Selepas percintaan panas yang mereka lakukan di malam itu. Evelyn kembali gusar dengan sikap Ara yang dingin padanya. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, waktu Evelyn melihat nomor kontak Arabella di ponselnya, dia rupanya sudah di blokir oleh Arabella.
"Astaga. Ada apa dengan dia? Kenapa dia memblokir nomor ku?"Oliver yang melihat itu menjadi penasaran sebenarnya kenapa istrinya itu kelihatan galau sejak tadi. "Kau sebenarnya kenapa. Eve?"
Evelyn menoleh ke arah suaminya, dia baru saja selesai mandi. Oliver menghampiri Evelyn yang duduk di atas sofa dengan kemeja longgar dan hanya menggunakan panties tanpa bra.
"Kenapa?" ulang Oliver dengan sangat lembut. Sekarang Evelyn juga heran dengan sikap Oliver yang mendadak menjelma jadi sosok yang cenderung berbeda dari sebelumnya. Pria itu bertutur kata dengan amat halus padanya.
"Kau, kau kenapa berubah sangat lembut padaku, Oliver?"
"Aku? Apa maksumu, aku sudah begini seja
“Vin, maaf mungkin aku egois. Aku pun baru mengetahuinya saat pesta pernikahan Freya. Sungguh, aku tidak menyangka, kalau ternyata... Orang yang kata ibu adalah ayah kandungku, ternyata ada di sekitar ku, dan aku tanpa sadar berhubungan dengannya.”Gavin makin bingung, dia tidak mengerti. Tapi dia tetap mendengarkan, yang terpenting sekarang Arabella mau bercerita tentang apa yang menganggu nya.“Sayang, coba kau ceritakan lebih jelas dan jangan ragu. Apapun itu jika demi kenyamanan dan kebaikan mu, aku akan lakukan, sayang. Asalkan kau terbuka padaku.”Ara menggenggam tangan Gavin, dia yakin kalau dia harus memberitakan semuanya pada suaminya. Jika tidak, mereka akan bertengkar dan salah paham nantinya.“Vin ayah kandungku, ternyata adalah papa mertua Evelyn. Dia adalah ayah dari Oliver Bagaskara, suami Evelyn.”Gavin terkejut, dia tidak menyangka. Jadi, karena itu Ara merasa tergan
Oliver bingung, bagaimana caranya dia memberi tahu Evelyn kalau papanya ingin Evelyn makan malam bersama malam nanti. Evelyn pasti tau, mertuanya itu tidak akan mengajak makan malam kalau tidak ada sesuatu yang hendak dibicarakan dan itu sifatnya penting.Padahal hubungannya dengan Evelyn baru saja membaik.Meski dia masih belum mengatakan kejelasan maupun alasan mengapa dia sulit membuat pernyataan cinta, tapi secara tersirat Oliver sudah memberi tau Evelyn bahwa dia mencintai wanita itu.Di kantornya, Evelyn sedang bersiap-siap untuk mendatangi kantor Gavin. Evelyn merasa hubungannya dengan Arabella merenggang tanpa sebab yang jelas. Arabella menjauhinya, bahkan nomornya pun di blokir tanpa alasan yang dia ketahui. Evelyn bermaksud menanyakan hal itu pada Gavin. Padaha
"Pagi, sayang. Bagaimana keadaanmu hari ini?"Arabella sudah bisa tersenyum tipis, tidak seperti kemarin-kemarin waktu keadaannya masih sangat lemah."Aku merasa lebih baik, sayang. Terima kasih, ya. Maaf karena aku membuat mu repot. Maaf karena kau harus menjaga Aelly sendiri."Gavin mengelus pipi Arabella sembari tersenyum. "Aku akan selalu ada untukmu, menjagamu, tak peduli bagaimanapun keadaanmu, sayang. Jadi berhenti minta maaf dan merasa merepotkan."Ara membuka lebar dua tangannya, dengan mata berkaca-kaca. "Peluk aku, Vin."Gavin langsung memeluk Arabella, dan istrinya itu menangis. "Sayang, kenapa kau malah menangis?""Aku sangat pusing memikirkan tentang orang yang katanya ayahku. Kenapa? Kenapa dia harus datang lagi di hidupku."Gavin mengerti yang dirasakan istrinya. Dia juga tau pasti itu sangat lah berat untuk Arabella."Sayang, aku mengerti." Perlahan Gavin mengusap rambut Ara.
Malam itu Evelyn sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk ketika dia mendatangi restoran di hotel berbintang tempat dia diundang oleh papa mertuanya.Beberapa menit dia berada di dalam toilet rasanya akan mencurigakan jika dia tak segera keluar. Oliver sudah menunggunya di luar toilet hanya karena tak mau terjadi sesuatu padanya."Argh! Kenapa harus ada sesuatu yang merusak hubungan ku dengan Oliver yang baru terjalin? Bukankah dia mendesak ku hanya karena aku belum memberikan cucu buatnya?""Eve, apa kau sudah selesai di dalam?""Argh, sial!""Eve? Kau baik-baik saja? Keluar lah, jangan membuatku cemas."&n
"Rupanya kau sangat percaya diri, Evelyn." Gilbert mengambil gelas miliknya kemudian menyesap sedikit wine pemberian Evelyn yang telah dituang oleh pelayan untuknya. Oliver menarik napas panjang, Evelyn tau suaminya itu tak sabar ingin angkat bicara. Tapi Evelyn sekali lagi menahan suaminya. "I just need you here," bisiknya pada Oliver. "Hem, kau punya selera yang bagus tentang wine, Evelyn." Gilbert mengangkat gelas, pertanda dia ingin Evelyn ikut meminum wine yang baru saja dituang oleh pelayan ke gelasnya. "Pa, Eve tidak...""Aku akan minum," potong Evelyn. Kemudian dia mengangkat gelas, menyesap sedikit wine yang terasa getir dan agak membakar sewaktu menyentuh lidahnya. Minuman ini adalah yang pertama kali dan terakhir kali aku mencobanya, batin Evelyn ingin memuntahkan segera. Tapi dia menahannya, meski terbatuk saking tak tahan dengan citarasanya yang aneh. "Jadi, siapa nama klien mu itu? Gavin Narendra
Arabella terbangun di tengah malam setelah kerongkongan nya terasa kering. Dia kemudian turun dari ranjang untuk mengambil segelas air putih yang biasa di siapkan suaminya di atas meja.Meski masih mengantuk, tapi dia tidak akan bisa tidur nyenyak kalau belum mendapatkan segelas air untuk melegakan tenggorokannya. Dia meneguk air itu perlahan hingga habis setengah. Lalu dia melirik suaminya yang sedang tertidur pulas di balik selimut dengan tubuh kekarnya yang seksi dan tangguh bergelut semalam tanpa rasa lelah."Ada apa, ini? Aku jatuh cinta berulang kali padanya. Laki-laki seksi, membuat aku gila." Ara tersenyum lalu berjongkok sembari memperhatikan wajah tampan Gavin. "Tampan, siapa milikmu? Ah, salah, aku sepertinya masih mengantuk. Maksudku, kau milik siapa, hem?"Namun Gavin yang kelelahan, bahkan tak bergerak sama sekali. Ara merasa perutnya agak sakit, mungkin karena efek makan malam yang agak pedas. Dia memutuskan untuk ke kamar man
"Astaga aku yakin sekali, dia adalah Arabella anakku. Kalau tidak, kenapa dia malah mematikan panggilan ku? Siapa tadi? Apakah itu suami Arabella, jadi Gavin Narendra Tama adalah suami anakku?" Gilbert mengurut kening, dia mulai gelagapan dan tak menyangka bahwa dia akan dipertemukan dengan Arabella. Dia sempat mencari-cari keberadaan Arabella, tapi keduanya pindah dari rumah yang tadinya ditinggali mereka. Dari informasi yang didapatkan oleh Gilbert. Arabella menjadi wanita panggilan, tapi Gilbert tak percaya, mana mungkin mantan istrinya membiarkan Arabella tumbuh menjadi perempuan murahan. Tak mau sampai kehilangan jejak lagi. Malam itu juga Gilbert mengutus orang kepercayaannya untuk mencari tau tempat tinggal Arabella. Dia ingin bertemu, apalagi dia mendengar informasi bahwa Arabella sudah memiliki seorang putri yang masih kecil. Gilbert ingin sekali memiliki cucu, dia pun kepikiran untuk membawa Ara pulang bersamanya bagaimana pun caranya. Arabel
"Jadi kau sudah memastikan bahwa yang ada di rumah itu benar Arabella Camelia, putri dari Amartha?" Amartha adalah nama ibu Arabella yang merupakan pemberian orang tua Gilbert. Mendiang ibu Gilbert sangat menyukai Amartha, mereka sudah dijodohkan sejak kecil. Tapi sayang, sikap dan karakter Gilbert sama sekali berbeda dengan ibunya. Gilbert memanfaatkan pernikahan dengan Amartha hanya untuk mendapatkan keturunan yaitu Arabella. Setelah ibunya meninggal dunia, Gilbert menelantarkan ibu Ara dan juga Ara yang masih kecil. Meninggalkan mereka begitu saja di sebuah rumah yang sangat sederhana, bisa dibilang malah kurang layak untuk ditinggali anak istrinya."Ya, Tuan. Saya pastikan itu benar kediaman mereka. Rumah itu dibeli atas nama Gavin Narendra Tama, suami Arabella."Ditangan Ara sekarang ada selembar kertas yang barusan dia baca ulang. Dia membaca berulang kali bagian di mana ibunya menjelaskan bahwa dia masih memiliki ayah, dan ayahnya itu telah me