Arabella duduk di bangku panjang yang ada di depan ruangan rawat Evelyn. Dia masih berusaha menangkan diri selpas melihat fenomena wajah yang serupa dengan orang yang berhubungan dekat dengannya. "Oh Tuhan, aku benar-benar tidak percaya ini ..."
Air mata Arabella mengalir tanpa disadarinya. "Tuhan, kuyakin tidak ada orang yang semirip itu dengan dia. Wajah yang sudah lama sekali tidak aku lihat setelah aku berulang tahun yang ke sepuluh."
Tak lama kemudian, Gavin pun muncul membawa bunga dan parsel buah dari mobil. "Sayang, kenapa kau belum masuk?"
Sepintas Gavin tidak melihat raut Ara yang sendu. Ara juga pandai menyembunyikan itu dari suaminya. Dia teringat tujuannya datang, bukan untuk bernostalgia tentang cerita sedih hidupnya di masa lalu.
"Ah, sayang. Aku menunggumu. Bagaimana ini, tadi mataku entah kenapa seperti terkena debu atau apa. Aku merasa mataku pedih, Vin."
"Astaga, sini coba biar kulihat," kata Gavin yang langsung
Arabella masih terngiang setiap cerita Evelyn tadi. Dia tidak menyangka, semula di mengira hidup Evelyn sudah sempurna. Tapi benar, tidak ad yang namanya kesempurnaan di dunia ini.Begitu juga dengan Evelyn. Ternyata, suaminya bukan hanya memiliki philophobia. Tapi juga tempramental. Suami Evelyn selalu marah setiap kali Evelyn mendesak agar suaminya itu mengatakan kata cinta padanya.FLASHBACK“Kau tahu tidak, Ara? Aku menikahi dia karena sebuah perjodohan. Bisa dibilang, aku terpaksa menikah dengannya. Awalnya aku jijik karena harus menikah tanpa cinta, apalagi aku harus bersama dengannya. Tidur sepanjang dengannya, bahkan melakukan hubungan badan.”Ara hanya terus mendengarkan dengan seksama cerita Evelyn padanya.“Tapi lama kelamaan aku malah seolah menjilat ludahmu sendiri. Aku terpesona, setiap kali pria itu menatapku. Padahal aku sadar, dia lebih mirip manusia es dari kutub utara. Tapi anehnya, semakin dingin si
"Oliver... kau kah itu?" Pria itu sudah pasti Oliver, pikir Evelyn. Sebab selain Oliver tidak ada yang boleh berkeliaran di sekitar kamarnya. Pelayan dan asisten rumah tangga lainnya hanya boleh bertugas saat jam kerja, tidak di malam hari kecuali darurat. Benar saja tak lama pria itu muncul di ambang pintu sembari menatap Evelyn dengan tatapan dingin seperti biasa. "Kenapa kau pulang dari rumah sakit?" Evelyn yang sedang berbaring lantas bangun mendengar ucapan suami dinginnya itu. "Maksudmu? Apa kau merasa tidak senang istrimu ini sudah membaik dan diperbolehkan pulang oleh dokter? Oliver, kau sangat keterlaluan! Apa salahku, hah?" Oliver masih menatap ding Evelyn, dia lalu berbalik begitu saja, bermaksud keluar dari kamar tapi Evelyn bergegas turun dari ranjang. Dia menarik kain pakaian Oliver dengan kuat hingga mereka sama-sama terjatuh dalam posisi Oliver berada di bawahnya. Mata mereka beradu pandang satu sama lain. Tat
Berkat Gavin yang selalu ada di sampingnya. Arabella merasa lebih baik. Dia tidak sedih karena ayahnya. Tapi dia marah, dia ingin menemui laki-laki itu dan memakinya karena telah mengabaikan dia dan ibunya selama ini.Namun apa yang dikatakan Gavin benar, ibunya pasti sedih kalau Ara malah membalaskan dendam yang tidak akan ada habisnya."Sayang, hari ini pernikahan Freya. Aku janji aku akan menjadi bridesmaid nya.""Baiklah, sayang. Aku akan datang menemanimu. Tapi, apa tidak apa--apa kau menjadi bridesmaid nya? Bukannya dulu hubunganmu dengan wanita itu kurang baik?""Dia sudah banyak berubah, Vin.""Hem, baiklah. Tapi kau jangan terus cemberut dong. Aku kehilangan Ara yang ceria dan murah senyum sekarang... apakah aku harus cemberut juga?"Ara akhirnya tersenyum. Hanya Gavin lah yang bisa mengembalikan keceeriaannya. "Baiklah, aku akan tersenyum dan tidak cemberut lagi,""Nah, begitu dong.
Satu tangan Gavin menelusuri punggung Ara, menangkap tubuh bagian belakang Ara yang begitu menggairahkan. Belaian yang posesif dan membuat Arabella berulang kali mengerang, bahkan kini pakaiannya telah benar-benar tanggal.Arabella merasakan kerasnya gairah Gavin di bawah sana. "Haruskah aku buka celanamu juga?""Menurutmu, bagaimana bisa kalau tidak di buka?""Kalau begitu, aku tidak segan," bisik Arabella melakukan tugasnya dengan segera di bawah sana.Gavin menghela napas panjang. Lalu mulai mencium bibir Ara, menyesapnya dengan teramat dalam. Kecupan itu bergerak liar disana, bermain dengan tarian lidah keduanya yang menelusuri rongga mulutnya.Ara tak dapat lagi menolak godaan pria itu, sentuhan dan belaian itu begitu memabukkan untuknya. Ia pun pasrah, dan menunggu kelanjutan aksi Gavin yang mulai melepaskan kancing pakaiannya. Lalu mengecup lagi bagian ceruk lehernya, memberikan sesapan dan tanda cinta yang cuku
"Sayang, bangunlah. Astaga, ada apa denganmu?" ucap Gavin yang sedang memangku tubuh lunglai Ara. Dia tak henti menepuk pipi istrinya agar bangun dari pingsan.Acara pernikahan sempat tertunda sebentar. Tapi Gavin tidak enak dia segera meminta agar acara dilanjutkan dengan mengatakan Ara hanya kelelahan saja dan butuh istirahat. Ara dibawa ke ruangan khusus. Gavin masih menunggu sampai istrinya itu sadar tak meringsut sedikit pun bahkan Ara masih ada di pangkuan Gavin sampai sekarang."Tuan Gavin apakah Ara tidak apa-apa?" tanya Evelyn, dia juga baru tau kalau ribut-ribut ada yang pingsan tadi rupanya Ara lah orangnya."Saya juga tidak tahu kenapa Ara bisa sampai pingsan, Nyonya Eve." Gavin mungkin tidak terlalu mendengarkan saat pembawa acara menyebutkan nama Gilbert Bagaskara. Padahal dari surat yang dibacanya kemarin jelas ada nama itu tertulis di sana. Dia adalah ayah kandung Arabella."Ya Tuhan. Ara kau kenapa? Bangunlah Ara," ujar Evelyn
Evelyn tak berhenti memikirkan tatapan Arabella yang menurutnya berbeda. Dia heran, ada apa dengan Arabella? kenapa tatapan itu lebih mirip tatapan yang ditujukan kepada seorang musuh?"Apakah aku melakukan kesalahan padanya?"Oliver, dia melihat istrinya yang sedang gusar bahkan sampai belum mengganti pakaiannya sejak pulang dari pesta pernikahan Freya. Dia mengembuskan napas pelan, lalu membantu Evelyn menurunkan resleting. "Kau kenapa?"Evelyn kaget, dia berbalik menatap suaminya. "Kau sedang apa dengan resleting ku?""Aku hanya berniat membantu. Malam ini aku mau tidur di kamar ini dan tidak nyaman melihat kau dengan pakaian itu juga make up tebal yang menempel di wajahmu. Cepat bersih kan."Oliver melepaskan piyama tidurnya, kemudian berbaring. Itu memang kebiasaan Oliver yang tidur tidak memakai baju, hanya boxer ketat yang menonjolkan bentuk tubuh perkasanya. Berulang kali Evelyn meneguk ludah dan mengumpat dalam hatinya. "
Selepas percintaan panas yang mereka lakukan di malam itu. Evelyn kembali gusar dengan sikap Ara yang dingin padanya. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, waktu Evelyn melihat nomor kontak Arabella di ponselnya, dia rupanya sudah di blokir oleh Arabella."Astaga. Ada apa dengan dia? Kenapa dia memblokir nomor ku?"Oliver yang melihat itu menjadi penasaran sebenarnya kenapa istrinya itu kelihatan galau sejak tadi. "Kau sebenarnya kenapa. Eve?"Evelyn menoleh ke arah suaminya, dia baru saja selesai mandi. Oliver menghampiri Evelyn yang duduk di atas sofa dengan kemeja longgar dan hanya menggunakan panties tanpa bra."Kenapa?" ulang Oliver dengan sangat lembut. Sekarang Evelyn juga heran dengan sikap Oliver yang mendadak menjelma jadi sosok yang cenderung berbeda dari sebelumnya. Pria itu bertutur kata dengan amat halus padanya."Kau, kau kenapa berubah sangat lembut padaku, Oliver?""Aku? Apa maksumu, aku sudah begini seja
“Vin, maaf mungkin aku egois. Aku pun baru mengetahuinya saat pesta pernikahan Freya. Sungguh, aku tidak menyangka, kalau ternyata... Orang yang kata ibu adalah ayah kandungku, ternyata ada di sekitar ku, dan aku tanpa sadar berhubungan dengannya.”Gavin makin bingung, dia tidak mengerti. Tapi dia tetap mendengarkan, yang terpenting sekarang Arabella mau bercerita tentang apa yang menganggu nya.“Sayang, coba kau ceritakan lebih jelas dan jangan ragu. Apapun itu jika demi kenyamanan dan kebaikan mu, aku akan lakukan, sayang. Asalkan kau terbuka padaku.”Ara menggenggam tangan Gavin, dia yakin kalau dia harus memberitakan semuanya pada suaminya. Jika tidak, mereka akan bertengkar dan salah paham nantinya.“Vin ayah kandungku, ternyata adalah papa mertua Evelyn. Dia adalah ayah dari Oliver Bagaskara, suami Evelyn.”Gavin terkejut, dia tidak menyangka. Jadi, karena itu Ara merasa tergan