"Assalamualaikum Qia pulang," teriak Qia sambil membuka pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam sayang bisa gak sih gak usah teriak-teriak, bisa pecah nih telinga mama," ujar Sinta Maharani mama Qiana sambil menjawab salam anaknya.
"Hehehe maaf ma," ujar Qiana.
"Kamu dari mana aja Qia, kok jam segini baru pulang? nomornya juga gak aktif," tanya Erik Widjaya papa Qiana.
"Maaf Pa tadi ban motornya Qia bocor makanya Qia kebengkel dulu, terus baterai handphone Qia habis," jelas Qiana.
"Lain kali Qia harus cek motornya terlebih dahulu dan yang paling penting jangan sampai baterai handphone Qia habis lagi," ujar Papa menasehati.
"Baik Pa, maaf Qia udah bikin Mama sama Papa khawatir," ujar Qia penuh penyesalan.
"Iya sayang, lain kali jangan diulangi lagi ya."
"Iya Ma."
"Qia ke kamar dulu ya Pa Ma," pamit Qia kepada kedua orangtuanya.
"Iya sayang," ujar Mamanya.
Qiana menaiki tangga menuju ke kamarnya, sesampainya dikamar Ia langsung mandi untuk membersihkan badannya.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, Qia segera pergi kemeja makan untuk makan malam bersama orangtuanya.
Suasana dimeja makan menjadi hening, Mama dan Papanya menatap Qiana dengan tatapan yang sulit dijelaskan tidak seperti biasanya.
Selesai makan Qia berdiri ingin membersihkan piring kotor kemudian pergi ke kamarnya.
Belum beberapa langkah Papa memanggilnya "Qia kesini dulu ada sesuatu yang ingin Papa sampaikan."
"Ada apa Pa?" Tanya Qia bingung sambil berjalan kearah Papanya.
"Papa ingin menjodohkan Qia dengan anak temannya Papa," ujar Papa to the point.
"P-papa serius?" Tanya Qia kaget.
"Iya Qia," jawab Mamanya yang datang dari belakang.
"Maaf Qia, dulu Papa pernah membuat janji dengan teman Papa kalau anak Papa perempuan dan anaknya laki-laki, kita akan menjodohkannya."
"Ternyata memang benar dia mempunyai anak laki-laki, dan kita sepakat untuk menjodohkannya," lanjut Papa, jauh di dalam hati sebenarnya Papa Qia juga takut kalau Qia akan menolaknya.
"T-tapi Pa ini terlalu cepat, Qia gak tahu anaknya seperti apa," ujar Qia.
"Qia Mama yakin anaknya baik kok," ujar Mama meyakinkan Qiana.
"Emangnya dia setuju dengan perjodohan ini?" Tanya Qia
Mama dan Papa saling diam, mereka juga gak yakin kalau anak sahabatnya akan setuju dengan perjodohan ini.
"Papa yakin Ia akan menerima perjodohan ini," ujar Papa mantap.
Walaupun Papanya hanya tahu bahwa calon menantunya itu anak yang baik dari cerita sahabatnya.
"Kamu bagaimana Qia?" Tanya Mamanya penuh harap.
"Ma Pa Kasih waktu Qia untuk berfikir dulu."
"Baik Qia, kita harap kamu setuju dengan perjodohan ini, Mama yakin kamu pasti bisa menjadi istri yang baik untuk suamimu," ujar Mama meyakinkan.
"Besok malam mereka akan makan malam dirumah kita," ujar Papa.
"Baik Pa, Qia ke kamar dulu." Lalu Ia pergi ke kamarnya untuk menenangkan pikirannya.
"Farrel kesini dulu Ayah ingin ngomong sesuatu sama kamu," ujar Dimas Pratama Ayah Farrel.
"Ada apa Yah?" Tanya Farrel heran, lalu berjalan kearah Ayahnya.
"Beberapa tahun yang lalu Ayah pernah berjanji dengan sahabat Ayah akan menjodohkan kamu dengan anak sahabat Ayah," jelas Ayah.
"M-maksudnya Ayah ingin menjodohkan Farrel?, Tapi Farrel belum siap untuk menikah Yah" ujar Farrel sambil menahan amarahnya.
"Nak, Bunda yakin kamu pasti bisa menjadi imam yang baik untuk istrimu," ujar Laura Syafira Bunda Farrel menasehati.
"Baik Farrel akan menerima perjodohan ini," ujarnya masih ragu-ragu.
'gak papa gue terima, biar gue juga bisa melupakan Qia' batinnya.
"Baik, besok malam kita akan pergi makan malam kerumah sahabat Ayah," ujar Ayah.
"Baik Yah, Farrel ke kamar dulu," pamit Farrel.
Farrel pergi menaiki tangga menuju kamarnya, lalu ia langsung membaringkan badannya untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau, setelah beberapa menit akhirnya ia pun tertidur.
Di pagi hari, seorang gadis telah bersiap dengan seragam sekolahnya, Ia tidak bersemangat seperti biasanya, ia masih memikirkan tentang perjodohan yang dilakukan oleh Papanya.
"Morning Mama Papa," sapa Qia.
"Morning too Qia, sini sarapan dulu," kata Mama.
"Baik Ma," lalu Qia duduk, dan memakan sarapan dengan lesu.
Mama dan Papanya mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Qia, mereka harap ini adalah keputusan yang terbaik.
"Qia Papa minta maaf ya, kalau kamu gak terima perjodohannya, Papa akan menghargai keputusan kamu," ujar Papa pasrah.
"Papa ini bukan salah Papa, Qia akan menerima perjodohan ini, bagaimanapun Papa sudah berjanji dan Papa tidak boleh mengingkarinya," ujar Qia, bagaimanapun ia tidak mau menjadi anak durhaka.
"Ma Pa Qia berangkat ke sekolah dulu ya, assalamualaikum," pamitnya kemudian mencium tangan kedua orangtuanya.
"Waalaikumsalam hati-hati Qia," jawab orang tuanya bersamaan.
Sesampainya Qia disekolah, ia berjalan ke kelasnya dengan lesu, di dalam kelas ia langsung duduk di kursinya, putri yang melihat Qia menjadi heran dengan sikapnya."Qia lu kenapa?" tanya Putri heran."Gak papa," jawab Qia lesu, kemudian guru mata pelajaran masuk.Setelah beberapa jam pelajaran akhirnya bel istirahat berbunyi, Qia beserta sahabatnya pergi kekantin untuk mengisi perutnya yang lapar."Kalian mau makan apa, biar gue dan Putri yang pesan" ujar Kanaya kepada Qia dan Rania."Samain aja dengan kalian," ujar Qia.Setelah beberapa menit akhirnya makanannya datang, "pesanan datang," ujar Kanaya.Mereka makan sedangkan Qia hanya mengaduk makanannya tanpa memakannya.Putri yang melihatnya tambah heran, "lu kalau ada masalah cerita aja sama gue, jangan dipendam sendiri," kata Putri.Qia melihat kearah Putri, "pulang sekolah gue kerumah lu ya," lirih Qia, Ia rasa dengan bercerita kepada Putri akan membuat pikirannya se
Setelah kepergian keluarga Farrel, Qia selalu memikirkan tentang pernikahannya dengan Farrel.Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran orang tuanya yang menyuruh Qia menikah muda.Ia melakukan solat malam untuk meminta petunjuk agar diberikan jalan yang terbaik untuknya dan agar pikirannya menjadi tenang.Di pagi hari, Qia bersiap untuk berangkat sekolah, ia telah memakai seragam lengkap dengan atributnya."Pagi Pagi," sapa Qia."Pagi juga Qia," respon Papa."Mama mana Pa?" tanya Qia yang tidak melihat keberadaan Mamanya dimeja makan."Mama disini Qia." Tiba-tiba Mama berdiri dibelakang Qiana.Qia terperanjat kaget, "astagfirullah Mama dari kapan Mama dibelakang Qia?, untung jantung Qia gak copot," ujar Qia kaget."Maaf Qia," ujar Mama."Udah mari makan, nanti Qia telat lagi," ujar Papa menengahi.Baru ingin makan, ada tamu yang mengetuk pintu rumah Qia, "siapa sih pagi-pagi sudah bertamu?" Qia merasa kesal
Satu Minggu kemudian, Farrel dan Qia akan segera melangsungkan pernikahan. Kedua insan itu sekarang lagi dilanda kegugupan. "Kamu cantik sekali Qia," puji Clara, sih tukang penata rias. "Makasih Clara," ujar Qia. "Kenapa kamu memutuskan untuk menikah muda Qia?" tanya Clara. "Gue dijodohkan dengan anak sahabat Papa," jawab Qia. "Ternyata nasib kita sama Qia, dulu aku juga dijodohkan oleh Mama dengan anak sahabatnya," lirih Clara. "Terus bagaimana sekarang rumah tangga kamu?" tanya Qia penasaran. "Sekarang kita sudah bercerai, bulan-bulan pertama hubungan kita baik-baik saja, tetapi setelah beberapa bulan sikapnya mulai berubah, apalagi disaat kita sudah punya anak, sikapnya berubah total, Ia sering melakukan kekerasan bahkan Ia selingkuh di belakang aku." Clara menitikkan air matanya disaat Ia ingat dengan masa lalunya. "Kamu yang sabar ya, harus kuat demi anak kamu," ujar Qia menenangkan Clara. "Maaf ya aku curhat," ujar Clara. "Iya gak papa," ujar Qia. "Semoga kamu menjadi
Selesai membersihkan badannya, Farrel pergi ke ruang keluarga untuk menemui orang tua Qia, orang tuanya sudah pulang beberapa jam yang lalu. Sedangkan Qia memasukkan barangnya kedalam koper untuk dibawa ke apartemen. Setelah selesai Ia menyusul Farrel yang terlebih dahulu pergi keruang keluarga dengan membawa kopernya."Kalian mau berangkat sekarang?" tanya Erik."iya Pa." Farrel melihat jam di arlojinya."Ya udah kalian hati-hati ya, jaga diri baik-baik," ujar Sinta."Baik Ma," ujar Qia."Farrel tolong gue bawa barang-barang ini." Lalu Qia memberikan beberapa barang kepada Farrel."Banyak banget barang yang lu bawa." Farrel kaget melihat barang yang begitu banyak."Masih ada dikamar," ujar Qia."Dasar cewek," ujar Farrel."Udah gak usah banyak ngomong." Qia merasa lelah menghadapi Farrel dari dulu sifatnya gak berubah selalu nyinyir."Hm iya," ujar Farrel judes.Mereka pergi ke apartemen Farrel, diperjalan
Setelah tiga hari libur sekolah, akhirnya Qia dan Farrel kembali masuk sekolah, mereka kembali melakukan aktivitas seperti biasanya, Qia dengan sahabatnya begitu juga dengan Farrel, tidak ada yang mengetahui tentang statusnya kecuali Putri.Sesampainya dikelas Qia dan Farrel sudah dihadang oleh para sahabatnya dan memberikan berbagai pertanyaan."Kalian dari mana saja, sudah tiga hari gak masuk?" tanya Rendy."Mana liburnya samaan lagi," ujar Rania."Atau jangan-jangan kalian udah janjian untuk bolos ya?" tanya Kanaya curiga."Bisa jadi juga tu, jangan-jangan kalian menyembunyikan sesuatu dari kita?" Mereka curiga Qia dan Farrel menyembunyikan sesuatu, apalagi mereka libur dan kembali sekolah secara bersamaan.Qia dan Farrel bingung menjawab pertanyaan para sahabatnya, mereka belum siap mengungkapkan tentang statusnya, tetapi para sahabatnya mulai curiga dengan mereka.Putri yang mengerti dengan pikiran Qia dan Farrel pun angkat bicar
Sudah satu bulan mereka berstatus suami istri, hubungan mereka semakin lama semakin harmonis dan rasa cinta semakin besar walaupun mereka saling gengsi untuk mengungkapkannya.Hari Minggu ialah hari yang menyenangkan karena pada hari itu waktunya mereka weekend bersama keluarga, sahabat, pacar, dan sebagainya. Jam sudah menunjukkan pukul 06:30 alarm sedari tadi berbunyi tetapi sepasang suami istri masih tidur sambil berpelukan."Morning," bisik Farrel ditelinga istrinya.Melihat tidak ada jawaban dari sang istri ia menjahili istrinya agar bangun."Udah ih gelii," ujar Qia menggeliat geli."Salah siapa susah dibangunin.""Kan hari Minggu ga papa lah bangun siang.""Lu harus masak untuk sarapan, gue udah lapar.""Lu masak aja sendiri.""Eh ga bisa gitu, lu kan istri gue jadinya lu harus melayani suami.""Lima menit lagi ya.""Ga ada, nanti kalau gue mati kelaparan gimana? nanti lu disalahkan karena ga mau bikin sarapan untuk suaminya, dan lu akan menjadi janda, emangnya lu mau?" tanya F
Tidak jauh dari tempat penjual ice cream terlihat para sahabat Qia dan Farrel, mereka kaget mendengar semua ucapan yang dilontarkan oleh Qia. Qia dan Farrel juga tidak kalah kaget melihat kehadiran mereka."Seriusan kalian berdua udah nikah?""Apa ini alasan kalian beberapa hari yang lalu tidak masuk?""Jelaskan semuanya sama kita."Para sahabatnya mendesak Qia dan Farrel agar menjelaskan semua ucapannya."Itu semua ga benar, tadi gue cuma ngarang aja agar Farrel ga digangguin sama para cewek itu," ujar Qia."Lo ga bohong kan?" tanya Rania."Gue bicara jujur, lagian ga mungkin kan kita punya anak, kenal aja baru beberapa bulan yang lalu.""Kalian kenapa bisa di taman?" tanya Rendy heran."Gue ga sengaja bertemu dengan Qiana di taman," jawab Farrel."Kalian ngapain kesini? Kenapa bisa barengan?" Farrel balik bertanya."Berhubung lagi weekend jadinya kita putuskan untuk pergi ke taman, kita udah nelpon kalian berdua tapi ga kalian angkat.""Oh maaf ga dengar." Qiana tersenyum."Iya lah
Seperti biasa Farrel menurunkan Qiana di halte yang tidak jauh dari sekolah."Eh Qia, ayo bareng gue." Andrian ketua OSIS sekaligus cowok terpopuler disekolah walaupun sekarang Farrel juga populer. Ia sudah lama memendam perasaannya kepada Qiana."Ga usah kak lagian udah dekat kok." Qiana berlari menuju gerbang."Siapa orang yang ngobrol dengan lu tadi?" Farrel ikut gabung dengan yang lainnya."Dia itu Andrian ketua OSIS, ia terkenal dingin dan ga mau berhubungan dengan perempuan kecuali dengan Mamanya dan Qiana. Ia sangat mencintai Qiana tapi Qiana ga pernah membalas perasaan Andrian," jelas Kanaya."Kenapa? Dilihat-lihat Andrian ganteng loh," tanya Farrel heran."Karena Qiana trauma dengan masa lalunya dan ga mau membuka hati untuk orang baru." Putri menatap Farrel tajam."Dia hanya terobsesi dengan gue dan gue malas berurusan dengan para fans fanatiknya." Qiana meninggalkan para sahabatnya, sekarang moodnya sangat buruk."Eh tumben lu dian? Lu habis kalah main lotre ya?" tanya Geri
Qiana dan Farrel merasa lega karena para sahabat mereka sangat mendukung hubungan mereka walaupun para sahabatnya belum tahu Farrel ialah lelaki masa lalu Qiana.Mereka tidak lagi takut memperlihatkan kemesraan mereka didepan para murid SMA Merah Putih."Udah berani mesra-mesraan disekolah," ujar Putri mendekati mereka."Iya dong, mulai sekarang kita resmi pacaran," ujar Farrel."Iya deh yang pacaran setelah menikah," bisik Putri, ia takut kalau ada yang dengar."Iri bilang kawan," ujar Qiana tertawa bahagia melihat wajah sahabatnya berubah masam."Kalian tuh ya makin hari makin menyebalkan, tapi gue keingat persahabatan kita dimasa lalu.""Hust ga usah bahas masalah itu disini takutnya ada yang dengar dan lu harus ingat mereka belum mengetahui tentang masa lalu kita bertiga," ujar Qiana memperingati."Iya Qia. Masuk yuk." Mereka bertiga berjalan beriringan menuju kelas.Dikelas sudah ada Angel yang duduk di samping kursi Farrel, bibirnya mengulas senyuman manis yang bisa membuat siap
Bel pulang berbunyi, para siswa dan siswi SMA Merah Putih berlarian keparkiran untuk pulang kerumah masing-masing setelah setengah hari berada disekolah yang menguras otak mereka."Nanti malam kalian ada kegiatan ga?" tanya Qiana kepada para sahabatnya."Gue sih ga ada, rencananya sih malam ini gue mau nginap dirumah lo karena orang tua gue lagi di Bandung," ujar Kanaya."Ooh ya udah. Nanti malam kalian ke rumah ya, nanti alamatnya gue sharelok. Ada sesuatu yang ingin gue kasih tahu kepada kalian.""Tentang apa? Lo sembunyikan sesuatu dari kita?" tanya Brian penasaran."Nanti malam kalian akan tahu.""Ya udah sampai ketemu nanti malam." Qiana pergi meninggalkan para sahabatnya yang penasaran."Eh Put, lo kan sahabat terdekatnya Qiana, apa lo tahu sesuatu tentang hal yang ingin dibicarakan oleh Qiana?" Mereka sangat penasaran."Kalau kalian ingin tahu jawabannya, nanti malam kalian harus datang kealamat yang di berikan oleh Qiana," ujar Putri.Farrel, Qiana dan Putri sampai ke kerumah F
"Kita lihat kalian makin lengket aja nih, kemana-mana selalu berdua." Para sahabat mereka memergoki Farrel dan Qiana sedang berduaan dikantin."Kita lapar dari pagi belum sarapan makanya begitu bel istirahat berbunyi kita bergegas ke kantin," jelas Qiana."Makanya sebelum berangkat sekolah sarapan dulu," ujar Putri."Karena sahabat lu nih bangunnya kesiangan." Farrel refleks dan memandang Qiana takut.Qiana kaget mendengar ucapan Farrel, Ia menginjak kaki Farrel."Maksud lu gimana? Qiana? Kalian menyembunyikan sesuatu dari kita?" tanya mereka curiga."Aduh perut gue sakit banget." Qiana memegang perutnya, Ia terpaksa berbohong."Eh lu kenapa? Ayo ke UKS." Mereka panik melihat Qiana yang kesakitan, Farrel menggendong Qiana menuju UKS dan diikuti oleh para sahabatnya.Sesampainya di UKS, Qiana diperiksa oleh siswi yang sedang berjaga di UKS."Bagaimana keadaannya?" tanya Farrel kepada siswi yang bernametag Sisil.Qiana mengedipkan matanya kepada Sisil, "magnya kambuh karena telat makan,
"Kita lihat kalian makin lengket aja nih, kemana-mana selalu berdua." Para sahabat mereka memergoki Farrel dan Qiana sedang berduaan dikantin."Kita lapar dari pagi belum sarapan makanya begitu bel istirahat berbunyi kita bergegas ke kantin," jelas Qiana."Makanya sebelum berangkat sekolah sarapan dulu," ujar Putri."Karena sahabat lu nih bangunnya kesiangan." Farrel refleks dan memandang Qiana takut.Qiana kaget mendengar ucapan Farrel, Ia menginjak kaki Farrel."Maksud lu gimana? Qiana? Kalian menyembunyikan sesuatu dari kita? tanya mereka curiga."Aduh perut gue sakit banget." Qiana memegang perutnya, Ia terpaksa berbohong."Eh lu kenapa? Ayo ke UKS." Mereka panik melihat Qiana yang kesakitan, Farrel menggendong Qiana menuju UKS dan diikuti oleh para sahabatnya.Sesampainya di UKS, Qiana diperiksa oleh siswi yang sedang berjaga di UKS."Bagaimana keadaannya?" tanya Farrel kepada siswi yang bernametag Sisil.Qiana mengedipkan matanya kepada Sisil, "magnya kambuh karena telat makan, t
Qiana terbangun, Ia mengucek matanya dan terdiam sejenak mengumpulkan nyawanya, Ia kaget melihat jam sudah menunjukkan pukul 07:15."Bangun Farrel, kita udah telat ke sekolah." Setelah membangunkan Farrel."Kamu mau kemana?" Farrel heran melihat Qiana yang sudah rapi dengan seragam sekolah.Farrel menahan tawa, "lihat diluar masih gelap, baru pukul 12:30 lagian besok hari Minggu.""Padahal tadi aku lihat udah pukul 07:15 dan aku lupa besok hari Minggu." Qiana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Ya udah kamu ganti dulu gih pakaian kamu terus kembali tidur."Setelah mengganti seragam Qiana kembali berbaring di samping Farrel, "tapi aku udah ga ngantuk kalau kamu masih mau tidur, ga papa tidur aja."Farrel tidak tega membiarkan Qiana terbangun seorang diri, Ia berusaha tidak tidur walaupun Ia masih ngantuk."Maafkan aku, aku ga akan bahas masalah itu lagi, jangan diamkan aku seperti ini aku ga sanggup, aku sangat takut kehilanganmu." Farrel menatap Qiana dalam."Hm iya aku juga minta
"Sampai kapan kita sembunyikan tentang pernikahan ini?" tanya Farrel lirih."Kamu ingin memberitahukan kepada mereka semua kalau kita udah nikah? Dari awal kita setuju untuk menyembunyikannya dari mereka, sekarang kenapa kamu ingin kasih tahu semuanya?" "Bukan gitu Qia, aku capek pura-pura didepan mereka, aku ga mau lihat kamu di dekati oleh lelaki lain apalagi Andrian." "Aku cemburu Qia, aku ga mau lelaki lain mendekati kamu, tapi aku ga bisa berbuat apa-apa karena di hadapan mereka kita hanya sebatas sahabat.""Maaf aku belum siap Farrel, aku belum siap mereka tahu hubungan kita, aku takut semuanya terbongkar, aku takut mereka tahu kamu masa lalu aku orang yang sudah meninggalkan aku begitu saja, aku takut mereka kecewa sama kita, aku belum siap mereka pergi menjauh dari hidup aku." "Jujur sebenarnya aku juga bingung berada diposisi ini, aku ingin mereka tahu tentang hubungan kita tapi aku belum siap melihat mereka kecewa.""Untuk sekarang biarlah seperti ini dulu, kita tunggu wa
Seperti biasa Farrel menurunkan Qiana di halte dekat sekolah, "ingat jangan pernah terima ajakan Andrian untuk berangkat bareng.""Hm iya." Setelah melihat situasi sudah aman, Qiana turun dari dalam mobil Farrel dan berjalan menuju gerbang sekolah."Morning cantik, apa kabar? Gue dengar lu kemaren ga sekolah karena sakit, sekarang gimana keadaan lu udah sembuh?" Andrian menghampiri Qiana di parkiran sekolah."Gue udah ga papa."Farrel yang melihat itu merasa emosi tetapi ia berusaha terlihat tenang, ia berjalan mendekati Qiana lalu sengaja mendorong Andrian sehingga terjatuh."Kalau jalan pake mata dong," emosi Andrian."Sorry gue ga lihat ada orang," ujar Farrel."Masih pagi ga usah berantem." Qiana menarik tangan Farrel agar menjauh dari Andrian."Kamu sih ngapain sama dia, aku kan udah bilang jangan pernah berurusan dengan Andrian.""Masih pagi ga usah bikin mood gue hancur." Qiana meninggalkan Farrel.Sesampainya di depan pintu, Qiana menghembuskan nafas untuk mengontrol emosinya.
Matahari sudah terbenam digantikan oleh cahaya bulan dan bintang. Farrel sangat khawatir karena Qiana belum juga pulang."Hallo, lu lihat Qiana ?" Farrel menelpon Putri menanyakan keberadaan Qiana.["Gue ga tahu, gue belum lihat Qia semenjak ia bolos tadi, emangnya sampai sekarang Qia belum pulang?"] Putri khawatir."Belum, gue udah nelpon orang tuanya tapi Qia ga ada disana, gue juga udah nelpon orang tua gue dan sama aja Qia juga ga ada disana."["Kirim alamat lu nanti kita cari Qia sama-sama, jangan sampai lu pergi sendirian."] Farrel memutuskan sambungan telepon secara sepihak.Putri bergegas ke alamat yang sudah dikirimkan oleh Farrel."Gue takut terjadi sesuatu dengan Qia," ujar Farrel lemah."Lu sih pake acara berantem dengan Andrian, udah tahu mood Qiana dari pagi udah buruk.""Sorry, Andrian duluan yang cari masalah dengan gue."Mereka kaget melihat seseorang yang baru saja masuk."Ya ampun lu kenapa bisa seperti ini." Mereka kaget melihat Qia seperti orang linglung dan terci
Seperti biasa Farrel menurunkan Qiana di halte yang tidak jauh dari sekolah."Eh Qia, ayo bareng gue." Andrian ketua OSIS sekaligus cowok terpopuler disekolah walaupun sekarang Farrel juga populer. Ia sudah lama memendam perasaannya kepada Qiana."Ga usah kak lagian udah dekat kok." Qiana berlari menuju gerbang."Siapa orang yang ngobrol dengan lu tadi?" Farrel ikut gabung dengan yang lainnya."Dia itu Andrian ketua OSIS, ia terkenal dingin dan ga mau berhubungan dengan perempuan kecuali dengan Mamanya dan Qiana. Ia sangat mencintai Qiana tapi Qiana ga pernah membalas perasaan Andrian," jelas Kanaya."Kenapa? Dilihat-lihat Andrian ganteng loh," tanya Farrel heran."Karena Qiana trauma dengan masa lalunya dan ga mau membuka hati untuk orang baru." Putri menatap Farrel tajam."Dia hanya terobsesi dengan gue dan gue malas berurusan dengan para fans fanatiknya." Qiana meninggalkan para sahabatnya, sekarang moodnya sangat buruk."Eh tumben lu dian? Lu habis kalah main lotre ya?" tanya Geri