Home / Romansa / Menikahi Billionaire Bodoh / 22. Alat Tes Kehamilan

Share

22. Alat Tes Kehamilan

Author: Rizu Key
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Mbak, tolong buka!" teriak Kasih sembari mengetuk-ngetuk pintu dari dalam.

"Mbak!" teriak gadis itu lagi.

Karena tak ada jawaban, Kasih pun terdiam. Gadis itu mengamati keadaan di dalam gudang. Lalu dia mendengar suara dari luar pintu.

"Siapa pun di sana, tolong keluarkan aku!" teriak gadis itu lagi.

"Maaf, Mbak. Tapi saya ....." Sang OB yang diberi ancaman oleh Vira mendekati pintu. Sebenarnya dia tak tega. Namun dia juga takut dengan keberadaan Vira yang selalu menindas orang seperti dirinya.

"Tolong buka, Mas. Aku harus segera kembali. Pak Xavier sudah menunggu," pinta Kasih.

Pria yang merupakan salah satu office boy di kantor tersebut mulai gelisah.

Sementara itu, Vira berjalan dengan penuh percaya diri menuju ke ruangan direktur. Wanita itu selalu menjadi pusat perhatian karena kecantikan dan tubuhnya yang seksi. Dia kini akan kembali mendekati sang atasan yang terkenal dingin dan arogan.

'Hari ini aku akan mendapatkannya,' gumam Vira yang kemudian mengusap bibirnya dan mengoles
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menikahi Billionaire Bodoh   23. Hasil Tes Kehamilan

    "I-ini benar, kan?" Kasih masih menatap alat tes kehamilan di tangannya. "Ya Tuhan ...." Gadis itu tiba-tiba bersimpuh. Ia mulai menitikkan air matanya.Di dalam kesunyian malam itu, Kasih menangis sembari menggenggam erat alat tes kehamilan yang dia beli secara sembunyi-sembunyi."Syukurlah aku nggak hamil ... Tapi ...." Gadis itu terdiam sejenak. "Kenapa aku belum datang bulan juga?" gumamnya.Kasih mengusap air matanya. Kelegaan terasa memenuhi rongga dadanya. Hasil tes yang menunjukkan negatif membuat dia tenang. Setidaknya tak akan ada yang curiga padanya. Dan tentu saja Kasih tak akan semakin merasa bersalah karena seolah memanfaatkan kebodohan suami billionaire-nya.Gadis itu segera keluar dari kamar mandi sembari menyembunyikan alat tes kehamilan di dalam sana. Ia akan membuangnya nanti ketika Xavier tak sedang bersamanya.Saat pintu kamar mandi terbuka, Xavier langsung meletakkan bukunya dan ia melompat turun dari atas kasurnya yang empuk. Membuat Kasih terkejut akan kemuncu

  • Menikahi Billionaire Bodoh   24. Makan Malam Berakhir Kacau

    Malam itu ada undangan makan malam dari Kakek Wibowo untuk cucu-cucunya. Kasih pun akan ikut serta ke mana pun suaminya berada. Kini ia lagi-lagi duduk satu meja dengan pria tua yang masih memiliki kharisma."Jadi bagaimana perkembangannya, Kasih?" tanya Wibowo di sela-sela makan malam mereka.Kasih yang baru saja melamun, menatap wajah Kakek Wibowo. "Ah. Ya ... Seperti ini, Kek. Xavier masih belum bisa mengingat apa-apa.""Tidak apa-apa, Kasih. Keberadaan kamu di sampingnya sudah sangat membantu. Hanya saja kasus kecelakaan itu masih saja belum menemukan titik terang. Bagaimana ini, Jer?" tanya Wibowo beralih menatap cucunya yang lain.Jeremy menatap Kasih sebelum menoleh menatap kakeknya. "Yah ... Aku belum mendapatkan laporan lagi, Kek. Sepertinya akan sangat sulit menemukan pelaku. Apa lagi Johan juga menghilang dan mayatnya tidak ditemukan," paparnya.Wibowo menghela napas panjang. "Begitu, ya? Hahhh. Semoga cepat tertangkap. Apa lagi ...." Pria tua itu menggantungkan kalimatnya.

  • Menikahi Billionaire Bodoh   25. Kesaksian Kasih

    Gegas gadis cantik berambut panjang itu dibawa ke rumah sakit. Kini dia mendapatkan perawatan dan tinggal menunggu sadar."Sisi kenapa, Dokter? Sisi kenapa? Sisi kenapa?" Xavier bertanya dengan hebohnya sembari mengguncang-guncangkan tubuh seorang dokter yang tadi menangani Kasih."Tenanglah, Xavi." Wibowo menarik cucunya sehingga pria tampan itu melepaskan genggamannya.Sang dokter pria mengendurkan otot-ototnya yang baru saja digenggam begitu erat oleh pria kekar tersebut. Ia merasa takut sekarang karena Xavier seolah ingin memburunya dengan tatapan tajamnya itu."Nona Kasih mengalami keracunan. Sepertinya ada makanan atau minuman yang mengandung racun yang telah dikonsumsi," jelas dokter pria tersebut."Apa? Racun?" tanya Wibowo seolah tak percaya. Padahal ia yakin di restoran yang ia sewa merupakan restoran terbaik di kotanya."Iya, Tuan. Saya sudah memeriksanya dan memang benar Nona Kasih mengalami keracunan. Tapi beruntungnya racun itu tidak banyak," jelas dokter itu lagi.Xavie

  • Menikahi Billionaire Bodoh   26. Milik Xavi!

    Xavier segera melompat turun dari sofa, larut dalam kecemburuan dan meluapkan rasa marahnya, menghampiri Jeremy yang sedang mendekati Kasih."Jangan sentuh Sisi! Sisi itu milik Xavi! One and only milik Xavi!" geram Xavier sambil menatap tajam sepupunya itu.Ia menarik Kasih ke dalam pelukannya, berusaha melindunginya dari pria yang tak diinginkannya itu."X-Xavi...sesak..." keluh Kasih lemah. Apa lagi ia yang baru saja sadar, merasakan tubuhnya yang terlalu lemas diremas oleh pelukan Xavier yang terlalu kuat.Di dalam hati Xavier, ada perasaan campur aduk antara marah dan ingin melindungi gadis yang selalu merawatnya itu. Perasaan yang bahkan pria bocah itu tak mengerti."Husss, husss. Jauh-jauh kamu dari Sisi!" perintah Xavier sambil mengibaskan tangan kanannya pada Jeremy."Ya, ya. Aku tahu apa yang ku lakukan. Tapi lihat, Kasih kesulitan bernapas jika kamu memeluknya seerat itu," balas Jeremy dengan sinis, seolah menegur perilaku Xavier yang terlalu overprotektif dan kekanakan.Xav

  • Menikahi Billionaire Bodoh   27. Tolong, Sisi (18+)

    Kasih sudah boleh dibawa pulang. Gadis cantik itu kini semakin mendapatkan perhatian khusus dari Tuan Muda posesif yang manja."Sisi ...." panggil Xavier yang kemudian ikut duduk di samping istrinya."Ada apa, Xavi?" tanya Kasih sembari menatap wajah tampan suaminya."Xavi pengen jadi suami betulan buat Sisi," jawabnya dengan wajah polos yang menggemaskan.Kasih mengernyitkan keningnya. "Maksudnya?""Nggak ada maksud apa-apa, sih. Cuma ... Katanya kalau suami istri itu harusnya olahraga malam," ucapnya."O-olahraga malam ...?" Kasih kaget mendengarnya. Pikirannya langsung tertuju pada hal-hal yang berbau dewasa."Iya." Xavier mengangguk dengan yakin. "Tapi masa malam-malam harus olahraga?" gumamnya.Kasih menghela napas lega. Setidaknya suaminya masih berpikiran polos. Entah bagaimana nantinya jika Xavier benar-benar paham dari ucapannya sendiri. Ia belumlah siap.*Sore itu Xavier terlihat ceria. Pria itu berdendang riang sembari menata pakaian ganti untuknya dan Kasih."Xavi, aku bi

  • Menikahi Billionaire Bodoh   28. Insiden Kamar Mandi (18+)

    "Apa itu?" gumam Xavier ketika ingatan buram yang menggairahkan itu muncul kembali. Kepalanya terasa sakit dan ia menatap ke arah Kasih yang masih telanjang bulat.Dengan kesadarannya, Xavier menarik selimut untuk menutupi tubuh polos istrinya. Lalu pria itu ikut berbaring dan merasakan sesak di dadanya."Ahhhh." Ia mendesah pelan dengan gejolak yang tak ia ketahui.Xavier memejamkan kedua matanya sejenak dan merasakan sensasi panas yang seolah membakar dirinya.Pria itu kemudian kembali membuka kedua matanya dan menatap ke arah Kasih yang sudah tak sadarkan diri. Perlahan ia mendekati tubuh Kasih dan mulai menyibakkan selimutnya lagi."Sisi ... Kenapa Xavi ingin menyentuh tubuh Sisi ...." gumam pria itu dengan tatapan mulai berkabut.Xavier mendekati Kasih. Tangannya bergetar ketika hendak menyentuh dada sintal itu. Rongga dada Xavier bergemuruh seolah ingin melahap gadis yang masih memejamkan kedua matanya."Sisi ...." Dengan kesadaran yang tak sepenuhnya, Xavier mulai menyentuh tub

  • Menikahi Billionaire Bodoh   29. Sikap Aneh Xavier

    "Kamu tahu kan kalau kamu nggak boleh memberi tahu siapa pun?" tanya Wibowo."Tapi, Kek. Saya sama sekali nggak pernah memberi tahu siapa pun di kantor ini," ucap Kasih membela diri."Lalu siapa? Kakek dengar dari orang-orang yang bekerja di sini mereka bilang bahwa kamulah yang mengatakannya," papar Wibowo dengan tatapan kecewa.Kasih membulatkan kedua matanya. "Tapi saya bersumpah saya tidak pernah melakukannya, Kek. Janji adalah janji ...." Wibowo sudah terlihat kecewa. Namun pria tua itu masih menunjukkan ketenangan. "Kalau begitu kita dengarkan kesaksian dari beberapa karyawan di sini," tuturnya.Tiga orang perwakilan dari karyawan Zeen Corporation dipanggil memasuki ruangan. Mereka menghadap ke arah Wibowo dan berdiri di belakang Kasih.Gadis cantik itu pun harus menoleh untuk menatap wajah ketiga orang karyawan yang tak dia kenal. Namun, pernah berpapasan dengannya beberapa kali saat bekerja."Jadi, katakan padaku siapa yang memberi tahu kalian soal berita Direktur Xavier?" ta

  • Menikahi Billionaire Bodoh   30. Membujuk Bayi Besar

    Pria itu kemudian menoleh menatap Kasih. Wajahnya terlihat memerah. "Apa? Ada apa?" tanya Kasih bingung. "Sisi ... Sisi mau nggak hamil anaknya Xavi?" Ckiiit! Sang sopir menginjak rem secara mendadak dan membuat beberapa pengendara marah. Pertanyaan Xavier tak hanya mengagetkan sopir pribadi pria itu, tapi juga Kasih. "Pak Sopir, hati-hati!" protes Xavier kesal. Padahal dirinya lah yang membuat sang sopir menghentikan mendadak mobilnya. Kini Xavier mengusap-usap keningnya yang terbentur bagian belakang kursi. Kasih pun juga melakukan hal yang sama. "Maaf, Tuan ...." Pria paruh baya itu segera melanjutkan perjalanan. Saat mobil kembali melaju pelan, Xavier menatap wajah istrinya lagi. Kasih yang kaget bergantian memalingkan wajahnya. Ternyata sejak tadi pria itu memikirkan hal tersebut. Bukannya khawatir karena amnesia pria itu diketahui banyak orang kantor. "Jawab, Sisi ... Kita kan suami istri. Jadi mau nggak?" Xavier bertanya dengan polosnya. "Astaga ...." Kasih h

Latest chapter

  • Menikahi Billionaire Bodoh   110. Undangan

    Beberapa hari telah berlalu. Di kediaman Xavier dan Kasih sudah mulai kembali tenang. Kali ini Xavier tak akan membiarkan siapa pun menyentuh keluarganya."Kakek dengar kamu diculik, Kasih. Bagaimana keadaanmu?" tanya Wibowo di sela-sela makan malam yang diadakan di kediaman Xavier."Aku baik-baik saja, Kek," sahut Kasih sembari tersenyum."Benarkah?""Iya. Kakek jangan khawatir. Xavi selalu menjagaku dengan baik. Bahkan pelakunya sudah ditangkap," jawab wanita cantik itu."Syukurlah kalau begitu." Wibowo terlihat lega mendengarnya. Pria itu kemudian menatap sang cucu."Kakek tidak perlu khawatir. Orang-orang yang telah berani menyentuh Kasih sudah berada di tempat yang benar," ujarnya dengan tatapan tegasnya.Wibowo mengangguk. "Kakek percaya padamu, Xavier. Kamu ternyata benar-benar mirip dengan ayahmu. Sampai akhir hayat pun William melindungi ibumu dengan baik. Meski akhirnya takdir berkata lain dan Tuhan mempersatukan mereka di tempat yang baru," paparnya teringat dengan sang put

  • Menikahi Billionaire Bodoh   109. Menyentuhmu [21+]

    Xavier pulang dari kantornya dengan ekspresi lesu. Pria itu langsung mencari sang istri yang tengah duduk di taman belakang, menikmati suasana sore yang indah."Sayang," panggil Xavier yang berjalan mendekati istrinya."Ah ... Xavi ...." sahut Kasih dengan senyuman cerah yang langsung menghangatkan hati sang pria dingin."Aku mencarimu, ternyata kamu di sini," ucap pria tampan itu yang kemudian duduk di sebelah Kasih."Aku hanya sedang menikmati waktu senggang ku, Xavi. Dan kamu sudah mandi?""Kenapa? Apa kamu mau memandikanku?" goda Xavier. Pria itu kemudian memeluk dan mencium pipi Kasih dengan lembut."Haha. Kamu kan sudah besar, Xavi.""Iya, iya. Aku sudah besar. Dan sebentar lagi aku akan memiliki anak denganmu," bisiknya sembari mengusap lembut perut Kasih yang terasa semakin membesar."Iya. Semoga anak kita sehat, ya, Xavi?""Aamiin."Kasih menoleh menatap wajah suaminya. "Tapi sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terlihat murung?" tanyanya sembari mengusap pipi Xavier d

  • Menikahi Billionaire Bodoh   108. Masih Ada yang Mengganggu

    Kejadian penculikan tersebut membuat Xavier semakin posesif pada istrinya. Pria itu kini meminta orang kepercayaannya untuk mengawasi Kasih di mana pun wanita itu berada."Pokoknya jangan sampai kalian mengalihkan perhatian kalian dari istriku! Kalian harus bisa melindunginya! Aku juga sudah membayar kalian untuk bekerja dengan benar!" tegas Xavier sebelum pria itu memasuki mobilnya."Baik, Tuan," jawab dua orang bodyguard yang diberi tugas dengan patuh."Xavi ... Apakah masih lama?" tanya Kasih yang sudah duduk menunggu di dalam mobil."Ah. Tidak. Aku segera ke sana," ucap Xavier. Lalu pria itu kembali menatap kedua bodyguard-nya. "Dan satu hal lagi. Tangkap orang yang bekerja sama dengan perempuan kurang ajar itu!""Baik, Tuan."Setelah mendengar jawaban dari dua bodyguard-nya, Xavier segera masuk ke dalam mobil. Pria itu akan memastikan istrinya baik-baik saja saat tiba di kampus. Untuk sementara, Xavier masih mencari keberadaan pelaku lain di balik penculikan istrinya. Setidaknya

  • Menikahi Billionaire Bodoh   107. Berhasil Selamat

    Kasih mencoba melepaskan ikatannya. Sejak tadi ia tidak melawan karena takut pada keadaan kehamilannya. Namun ternyata Arina memilih nekat."Jangan macam-macam!" seru Kasih."Kenapa? Kamu takut? Nyatanya suami kamu nggak dateng, tuh. Lagian ... Siapa juga yang mau sama cewek bekas," cela Arina merendahkan sepupu tirinya lagi."Ughhh ...."Gadis itu berjalan semakin mendekat. Saat itu juga, tanpa mereka berdua sadari, datanglah segerombolan orang."Berhenti di situ!" Suara tegas dan dingin itu terdengar dari arah pintu masuk.Xavier datang tepat waktu. Pria itu pun berlari menerjang Arina dan berhasil menjauhkannya dari Kasih yang masih terikat."Argh!" Arina memekik kesakitan saat tubuhnya yang lebih kecil didorong dengan kuat. Lalu datanglah beberapa orang lagi yang mulai menangkapnya."Lepas!" teriaknya mencoba melepaskan diri.Sementara Xavier berhasil melepaskan istrinya dan segera menggendong wanita itu dengan kedua tangannya."Bawa dia dan kita akan memberikan hukuman yang setim

  • Menikahi Billionaire Bodoh   106. Kasih Diculik

    "Tahan Nona Kasih dan mintalah orang di rumah untuk membawakan mobil lain ...." pinta sang sopriypribadi Xavier. Dari suaranya terdengar ia sedang kesakitan."A-apa?! Jadi yang barusan ...." gumam sang bodyguard mulai panik. "Sial!" umpatnya."Selamatkan Nona Kasih ...." ucap sang sopir lagi."Baiklah. Kamu juga bertahanlah dan minta bantuan yang lain. Aku akan segera menghubungi yang lainnya untuk mencari mobil itu dan menyelamatkan Nona!" serunya.Setelah mendapatkan laporan tersebut, mereka segera mencari keberadaan mobil sang Nona Muda. Laporan pun terdengar sampai ke telinga Xavier dengan cepat."Berengsek! Aku tidak akan mengampuni siapa pun yang melukai istriku! Segera tangkap orang itu!" titah Xavier dengan amarah yang memuncak.Pria tampan itu segera bangkit dari tempat duduknya untuk ikut mencari keberadaan Kasih. Beberapa anak buahnya pun dikerahkan untuk mencari keberadaan mobil yang ditugaskan untuk menjemput sang istri."Sialan! Bagaimana bisa kalian kecolongan seperti i

  • Menikahi Billionaire Bodoh   105. Jangan Biarkan Pulang

    "Sisi, ini hari terakhir kamu ujian, kan?" tanya Xavier saat dia dan Kasih sedang bersiap di dalam kamar."Iya. Kenapa?" tanya wanita itu sembari mengepang rambutnya yang panjang dan hitam.Xavier berjalan mendekat. Pria itu kemudian berlutut di samping sang istri yang sedang duduk di depan meja rias."Nanti malam kita makan di restoran biasa, ya?" ajak pria itu dengan senyuman lembut yang memesona.Kasih segera memasang pita merah muda di ujung rambutnya. Wanita itu pun tersenyum tak kalah manis. "Iya.""Bagus." Xavier meraih tangan sang istri dan menempelkannya pada salah satu pipi. Diciumnya telapak tangan yang halus itu dengan lembut."Xavi ... Kamu kebiasaan, deh," protes Kasih merasa geli. Ada rasa basah di telapak tangannya."Memangnya kenapa? Aku hanya melakukan ini denganmu," sahut Xavier yang kemudian mencium punggung tangan istrinya."Dasar, Om!" ejek wanita itu.Salah satu alis Xavier terangkat. "Apa maksudmu meledekku lagi, ha? Apa kamu sengaja mau dihukum pagi ini dan ng

  • Menikahi Billionaire Bodoh   104. Pertengkaran

    "Tapi harganya ...." gumam Kasih, tak bisa berhenti memikirkan harga perhiasan yang baru saja diberikan suaminya. Dia merasa takut karena perhiasan itu terlalu mahal baginya.Xavier hanya terkekeh melihat reaksi istri kecilnya yang terlihat begitu lucu dalam kebingungan. "Jangan khawatir, Sayang," ujarnya dengan lembut. "Aku tidak akan jatuh miskin hanya dengan membelikanmu kalung dan anting ini. Lagi pula, perhiasan ini sebenarnya tak ada apa-apanya dibanding jasamu yang telah menyelamatkan nyawaku sebanyak dua kali."Terbayanglah dalam benak Kasih saat ia memberanikan diri menolong Xavier dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Serta saat ia dengan nekat merebut racun pada minuman Xavier dan meneguknya."Tapi aku ikhlas melakukannya ...." sahut Kasih. Dia tak suka jika suaminya hanya berbuat baik karena ingin membalas budi saja."Iya, aku mengerti. Jadi jangan sungkan, Sisi. Mintalah padaku apa pun yang kamu mau. Aku pasti akan menurutinya," ucap Xavier sembari memeluk Kasih

  • Menikahi Billionaire Bodoh   103. Membeli Hadiah

    "Jadi ... Kita mau ke mana?" tanya Kasih saat dalam perjalanan pulangnya dari kampus. Sang suami dengan sengaja menjemputnya."Ikut saja," jawab Xavier dengan sebuah senyuman misterius.Kasih menaikkan kedua alisnya. "Baiklah. Aku akan menurut saja," sahutnya.Mobil membawa keduanya ke sebuah toko perhiasan terbesar di kota. Kasih menoleh menatap sang suami saat mobil sudah mulai memasuki area parkir."Beli perhiasan?" tanya Kasih.Xavier menjawab dengan anggukan. "Ya. Ayo!" ajaknya sembari mengulurkan tangannya.Pasangan itu kembali menjadi pusat perhatian ketika berjalan memasuki toko perhiasan. Sambutan hangat pun diterima mulai dari pintu depan."Salamat datang, Tuan dan Nona," sambut sang manajer toko."Hm." Xavier membalas dengan anggukan."Silakan. Ada yang bisa saya bantu?" ucap pria berusia sekitar empat puluh tahunan itu dengan ramah."Aku mau membelikan perhiasan untuk istriku," jawab Xavier yang seperti biasa, selalu tegas dan dingin pada orang lain."Anda tepat sekali dat

  • Menikahi Billionaire Bodoh   102. Tekad Menebus Dosa

    Sebuah helaan napas terdengar dari mulut Xavier. Dia sadar bahwa sudah tidak ada jalan keluar selain jujur pada kakeknya."Itu benar, Kek," ucapnya dengan suara yang berat, tanpa berani menatap bola mata Wibowo yang tajam. Dia tahu betul bahwa kebenaran ini akan melukai hati kakeknya. Tapi, apa daya? Xavier tak ingin terus menyimpan rahasia dan berbohong pada orang yang telah membesarkannya semenjak kedua orang tuanya tiada.Sementara itu, Wibowo tampak kaget mendengar pengakuan dari cucunya. Namun, pria tua itu mencoba untuk tidak kehilangan kendali dan berusaha tetap tenang di hadapan Xavier."Jadi, apa yang sebenarnya terjadi dan di mana wanita itu? Apa benar dia kekasihmu?" tanya sang kakek lagi terdengar pilu.Xavier lagi-lagi menghela napas. Pria itu menatap layar tablet sang kakek lalu menggeser pada foto sprei yang terdapat noda merah."Dia bukan kekasihku ... Di waktu itu ...." jawabnya.Kedua alis Wibowo saling bertaut. "Apa maksud kamu?"X

DMCA.com Protection Status