Share

Bab 34 : Kepergian

Penulis: Apple Cherry
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa bulan kemudian...

Setelah melewati beberapa bulan yang diselimuti kesedihan selepas kepergian ibu tercinta. Arabella mulai menyusun lagi hari-hari yang baru. Meski dia harus menjalani itu seorang diri. Alissa, dia memutuskan untuk menikah dengan Louise.

Ara turut bahagia, dan dia berharap Alissa juga bahagia. Jauh dari rumahnya, juga dari bayang-bayang Gavin. Ah, lelaki itu, lelaki yang sangat dicintai oleh Ara. Tapi sayang, Ara memutuskan untuk mengalah dan pergi.

"Sayang, Mama harap Papa baik-baik saja. Mama terlalu egois, tapi Mama harap dia bisa menjadi pria yang bertanggung jawab. Dan Mama terlalu lemah untuk menerima kenyataan tentang masa lalu Papamu, Nak..." Wanita itu berucap pelan sambil mengelus perut yang membuncit.

***

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 35 : Pernikahan Rahasia

    Bab 35Ara menatap nyalang pada selembar kertas yang tergeletak tepat di bawah pakaian suaminya. Selembar surat yang menjelaskan sebuah fakta tentang Gavin dan anak yang ada bersama Luna.Mata Ara mulai berkaca-kaca sambil mengusap perutnya yang mulai membesar. Jadi, apa yang dilihatnya itu adalah sebuah kenyataan? Jadi, suaminya memiliki anak dari wanita lain?Ara seolah tidak percaya. Dia meneliti lagi apa yang tertulis di atas kertas berwarna putih yang ada di tangannya.Oh tidak! Benar, jadi benar Gavin memiliki anak dari Luna? Astaga, apa yang telah terjadi, apa Gavin membohongi aku? Batin Ara terus bertanya-tanya. Gavin mengatakan dia merasa tidak pernah tidur dengan Luna, lalu sekarang apa artinya ini?Perasaan Ara mulai kacau, dia merasa pusing lalu terduduk di tepi ranjang masih memegangi selembar kertas tadi.“Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Jadi kenapa Gavin tidak pernah memberi tahu aku tentang anak Luna yang mema

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 36 : Ampuni Aku

    Arabella pulang ke rumahnya dengan perasaan hancur. Dia tahu, dan dia sadar setiap orang memiliki masa lalu. Tapi yang disayangkan olehnya adalah sikap suami yang tidak mau jujur padanya. Apalagi setelah dia tahu bahwa Luna dan Gavin telah menikah tanpa sepengetahuannya.Ara tidak tahu, hidupnya yang semula bahagia akan berubah seperti sekarang. Ara terlanjur mencintai Gavin bahkan tidak pernah sanggup kehilangan Gavin. Tidak dipungkiri, Ara cemburu saat mendengar pernyataan Luna tentang Gavin yang telah menikahinya. Jadi, siapa yamg menjamin jika Gavin menikahi Luna hanya sebatas tanggung jawab terhadap anak mereka yang sakit. Ditambah lagi, Ara baru tahu, bahwa Gavin benar-benar memiliki anak dari Luna setelah selama ini Gavin terus mengelak.Tidak terasa, Ara yang pergi naik taksi sudah sampai di depan rumahnya. Dia memang sengaja mengikuti kemana Gavin pergi karena ingin tahu, apa saja yang disembunyikan Gavin darinya selama ini.Ara berusaha tetap tegar

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 37 : Jahat!

    "Luna, wanita yang pernah ada di masa laluku, juga yang membuat aku memiliki trauma, dia ternyata mengandung darah dagingku hingga anak itu terlahir, tapi kondisinya tidak begitu baik, anak itu sakit.”Sesungguhnya Gavin tidak sanggup melanjutkan melihat Ara yang makin terisak-isak. “Maaf, maafkan aku Ara. Tapi aku terpaksa dengan keadaan ini, aku harus menikahi Luna demi rasa tanggung jawab karena itu desakan dari uncle-nya, dari keluarganya padaku, walau aku hanya menikahinya saja, hanya sampai anak itu sembuh.”Sebuah kejujuran yang diinginkan oleh Ara. Tapi ternyata sangat sakit, hingga Ara menjerit Sekuat-kuatnya. “Kau brengsek, Vin! Kau telah membohongiku! Kau jahat!!”Gavin ikut menangis mencoba menenangkan Ara, tapi Ara terus memberontak. “Ara ampuni aku, kumohon, aku minta maaf.”“Aku membenci sikapmu, aku benci, aku sangat benci!” tegas Ara dengan suara yang tinggi.

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 38 : Terbayang-bayang

    Tubuh Lissa terasa remuk, bukan hanya merasa pedih dan terluka karena perlakuan Louise yang begitu kasar padanya. Tulang-tulangnya terasa ngilu, begitu juga dibagian sensitifnya yang sobek karena perlakuan kasar Louise. Bukan ini yang diinginkan oleh Lissa, dia berharap perlakuan yang lembut dan penuh kasih sayang, tapi nyatanya itu hanya ada dalam angannya saja sekarang.“Louise kau mau ke mana?” tanya Lissa melihat suaminya mengenakan kemeja kembali, lalu menarik dasi dan memakai jasnya rapi.“Bukan urusanmu.” Louise masih menjawabnya ketus. Sementara Lissa meringkuk dibalik selimut dalam keadaan terluka lahir dan batin karena perlakuan Louise yang kasar.“Kau meninggalkanku dalam keadaan begini, tanpa penjelasan, tanpa sebuah kata ‘maaf'?”Louise berdecih dengan mata menatap remeh pada Lissa. “Siapa kau? Kau kira kau berharga untuk ku?”Hati Lissa terasa sangat sakit mendengar ucapan Lo

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 39 : Salahkah Aku Cemburu?

    Ara dan Gavin berangkat ke rumah sakit, di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Ara hanya diam tidak mengajak Gavin berbicara, hal itu membuat Gavin makin serba salah. Kalau tidak karena darah dagingnya ada pada Luna, sudah pasti ini tidak akan terjadi. Terkadang Gavin ingin meninggalkan Luna dengan segera, tapi sisi kemanusiaan dan perasaannya tidak mendukung itu, Gavin tetap saja tidak tega.“Sayang, kau jangan cemberut terus. Bukannya kau sendiri yang bilang kalau sedang hamil tidak boleh stres?”Ara menoleh sekilas pada Gavin tanpa senyum, hanya menoleh saja.“Aku tidak stres. Aku hanya sedang ingin diam saja sekarang,” sanggah Ara.“Benarkah? Tapi aku tidak bisa kau bohongi, wajahmu sangat menjelaskan perasaanmu yang sekarang sayang. Kumohon jangan memikirkan hal yang berlebihan, belum tentu itu benar yang terjadi, bisa saja itu hanya perasaanmu, Ara.”Bagaimana bisa belum tentu terjadi, nyatanya itu sud

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 40 : Seharusnya Aku ....

    Arabella adalah wanita yang tidak bisa dibohongi, jadi jika hanya itu saja, sudah pasti mudah terbaca olehnya. “Vin? Apakah itu dari Luna? Anakmu sakit?”Ya, anak Gavin dan Luna memang sakit sejak lahir, tapi kali ini bayi laki-laki itu sedang demam tinggi, mendadak Gavin jadi kepikiran dan tidak main terjadi sesuatu pada bayi itu, darah dagingnya juga.Anggukan ragu dari Gavin membuat Ara terhenyak sesaat sebelum dia menyuruh Gavin masuk ke dalam mobil lalu menutup pintunya.“Cepatlah kau antar dia ke rumah sakit. Aku akan pulang naik taksi.”“Ara tidak, aku akan mengantar mu lebih dulu,” ujar Gavin.“Tidak, aku bisa naik taksi, lihat aku sudah memesannya baru saja dan sudah mendapatkan driver,” ucap Ara memperlihatkan aplikasi taksi online pada suaminya.Saat itu Ara bisa melihat Gavin yang serba salah, dia tahu suaminya ingin mengantarnya, tapi suaminya ju

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 41 : Aku Menggilai Mu

    Semua rasa yang dulu pernah ada untuk Gavin Narendra Tama, masih ada sampai sekarang. Luna, memang pernah melakukan kesalahan karena menduakan Gavin, bahkan menjadikan Gavin sebagai pelarian semata. Tapi sekarang dia baru sadar bahwa hanya Gavin lah pria terbaik bagi Luna.Sejujurnya Luna merasa sakit, melihat Gavin mengabaikan dia. Tapi dia sadar posisinya, siapa dia sekarang, dan bagaimana perasaan Gavin memudar padanya sampai akhirnya hilang sepenuhnya, yang tersisa hanya rasa iba dan tanggung jawab karena dia memiliki anak dari Gavin.“Vin seandainya kau tahu, aku selalu mengharapkan dirimu tersenyum ke arahku, setidaknya kau menatapku saat berbicara dengan ku. Apa aku terlalu berlebihan mengharapkan itu? Aku tidak mengharapkan dekap pelukmu yang hangat, ataupun kecupan manis bibirmu.” Luna menggumamkan itu sambil terbayang sikap manis Gavin dulu padanya. Dia tanpa sadar meneteskan air mata dengan dada yang sesak. Lalu matanya menatap lurus langit

  • Menikahi CEO Philophobia   Bab 42 : Bercinta lah Denganku, Malam ini saja.

    Kehidupan Ara mulai berjalan lebih normal dari sebelumnya. Ara lebih bisa menerima keadaan yang harus dia hadapi, menerima kenyataan bahwa suaminya, Gavin, harus bertanggung jawab terhadap Luna.Meskipun dia masih sering merasa sakit, jika Gavin tidak sedang bersamanya. Belum lagi Gavin yang sering mondar-mandir dari rumahnya ke rumah sakit untuk melihat keadaan bayi Luna. Rasanya Ara teriris, ingin mencegah suaminya melakukan itu, pastilah Gavin lebih mendahulukan keinginan Ara. Tapi dia tidak boleh egois, karena dia sadar Luna mungkin sedang membutuhkan suaminya, lebih dari dia.Seiring berjalannya waktu, Ara lebih banyak menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan di rumah. Terutama karena dia sedang hamil, Ara menyibukkan dirinya dengan kegiatan yoga dan lainnya.Di tempat lain, Alissa makin merasa tersiksa hidup bersama Louise. Sisi tempramental Louise yang sering ditujukan padanya membuat Alissa stress. Berulang kali dia memohon pada Lissa agar Louise men

Bab terbaru

  • Menikahi CEO Philophobia   Akhir Yang Indah (2) END STORY

    "Dokter apa yang terjadi dengan istri, saya?""Istri Anda hamil.""Apa? Saya hamil, Dok?""Ya, menurut hasil pemeriksaan awal, usia kandungan memasuki bulan ke tiga. Keadaannya cukup baik. hanya saja, Nyonya harus banyak istirahat dan tidak boleh kelelahan. Konsumsi makanan bergizi, vitamin, itu sangat penting."Evelyn masih tak menyangka, bahwa dia hamil. "Astaga Sayang! Kau dengar, ada bayi di dalam sini! Ini adalah anak kita, Sayang!" Oliver kelihatan benar-benar bahagia. Dia tak kuasa menyembunyikan perasaan haru di hadapan istrinya."Aku benar-benar tidak menyangka, Oli. Aku hamil. Aku akan jadi seorang ibu?"Oliver menciumi Evelyn dengan derai air mata. Setelah penantian panjang, akhirnya dia dan Evelyn akan segera diberkati keturunan.***"Gavin, kita harus segera ke rumah sakit." "Ya, Sayang. Sebentar, aku harus menggendong Aelly dulu.""Oh, sweety. Kau benar-benar ayah yang luar biasa, Vin."Gavin menarik tubuh Ara ke sisinya, lalu mengecup keningnya. "Kau lah yang luar bia

  • Menikahi CEO Philophobia   Akhir Yang Indah (1)

    Dokter sudah mengatakan jika operasi yang dilakukan Gilbert berjalan lancar. Setelah dua puluh empat jam akhirnya Gilbert pun sadar. Arabella lah yang pertama dilihat olehnya. Laki-laki itu merasa diberkahi, sebab Tuhan masih mengasihaninya dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya terhadap putrinya, Arabella. "Ara." "Kau sudah bangun, Tuan."Mungkin berlebihan dan terkesan tidak tahu diri. Gilbert merasa ingin sekali mendengar Arabella memanggilnya ayah. Tapi, dia tidak mau menyampaikan itu pada Arabella, sebab baginya melihat Ara yang mau berbicara dengannya saja, itu sudah merupakan hal yang luar biasa. "Iya, berkatmu, Arabella. Aku ingin kau memaafkan ku. Jadi, aku memohon pada Tuhan, dalam gelap, dalam kesakitan, aku mohon agar aku bisa melihatmu, walau mungkin untuk terakhir kali."Arabella menggeleng, dia tentu tidak mau itu menjadi yang terakhir. "Kau tidak boleh berkata begitu, Ayah." Gilbert yang masih terbaring lemah, mendadak menegakkan tubuhnya meski di

  • Menikahi CEO Philophobia   Berdamai Dengan Keadaan

    Rasa resah dan gelisah melingkupi Arabella. Dia harus berasa di posisi yang sangat menyulitkan nya. Laki-laki itu benar ayahnya, seburuk-buruknya tetap dia lah orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Arabella tak mau, jika Tuhan mengambil orang itu. Lebih baik, hubungan mereka buruk selamanya, asalkan Gilbert harus tetap hidup. "Sayangku, aku mengerti yang kau rasakan." Gavin, dia selalu datang memberikan setidaknya sedikit ketenangan dan juga pelukan hangat yang membuatnya kuat. "Vin, apa yang harus aku lakukan??" "Kau harus ikuti kata hatimu, Arabella. Lakukan apa yang hatimu suarakan. dengarkan dengan perasaan bukan dengan emosimu." Matanya berkaca, dia mengeratkan peluk, sembari menahan agar tidak menangis. "Jangan menangis, karena Arabella yang kukenal adalah wanita yang kuat. Sudah terlalu sering kau menangis, padahal hal yang jauh lebih sulit dari ini sudah pernah kau lalui." Keberuntungan yang Ara miliki adalah Gavin, s

  • Menikahi CEO Philophobia   Kesungguhan Gilbert

    "Saya mohon, Tuan Gavin. Izinkan Ara ikut saya ke rumah. Saya akan menjelaskan semuanya secara terang-terangan pada Oliver dan Evelyn tentang siapa Arabella, dan juga masa lalu saya bersama ibu Ara."Gavin awalnya menolak. Tapi, dia juga tidak mungkin membiarkan masalah menguap begitu saja. Padahal dia yakin Arabella juga ingin kejelasan, setidaknya itu adalah bentuk penyesalan Gilbert yang telah menyia-nyiakan Ara dan ibunya."Baiklah. Saya akan izinkan Arabella pergi. Tapi saya akan ikut bersamanya.""Ya, tentu, memang Anda harus ikut, Tuan. Terima kasih, karena sudah mengizinkan saya mengajak Ara."Ara hanya diam, dia menyerahkan segalanya ke tangan Gavin. Kalau Gavin yang memintanya pergi, maka dia akan pergi. Sedangkan kalau tanpa restu Gavin, Ara tidak akan pergi."Ara, aku akan menemani mu. Kau mau ya, ikut untuk menjelaskan semuanya. Ini juga yang diinginkan ibumu, kan?"Ara menatap sekilas wajah Gilbert. Dia masih sediki

  • Menikahi CEO Philophobia   Luluh, kah?

    Evelyn benar-benar cemas karena Arabella meminta bertemu empat mata dengan papa mertuanya. Sedang dia tau, bahwa papa mertuanya itu bukan termasuk orang yang bisa diajak bicara.Setelah sekitar tiga puluh menit Arabella bersama dengan Gilbert, entah apa yang mereka berdua bicarakan. Akhirnya Arabella keluar dengan wajah yang datar pada awalnya. "Ara, kau akhirnya keluar juga. aku sangat mencemaskan mu."Barulah Arabella tersenyum. Dia menggenggam tangan Evelyn, dengan raut yang terlihat santai, seolah tak terjadi apa-apa."Aku baik-baik saja. Syukurlah, semuanya bisa diselesaikan. Aku sudah bicara, dan Tuan Gilbert akan menyelesaikan semuanya. Kau bisa lanjut dengan proyek yang sebelumnya berjalan, tanpa perlu memperpanjang semuanya lagi.""Hah? Apa maksud mu, Arabella? Bagaimana bisa?" tanya Evelyn yang kaget bukan main. Tidak mungkin itu terjadi begitu saja. Karena dia tau persis bagaimana watak papa mertuanya. Apakah dia luluh? apa yang Ar

  • Menikahi CEO Philophobia   Penyesalan Gilbert

    "Selamat siang, Tuan Gilbert." "Kamu? Kamu Arabella, kan?""Ya, saya Arabella, lama tidak bertemu, Tuan. Rasanya saya juga lupa, kapan terakhir kali kita saling mengenal. Karena waktu itu saya masih sangat kecil. Kalaulah bukan karena Ibu yang memintaku menemui Anda, mungkin saya sudah mengubur nama Anda dalam-dalam." Perkataan Arabella itu sangat membuat Gilbert terpukul. Tapi, pria tua itu menyadari, dia memang bersalah. Gilbert berjalan melangkahkan kakinya mendekati Arabella hingga jarak keduanya hanya sekitar satu meter saja. "Duduklah dulu, Ara. Silakan, kita bisa berbicara dulu."Ara pun duduk, meski sejujurnya enggan. "Baik, kita bicara. Meski saya enggan, saya malas berbicara dengan orang seperti Anda, Tuan." "Arabella, maafkan Ayah, Nak.""Anda bukan ayah saya." "Ara, aku adalah ayahmu. Suka tidak suka, aku adalah suami ibumu.""Apa?" decih malas Arabella. "Kau bilang suami ibuku? Apakah

  • Menikahi CEO Philophobia   Ulah Gilbert dan Air Mata Arabella

    "Oli, sudahlah, aku tau kau kesal. Tapi kau sendiri tau, kan? itu papamu, dia memang begitu sejak dulu.""Eve, tapi kali ini dia sudah sangat keterlaluan. Bukannya kita sudah sepakat, untuk tidak ikut campur dengan urusan masing-masing lagi. Tapi, dia malah terlalu jauh mencampuri urusan kita."Meski Evelyn juga heran, terutama dengan kata-kata Gilbert yang terang-terangan mengatakan tidak menyukai Gavin. Tapi, dia tidak mau itu menjadi beban pikiran suaminya. "Hei, tidak akan ada yang terjadi. Papa tidak bisa melakukan hal yang lebih dari sekedar menggertak kita. Iya, kan?"Oliver memeluk Evelyn. Beruntung istrinya itu sangat penyabar dan mengerti keadaannya. "Maafkan aku, ya, Eve. Karena dia membuat kamu susah sekarang.""Tidak, aku justru sangat bersyukur, di saat seperti ini kau membelaku." "Tentu saja, kau adalah istriku, jadi sudah sewajarnya aku membela mu, kan?" "Hem, kau harus tau, aku sangat bahagia, Oli. Kuharap kau terus

  • Menikahi CEO Philophobia   Semua Karena Gilbert

    Gilbert dalam keadaan geram segera meminta orang kepercayaannya untuk menemui Evelyn dan meminta Evelyn membatalkan kontrak kerja sama dengan Gavin. Namun tak lama kemudian. Evelyn dan Oliver datang dalam keadaan tidak terima sebab menurut mereka Gilbert sudah keterlaluan ikut campur dengan urusan mereka. "Pa, kita harus bicara.""Kalian berdua duduk."Evelyn dan Oliver duduk dengan kemarahan yang tertahan. Tak mengerti kenapa Gilbert sangat tidak setuju dengan kerja sama Evelyn dah Gavin. Padahal semuanya susah sesuai prosedur dan perusahaan Gavin juga terbukti telah berhasil selamat dari ancaman kebangkrutan dan mulai berjaya lagi. "Kalian tahu, kan, bahwa kalian tidak memiliki hak untuk menolak permintaan Papa."Oliver kelihatan sangat kesal, dia berdiri lalu menantang papanya dengan tatapan tajam. "Papa punya alasan?" "Oli, duduklah, kau tidak boleh begitu di depan papamu," pinta Evelyn. "Tidak, Eve. Ka

  • Menikahi CEO Philophobia   Ancaman Gilbert

    Kedatangan Evelyn ke rumahnya membuat Arabella kepikiran. Jadi, rupanya sosok Gilbert bukan hanya menyebalkan, dan jahat di matanya saja, melainkan di depan anak dan menantunya? "Ah, aku lupa, dia adalah ayahku." Ara berdesis sebelum akhirnya dia duduk di depan meja kerjanya. "Jadi, dia juga mengucilkan Evelyn karena Evelyn belum punya anak?" Ara teringat waktu Evelyn berkata, dia dikucilkan. Sebab selama berumah tangga kurang lebih sepuluh tahun, dia belum juga dikaruniai keturunan. Setahu Evelyn, Gilbert ingin sekali memiliki cucu. Dia ingin sekali punya cucu perempuan. "Tidak, aku tidak akan biarkan laki-laki tua yang sudah menghancurkan hidup ku dan ibu, juga hendak merenggut kebahagiaan putriku?" "Aku pulang, Sayang..." "Gavin." Ara berdiri, dia langsung menghambur ke arah suaminya yang baru pulang dari bekerja. "Akhirnya kau pulang, Sayang." "Hem, tentu saja. apa kau menungguku?" "Ya, tentu saja ak

DMCA.com Protection Status