Bab 35
Ara menatap nyalang pada selembar kertas yang tergeletak tepat di bawah pakaian suaminya. Selembar surat yang menjelaskan sebuah fakta tentang Gavin dan anak yang ada bersama Luna.Mata Ara mulai berkaca-kaca sambil mengusap perutnya yang mulai membesar. Jadi, apa yang dilihatnya itu adalah sebuah kenyataan? Jadi, suaminya memiliki anak dari wanita lain?
Ara seolah tidak percaya. Dia meneliti lagi apa yang tertulis di atas kertas berwarna putih yang ada di tangannya.
Oh tidak! Benar, jadi benar Gavin memiliki anak dari Luna? Astaga, apa yang telah terjadi, apa Gavin membohongi aku? Batin Ara terus bertanya-tanya. Gavin mengatakan dia merasa tidak pernah tidur dengan Luna, lalu sekarang apa artinya ini?
Perasaan Ara mulai kacau, dia merasa pusing lalu terduduk di tepi ranjang masih memegangi selembar kertas tadi.
“Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Jadi kenapa Gavin tidak pernah memberi tahu aku tentang anak Luna yang mema
Arabella pulang ke rumahnya dengan perasaan hancur. Dia tahu, dan dia sadar setiap orang memiliki masa lalu. Tapi yang disayangkan olehnya adalah sikap suami yang tidak mau jujur padanya. Apalagi setelah dia tahu bahwa Luna dan Gavin telah menikah tanpa sepengetahuannya.Ara tidak tahu, hidupnya yang semula bahagia akan berubah seperti sekarang. Ara terlanjur mencintai Gavin bahkan tidak pernah sanggup kehilangan Gavin. Tidak dipungkiri, Ara cemburu saat mendengar pernyataan Luna tentang Gavin yang telah menikahinya. Jadi, siapa yamg menjamin jika Gavin menikahi Luna hanya sebatas tanggung jawab terhadap anak mereka yang sakit. Ditambah lagi, Ara baru tahu, bahwa Gavin benar-benar memiliki anak dari Luna setelah selama ini Gavin terus mengelak.Tidak terasa, Ara yang pergi naik taksi sudah sampai di depan rumahnya. Dia memang sengaja mengikuti kemana Gavin pergi karena ingin tahu, apa saja yang disembunyikan Gavin darinya selama ini.Ara berusaha tetap tegar
"Luna, wanita yang pernah ada di masa laluku, juga yang membuat aku memiliki trauma, dia ternyata mengandung darah dagingku hingga anak itu terlahir, tapi kondisinya tidak begitu baik, anak itu sakit.”Sesungguhnya Gavin tidak sanggup melanjutkan melihat Ara yang makin terisak-isak. “Maaf, maafkan aku Ara. Tapi aku terpaksa dengan keadaan ini, aku harus menikahi Luna demi rasa tanggung jawab karena itu desakan dari uncle-nya, dari keluarganya padaku, walau aku hanya menikahinya saja, hanya sampai anak itu sembuh.”Sebuah kejujuran yang diinginkan oleh Ara. Tapi ternyata sangat sakit, hingga Ara menjerit Sekuat-kuatnya. “Kau brengsek, Vin! Kau telah membohongiku! Kau jahat!!”Gavin ikut menangis mencoba menenangkan Ara, tapi Ara terus memberontak. “Ara ampuni aku, kumohon, aku minta maaf.”“Aku membenci sikapmu, aku benci, aku sangat benci!” tegas Ara dengan suara yang tinggi.
Tubuh Lissa terasa remuk, bukan hanya merasa pedih dan terluka karena perlakuan Louise yang begitu kasar padanya. Tulang-tulangnya terasa ngilu, begitu juga dibagian sensitifnya yang sobek karena perlakuan kasar Louise. Bukan ini yang diinginkan oleh Lissa, dia berharap perlakuan yang lembut dan penuh kasih sayang, tapi nyatanya itu hanya ada dalam angannya saja sekarang.“Louise kau mau ke mana?” tanya Lissa melihat suaminya mengenakan kemeja kembali, lalu menarik dasi dan memakai jasnya rapi.“Bukan urusanmu.” Louise masih menjawabnya ketus. Sementara Lissa meringkuk dibalik selimut dalam keadaan terluka lahir dan batin karena perlakuan Louise yang kasar.“Kau meninggalkanku dalam keadaan begini, tanpa penjelasan, tanpa sebuah kata ‘maaf'?”Louise berdecih dengan mata menatap remeh pada Lissa. “Siapa kau? Kau kira kau berharga untuk ku?”Hati Lissa terasa sangat sakit mendengar ucapan Lo
Ara dan Gavin berangkat ke rumah sakit, di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Ara hanya diam tidak mengajak Gavin berbicara, hal itu membuat Gavin makin serba salah. Kalau tidak karena darah dagingnya ada pada Luna, sudah pasti ini tidak akan terjadi. Terkadang Gavin ingin meninggalkan Luna dengan segera, tapi sisi kemanusiaan dan perasaannya tidak mendukung itu, Gavin tetap saja tidak tega.“Sayang, kau jangan cemberut terus. Bukannya kau sendiri yang bilang kalau sedang hamil tidak boleh stres?”Ara menoleh sekilas pada Gavin tanpa senyum, hanya menoleh saja.“Aku tidak stres. Aku hanya sedang ingin diam saja sekarang,” sanggah Ara.“Benarkah? Tapi aku tidak bisa kau bohongi, wajahmu sangat menjelaskan perasaanmu yang sekarang sayang. Kumohon jangan memikirkan hal yang berlebihan, belum tentu itu benar yang terjadi, bisa saja itu hanya perasaanmu, Ara.”Bagaimana bisa belum tentu terjadi, nyatanya itu sud
Arabella adalah wanita yang tidak bisa dibohongi, jadi jika hanya itu saja, sudah pasti mudah terbaca olehnya. “Vin? Apakah itu dari Luna? Anakmu sakit?”Ya, anak Gavin dan Luna memang sakit sejak lahir, tapi kali ini bayi laki-laki itu sedang demam tinggi, mendadak Gavin jadi kepikiran dan tidak main terjadi sesuatu pada bayi itu, darah dagingnya juga.Anggukan ragu dari Gavin membuat Ara terhenyak sesaat sebelum dia menyuruh Gavin masuk ke dalam mobil lalu menutup pintunya.“Cepatlah kau antar dia ke rumah sakit. Aku akan pulang naik taksi.”“Ara tidak, aku akan mengantar mu lebih dulu,” ujar Gavin.“Tidak, aku bisa naik taksi, lihat aku sudah memesannya baru saja dan sudah mendapatkan driver,” ucap Ara memperlihatkan aplikasi taksi online pada suaminya.Saat itu Ara bisa melihat Gavin yang serba salah, dia tahu suaminya ingin mengantarnya, tapi suaminya ju
Semua rasa yang dulu pernah ada untuk Gavin Narendra Tama, masih ada sampai sekarang. Luna, memang pernah melakukan kesalahan karena menduakan Gavin, bahkan menjadikan Gavin sebagai pelarian semata. Tapi sekarang dia baru sadar bahwa hanya Gavin lah pria terbaik bagi Luna.Sejujurnya Luna merasa sakit, melihat Gavin mengabaikan dia. Tapi dia sadar posisinya, siapa dia sekarang, dan bagaimana perasaan Gavin memudar padanya sampai akhirnya hilang sepenuhnya, yang tersisa hanya rasa iba dan tanggung jawab karena dia memiliki anak dari Gavin.“Vin seandainya kau tahu, aku selalu mengharapkan dirimu tersenyum ke arahku, setidaknya kau menatapku saat berbicara dengan ku. Apa aku terlalu berlebihan mengharapkan itu? Aku tidak mengharapkan dekap pelukmu yang hangat, ataupun kecupan manis bibirmu.” Luna menggumamkan itu sambil terbayang sikap manis Gavin dulu padanya. Dia tanpa sadar meneteskan air mata dengan dada yang sesak. Lalu matanya menatap lurus langit
Kehidupan Ara mulai berjalan lebih normal dari sebelumnya. Ara lebih bisa menerima keadaan yang harus dia hadapi, menerima kenyataan bahwa suaminya, Gavin, harus bertanggung jawab terhadap Luna.Meskipun dia masih sering merasa sakit, jika Gavin tidak sedang bersamanya. Belum lagi Gavin yang sering mondar-mandir dari rumahnya ke rumah sakit untuk melihat keadaan bayi Luna. Rasanya Ara teriris, ingin mencegah suaminya melakukan itu, pastilah Gavin lebih mendahulukan keinginan Ara. Tapi dia tidak boleh egois, karena dia sadar Luna mungkin sedang membutuhkan suaminya, lebih dari dia.Seiring berjalannya waktu, Ara lebih banyak menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan di rumah. Terutama karena dia sedang hamil, Ara menyibukkan dirinya dengan kegiatan yoga dan lainnya.Di tempat lain, Alissa makin merasa tersiksa hidup bersama Louise. Sisi tempramental Louise yang sering ditujukan padanya membuat Alissa stress. Berulang kali dia memohon pada Lissa agar Louise men
Sebelum bisa memprotes nya. Bibir Luna sudah menempel di bibir Gavin. Secara naluriah tangan Luna langsung naik mengusap dada bidang Gavin. Perlahan melepaskan kancing baju Gavin satu persatu. Luna sangat menikmatinya. Menyentuh dada berotot Gavin yang keras, hangat, dan sangat perkasa itu.Bibir Gavin akhirnya memagut kasar bibir Luna. Dia tidak menyangka itu akan dia lakukan. Itu bibir Luna, bukan bibir Arabella. Meski Luna memang istrinya juga.Bibir Gavin mencium bibir Luna dengan pelan, dengan sangat lembut. Luna amat bahagia, meski dia tahu setelah ini Gavin akan pergi dari hidupnya.Sial! Aku benar-benar sudah tergoda olehnya! Batin Gavin mengutuk. Tenanglah Vin. Setelah ini kau bisa meninggalkan Luna dan segala yang kau takuti. Bukankah tadi Luna berkata begitu?Tapi kemudian Gavin seperti melihat Ara sedang menatapnya dengan air mata. Gavin pun segera mendorong tubuh Luna.“Tidak! Aku tidak bisa!”Luna ditinggalkan begit