Share

Wanita Seratus Juta

Penulis: Apple Cherry
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Arabella membuka matanya perlahan setelah cahaya matahari menyilaukan menyentuh pandangannya yang masih belum terlalu jelas.

Seperti yang telah ia katakan pada gavin bahwa hari ini dia akan menemui klien wanita yang bernama Evelyn. Klien Gavin ini memang terbilang unik, dia mengatakan akan memberikan berapapun yang dibutuhkan oleh Gavin sebagai dana investasi. Asalkan Gavin mengajak Arabella bersamanya dan bukan Gavin yang membuat kesepakatan melainkan Arabella. Sampai saat ini Arabella masih tidak habis pikir kenapa wanita itu menginginkan syarat yang terbilang aneh menurutnya.

Namun tidak masalah baginya, asalkan demi kepentingan perusahaan. Maka menurut Ara tidak ada yang aneh seharusnya, asalkan itu ditempuh dengan cara yang benar, dan tidak menyimpang.

"Sayang, apa kau sudah siap?" tanya Gavin yang baru saja selesai menelepon. 

Arabella menoleh ke belakang, tepat sewaktu Gavin memeluk pingangnya mesra, sambil meletakkan dagunya ke atas bahu Arab

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi CEO Philophobia   Wajah Yang Mengingatkan Arabella

    Arabella duduk di bangku panjang yang ada di depan ruangan rawat Evelyn. Dia masih berusaha menangkan diri selpas melihat fenomena wajah yang serupa dengan orang yang berhubungan dekat dengannya. "Oh Tuhan, aku benar-benar tidak percaya ini ..."Air mata Arabella mengalir tanpa disadarinya. "Tuhan, kuyakin tidak ada orang yang semirip itu dengan dia. Wajah yang sudah lama sekali tidak aku lihat setelah aku berulang tahun yang ke sepuluh."Tak lama kemudian, Gavin pun muncul membawa bunga dan parsel buah dari mobil. "Sayang, kenapa kau belum masuk?"Sepintas Gavin tidak melihat raut Ara yang sendu. Ara juga pandai menyembunyikan itu dari suaminya. Dia teringat tujuannya datang, bukan untuk bernostalgia tentang cerita sedih hidupnya di masa lalu."Ah, sayang. Aku menunggumu. Bagaimana ini, tadi mataku entah kenapa seperti terkena debu atau apa. Aku merasa mataku pedih, Vin.""Astaga, sini coba biar kulihat," kata Gavin yang langsung

  • Menikahi CEO Philophobia   Bukan Seperti Philophobia

    Arabella masih terngiang setiap cerita Evelyn tadi. Dia tidak menyangka, semula di mengira hidup Evelyn sudah sempurna. Tapi benar, tidak ad yang namanya kesempurnaan di dunia ini.Begitu juga dengan Evelyn. Ternyata, suaminya bukan hanya memiliki philophobia. Tapi juga tempramental. Suami Evelyn selalu marah setiap kali Evelyn mendesak agar suaminya itu mengatakan kata cinta padanya.FLASHBACK“Kau tahu tidak, Ara? Aku menikahi dia karena sebuah perjodohan. Bisa dibilang, aku terpaksa menikah dengannya. Awalnya aku jijik karena harus menikah tanpa cinta, apalagi aku harus bersama dengannya. Tidur sepanjang dengannya, bahkan melakukan hubungan badan.”Ara hanya terus mendengarkan dengan seksama cerita Evelyn padanya.“Tapi lama kelamaan aku malah seolah menjilat ludahmu sendiri. Aku terpesona, setiap kali pria itu menatapku. Padahal aku sadar, dia lebih mirip manusia es dari kutub utara. Tapi anehnya, semakin dingin si

  • Menikahi CEO Philophobia   Pria Sedingin ES

    "Oliver... kau kah itu?" Pria itu sudah pasti Oliver, pikir Evelyn. Sebab selain Oliver tidak ada yang boleh berkeliaran di sekitar kamarnya. Pelayan dan asisten rumah tangga lainnya hanya boleh bertugas saat jam kerja, tidak di malam hari kecuali darurat. Benar saja tak lama pria itu muncul di ambang pintu sembari menatap Evelyn dengan tatapan dingin seperti biasa. "Kenapa kau pulang dari rumah sakit?" Evelyn yang sedang berbaring lantas bangun mendengar ucapan suami dinginnya itu. "Maksudmu? Apa kau merasa tidak senang istrimu ini sudah membaik dan diperbolehkan pulang oleh dokter? Oliver, kau sangat keterlaluan! Apa salahku, hah?" Oliver masih menatap ding Evelyn, dia lalu berbalik begitu saja, bermaksud keluar dari kamar tapi Evelyn bergegas turun dari ranjang. Dia menarik kain pakaian Oliver dengan kuat hingga mereka sama-sama terjatuh dalam posisi Oliver berada di bawahnya. Mata mereka beradu pandang satu sama lain. Tat

  • Menikahi CEO Philophobia   Ruang Ganti Yang Panas (1)

    Berkat Gavin yang selalu ada di sampingnya. Arabella merasa lebih baik. Dia tidak sedih karena ayahnya. Tapi dia marah, dia ingin menemui laki-laki itu dan memakinya karena telah mengabaikan dia dan ibunya selama ini.Namun apa yang dikatakan Gavin benar, ibunya pasti sedih kalau Ara malah membalaskan dendam yang tidak akan ada habisnya."Sayang, hari ini pernikahan Freya. Aku janji aku akan menjadi bridesmaid nya.""Baiklah, sayang. Aku akan datang menemanimu. Tapi, apa tidak apa--apa kau menjadi bridesmaid nya? Bukannya dulu hubunganmu dengan wanita itu kurang baik?""Dia sudah banyak berubah, Vin.""Hem, baiklah. Tapi kau jangan terus cemberut dong. Aku kehilangan Ara yang ceria dan murah senyum sekarang... apakah aku harus cemberut juga?"Ara akhirnya tersenyum. Hanya Gavin lah yang bisa mengembalikan keceeriaannya. "Baiklah, aku akan tersenyum dan tidak cemberut lagi,""Nah, begitu dong.

  • Menikahi CEO Philophobia   Ruang Ganti Yang Panas (2)

    Satu tangan Gavin menelusuri punggung Ara, menangkap tubuh bagian belakang Ara yang begitu menggairahkan. Belaian yang posesif dan membuat Arabella berulang kali mengerang, bahkan kini pakaiannya telah benar-benar tanggal.Arabella merasakan kerasnya gairah Gavin di bawah sana. "Haruskah aku buka celanamu juga?""Menurutmu, bagaimana bisa kalau tidak di buka?""Kalau begitu, aku tidak segan," bisik Arabella melakukan tugasnya dengan segera di bawah sana.Gavin menghela napas panjang. Lalu mulai mencium bibir Ara, menyesapnya dengan teramat dalam. Kecupan itu bergerak liar disana, bermain dengan tarian lidah keduanya yang menelusuri rongga mulutnya.Ara tak dapat lagi menolak godaan pria itu, sentuhan dan belaian itu begitu memabukkan untuknya. Ia pun pasrah, dan menunggu kelanjutan aksi Gavin yang mulai melepaskan kancing pakaiannya. Lalu mengecup lagi bagian ceruk lehernya, memberikan sesapan dan tanda cinta yang cuku

  • Menikahi CEO Philophobia   Dunia Yang Sempit

    "Sayang, bangunlah. Astaga, ada apa denganmu?" ucap Gavin yang sedang memangku tubuh lunglai Ara. Dia tak henti menepuk pipi istrinya agar bangun dari pingsan.Acara pernikahan sempat tertunda sebentar. Tapi Gavin tidak enak dia segera meminta agar acara dilanjutkan dengan mengatakan Ara hanya kelelahan saja dan butuh istirahat. Ara dibawa ke ruangan khusus. Gavin masih menunggu sampai istrinya itu sadar tak meringsut sedikit pun bahkan Ara masih ada di pangkuan Gavin sampai sekarang."Tuan Gavin apakah Ara tidak apa-apa?" tanya Evelyn, dia juga baru tau kalau ribut-ribut ada yang pingsan tadi rupanya Ara lah orangnya."Saya juga tidak tahu kenapa Ara bisa sampai pingsan, Nyonya Eve." Gavin mungkin tidak terlalu mendengarkan saat pembawa acara menyebutkan nama Gilbert Bagaskara. Padahal dari surat yang dibacanya kemarin jelas ada nama itu tertulis di sana. Dia adalah ayah kandung Arabella."Ya Tuhan. Ara kau kenapa? Bangunlah Ara," ujar Evelyn

  • Menikahi CEO Philophobia   Sesuatu Yang Panas

    Evelyn tak berhenti memikirkan tatapan Arabella yang menurutnya berbeda. Dia heran, ada apa dengan Arabella? kenapa tatapan itu lebih mirip tatapan yang ditujukan kepada seorang musuh?"Apakah aku melakukan kesalahan padanya?"Oliver, dia melihat istrinya yang sedang gusar bahkan sampai belum mengganti pakaiannya sejak pulang dari pesta pernikahan Freya. Dia mengembuskan napas pelan, lalu membantu Evelyn menurunkan resleting. "Kau kenapa?"Evelyn kaget, dia berbalik menatap suaminya. "Kau sedang apa dengan resleting ku?""Aku hanya berniat membantu. Malam ini aku mau tidur di kamar ini dan tidak nyaman melihat kau dengan pakaian itu juga make up tebal yang menempel di wajahmu. Cepat bersih kan."Oliver melepaskan piyama tidurnya, kemudian berbaring. Itu memang kebiasaan Oliver yang tidur tidak memakai baju, hanya boxer ketat yang menonjolkan bentuk tubuh perkasanya. Berulang kali Evelyn meneguk ludah dan mengumpat dalam hatinya. "

  • Menikahi CEO Philophobia   Apakah Kau Mencintaiku?

    Selepas percintaan panas yang mereka lakukan di malam itu. Evelyn kembali gusar dengan sikap Ara yang dingin padanya. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, waktu Evelyn melihat nomor kontak Arabella di ponselnya, dia rupanya sudah di blokir oleh Arabella."Astaga. Ada apa dengan dia? Kenapa dia memblokir nomor ku?"Oliver yang melihat itu menjadi penasaran sebenarnya kenapa istrinya itu kelihatan galau sejak tadi. "Kau sebenarnya kenapa. Eve?"Evelyn menoleh ke arah suaminya, dia baru saja selesai mandi. Oliver menghampiri Evelyn yang duduk di atas sofa dengan kemeja longgar dan hanya menggunakan panties tanpa bra."Kenapa?" ulang Oliver dengan sangat lembut. Sekarang Evelyn juga heran dengan sikap Oliver yang mendadak menjelma jadi sosok yang cenderung berbeda dari sebelumnya. Pria itu bertutur kata dengan amat halus padanya."Kau, kau kenapa berubah sangat lembut padaku, Oliver?""Aku? Apa maksumu, aku sudah begini seja

Bab terbaru

  • Menikahi CEO Philophobia   Akhir Yang Indah (2) END STORY

    "Dokter apa yang terjadi dengan istri, saya?""Istri Anda hamil.""Apa? Saya hamil, Dok?""Ya, menurut hasil pemeriksaan awal, usia kandungan memasuki bulan ke tiga. Keadaannya cukup baik. hanya saja, Nyonya harus banyak istirahat dan tidak boleh kelelahan. Konsumsi makanan bergizi, vitamin, itu sangat penting."Evelyn masih tak menyangka, bahwa dia hamil. "Astaga Sayang! Kau dengar, ada bayi di dalam sini! Ini adalah anak kita, Sayang!" Oliver kelihatan benar-benar bahagia. Dia tak kuasa menyembunyikan perasaan haru di hadapan istrinya."Aku benar-benar tidak menyangka, Oli. Aku hamil. Aku akan jadi seorang ibu?"Oliver menciumi Evelyn dengan derai air mata. Setelah penantian panjang, akhirnya dia dan Evelyn akan segera diberkati keturunan.***"Gavin, kita harus segera ke rumah sakit." "Ya, Sayang. Sebentar, aku harus menggendong Aelly dulu.""Oh, sweety. Kau benar-benar ayah yang luar biasa, Vin."Gavin menarik tubuh Ara ke sisinya, lalu mengecup keningnya. "Kau lah yang luar bia

  • Menikahi CEO Philophobia   Akhir Yang Indah (1)

    Dokter sudah mengatakan jika operasi yang dilakukan Gilbert berjalan lancar. Setelah dua puluh empat jam akhirnya Gilbert pun sadar. Arabella lah yang pertama dilihat olehnya. Laki-laki itu merasa diberkahi, sebab Tuhan masih mengasihaninya dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya terhadap putrinya, Arabella. "Ara." "Kau sudah bangun, Tuan."Mungkin berlebihan dan terkesan tidak tahu diri. Gilbert merasa ingin sekali mendengar Arabella memanggilnya ayah. Tapi, dia tidak mau menyampaikan itu pada Arabella, sebab baginya melihat Ara yang mau berbicara dengannya saja, itu sudah merupakan hal yang luar biasa. "Iya, berkatmu, Arabella. Aku ingin kau memaafkan ku. Jadi, aku memohon pada Tuhan, dalam gelap, dalam kesakitan, aku mohon agar aku bisa melihatmu, walau mungkin untuk terakhir kali."Arabella menggeleng, dia tentu tidak mau itu menjadi yang terakhir. "Kau tidak boleh berkata begitu, Ayah." Gilbert yang masih terbaring lemah, mendadak menegakkan tubuhnya meski di

  • Menikahi CEO Philophobia   Berdamai Dengan Keadaan

    Rasa resah dan gelisah melingkupi Arabella. Dia harus berasa di posisi yang sangat menyulitkan nya. Laki-laki itu benar ayahnya, seburuk-buruknya tetap dia lah orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Arabella tak mau, jika Tuhan mengambil orang itu. Lebih baik, hubungan mereka buruk selamanya, asalkan Gilbert harus tetap hidup. "Sayangku, aku mengerti yang kau rasakan." Gavin, dia selalu datang memberikan setidaknya sedikit ketenangan dan juga pelukan hangat yang membuatnya kuat. "Vin, apa yang harus aku lakukan??" "Kau harus ikuti kata hatimu, Arabella. Lakukan apa yang hatimu suarakan. dengarkan dengan perasaan bukan dengan emosimu." Matanya berkaca, dia mengeratkan peluk, sembari menahan agar tidak menangis. "Jangan menangis, karena Arabella yang kukenal adalah wanita yang kuat. Sudah terlalu sering kau menangis, padahal hal yang jauh lebih sulit dari ini sudah pernah kau lalui." Keberuntungan yang Ara miliki adalah Gavin, s

  • Menikahi CEO Philophobia   Kesungguhan Gilbert

    "Saya mohon, Tuan Gavin. Izinkan Ara ikut saya ke rumah. Saya akan menjelaskan semuanya secara terang-terangan pada Oliver dan Evelyn tentang siapa Arabella, dan juga masa lalu saya bersama ibu Ara."Gavin awalnya menolak. Tapi, dia juga tidak mungkin membiarkan masalah menguap begitu saja. Padahal dia yakin Arabella juga ingin kejelasan, setidaknya itu adalah bentuk penyesalan Gilbert yang telah menyia-nyiakan Ara dan ibunya."Baiklah. Saya akan izinkan Arabella pergi. Tapi saya akan ikut bersamanya.""Ya, tentu, memang Anda harus ikut, Tuan. Terima kasih, karena sudah mengizinkan saya mengajak Ara."Ara hanya diam, dia menyerahkan segalanya ke tangan Gavin. Kalau Gavin yang memintanya pergi, maka dia akan pergi. Sedangkan kalau tanpa restu Gavin, Ara tidak akan pergi."Ara, aku akan menemani mu. Kau mau ya, ikut untuk menjelaskan semuanya. Ini juga yang diinginkan ibumu, kan?"Ara menatap sekilas wajah Gilbert. Dia masih sediki

  • Menikahi CEO Philophobia   Luluh, kah?

    Evelyn benar-benar cemas karena Arabella meminta bertemu empat mata dengan papa mertuanya. Sedang dia tau, bahwa papa mertuanya itu bukan termasuk orang yang bisa diajak bicara.Setelah sekitar tiga puluh menit Arabella bersama dengan Gilbert, entah apa yang mereka berdua bicarakan. Akhirnya Arabella keluar dengan wajah yang datar pada awalnya. "Ara, kau akhirnya keluar juga. aku sangat mencemaskan mu."Barulah Arabella tersenyum. Dia menggenggam tangan Evelyn, dengan raut yang terlihat santai, seolah tak terjadi apa-apa."Aku baik-baik saja. Syukurlah, semuanya bisa diselesaikan. Aku sudah bicara, dan Tuan Gilbert akan menyelesaikan semuanya. Kau bisa lanjut dengan proyek yang sebelumnya berjalan, tanpa perlu memperpanjang semuanya lagi.""Hah? Apa maksud mu, Arabella? Bagaimana bisa?" tanya Evelyn yang kaget bukan main. Tidak mungkin itu terjadi begitu saja. Karena dia tau persis bagaimana watak papa mertuanya. Apakah dia luluh? apa yang Ar

  • Menikahi CEO Philophobia   Penyesalan Gilbert

    "Selamat siang, Tuan Gilbert." "Kamu? Kamu Arabella, kan?""Ya, saya Arabella, lama tidak bertemu, Tuan. Rasanya saya juga lupa, kapan terakhir kali kita saling mengenal. Karena waktu itu saya masih sangat kecil. Kalaulah bukan karena Ibu yang memintaku menemui Anda, mungkin saya sudah mengubur nama Anda dalam-dalam." Perkataan Arabella itu sangat membuat Gilbert terpukul. Tapi, pria tua itu menyadari, dia memang bersalah. Gilbert berjalan melangkahkan kakinya mendekati Arabella hingga jarak keduanya hanya sekitar satu meter saja. "Duduklah dulu, Ara. Silakan, kita bisa berbicara dulu."Ara pun duduk, meski sejujurnya enggan. "Baik, kita bicara. Meski saya enggan, saya malas berbicara dengan orang seperti Anda, Tuan." "Arabella, maafkan Ayah, Nak.""Anda bukan ayah saya." "Ara, aku adalah ayahmu. Suka tidak suka, aku adalah suami ibumu.""Apa?" decih malas Arabella. "Kau bilang suami ibuku? Apakah

  • Menikahi CEO Philophobia   Ulah Gilbert dan Air Mata Arabella

    "Oli, sudahlah, aku tau kau kesal. Tapi kau sendiri tau, kan? itu papamu, dia memang begitu sejak dulu.""Eve, tapi kali ini dia sudah sangat keterlaluan. Bukannya kita sudah sepakat, untuk tidak ikut campur dengan urusan masing-masing lagi. Tapi, dia malah terlalu jauh mencampuri urusan kita."Meski Evelyn juga heran, terutama dengan kata-kata Gilbert yang terang-terangan mengatakan tidak menyukai Gavin. Tapi, dia tidak mau itu menjadi beban pikiran suaminya. "Hei, tidak akan ada yang terjadi. Papa tidak bisa melakukan hal yang lebih dari sekedar menggertak kita. Iya, kan?"Oliver memeluk Evelyn. Beruntung istrinya itu sangat penyabar dan mengerti keadaannya. "Maafkan aku, ya, Eve. Karena dia membuat kamu susah sekarang.""Tidak, aku justru sangat bersyukur, di saat seperti ini kau membelaku." "Tentu saja, kau adalah istriku, jadi sudah sewajarnya aku membela mu, kan?" "Hem, kau harus tau, aku sangat bahagia, Oli. Kuharap kau terus

  • Menikahi CEO Philophobia   Semua Karena Gilbert

    Gilbert dalam keadaan geram segera meminta orang kepercayaannya untuk menemui Evelyn dan meminta Evelyn membatalkan kontrak kerja sama dengan Gavin. Namun tak lama kemudian. Evelyn dan Oliver datang dalam keadaan tidak terima sebab menurut mereka Gilbert sudah keterlaluan ikut campur dengan urusan mereka. "Pa, kita harus bicara.""Kalian berdua duduk."Evelyn dan Oliver duduk dengan kemarahan yang tertahan. Tak mengerti kenapa Gilbert sangat tidak setuju dengan kerja sama Evelyn dah Gavin. Padahal semuanya susah sesuai prosedur dan perusahaan Gavin juga terbukti telah berhasil selamat dari ancaman kebangkrutan dan mulai berjaya lagi. "Kalian tahu, kan, bahwa kalian tidak memiliki hak untuk menolak permintaan Papa."Oliver kelihatan sangat kesal, dia berdiri lalu menantang papanya dengan tatapan tajam. "Papa punya alasan?" "Oli, duduklah, kau tidak boleh begitu di depan papamu," pinta Evelyn. "Tidak, Eve. Ka

  • Menikahi CEO Philophobia   Ancaman Gilbert

    Kedatangan Evelyn ke rumahnya membuat Arabella kepikiran. Jadi, rupanya sosok Gilbert bukan hanya menyebalkan, dan jahat di matanya saja, melainkan di depan anak dan menantunya? "Ah, aku lupa, dia adalah ayahku." Ara berdesis sebelum akhirnya dia duduk di depan meja kerjanya. "Jadi, dia juga mengucilkan Evelyn karena Evelyn belum punya anak?" Ara teringat waktu Evelyn berkata, dia dikucilkan. Sebab selama berumah tangga kurang lebih sepuluh tahun, dia belum juga dikaruniai keturunan. Setahu Evelyn, Gilbert ingin sekali memiliki cucu. Dia ingin sekali punya cucu perempuan. "Tidak, aku tidak akan biarkan laki-laki tua yang sudah menghancurkan hidup ku dan ibu, juga hendak merenggut kebahagiaan putriku?" "Aku pulang, Sayang..." "Gavin." Ara berdiri, dia langsung menghambur ke arah suaminya yang baru pulang dari bekerja. "Akhirnya kau pulang, Sayang." "Hem, tentu saja. apa kau menungguku?" "Ya, tentu saja ak

DMCA.com Protection Status