidak pernah tinggal di tempat seperti ini? Ini semua gara-gara anak tiriku. Aku jadi masuk ke tempat seperti neraka ini," ucap Gretta dengan kesal. Dan yang lebih membuatnya kembali emosi, saat pikirannya kembali teringat pada Sehan.Gretta masih berpikir ker
Wanita berparas cantik tergeletak di lantai, dengan beberapa tablet obat berceceran di sekitarnya. Mata wanita itu masih terbuka, walau mulutnya sudah mengeluarkan banyak busa. "Bunda!"Kelopak mata Liona seketika terbuka. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat dingin sudah membasahi keningnya. "Mimpi itu lagi?"Liona beringsut duduk. Akhir-akhir ini dia selalu mendapat mimpi yang sama. Mimpi yang tak lain adalah sebuah potongan memori ingatannya di masa kecilnya. Hal itu selalu membuat Liona penasaran. Kenapa tidak semua ingatannya kembali? Kenapa hanya secuil saja yang bisa Liona ingat?Suara pintu terbuka berhasil menyita perhatian Liona yang tadinya tengah termenung. Sehan baru saja keluar dari kamar mandi, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil."Sudah bangun?"Liona mengangguk mengiyakan. Namun melihat wajah sang istri yang tampak berkeringat dan tak seceria biasanya, justru membuat Se