Selena selalu menegaskan bahwa dirinya bukan orang penting di hidup Justin. Hanya karena Justin mencintainya, bukan berarti Selena akan semena-mena dan melarangnya berbuat apa yang ingin Justin lakukan.Sudah tiba di rumah."Terima kasih sudah mengantar saya pulang, Pak Justin. Sampai jumpa besok." Selena keluar dari mobil bosnya itu.Diikuti oleh Justin. Berdiri di samping mobilnya, menatap punggung Selena yang tengah melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya."Ya Tuhan. Kapan aku bisa menjadikan Selena satu-satunya yang ada di hatiku. Jangan kau biarkan aku terus terjebak dalam dua manusia. Aku ingin mengakhirinya. Tolong bantu aku, ya Tuhan," lirih Justin sembari menatap satu Selena yang tengah membuka pintunya.Suara bising mengganggu pendengaran Justin. Matanya membola kala melihat Selena diseret keluar oleh pria yang ada di dalam rumah itu."Pergi dari rumah ini. Ini bukan rumah elo. Elo bukan keluarga gue! Bukan adik gue! Jangan pernah injakkan kaki elo di sini lagi. Elo ...
Justin menaikkan kedua matanya. Tengah mengingat-ngingat kapan terakhir kali ia tinggal di apartemen itu. "Mungkin sudah hampir dua tahun, saya mengosongkan apartemen itu. Kenapa memangnya?" Selena mengembuskan napasnya dengan kasar. "Pantesan! Hhhh!" "Kenapa sih? Ada kecoa? Mana ada, Selena. Apartemen saya itu apartemen paling mahal, hewan sekecil apa pun tidak akan masuk ke dalam sana." "Bukan itu, Pak Justin," ucap Selena dengan kesal. "Lalu, apa dong? Kenapa kamu kayak kesel gitu? Ada yang ajak kenalan?" Selena kembali menggeleng. "Saya memakai sabun mandi yang sudah expired. Huwaaaa!!" Justin mengulum bibirnya menahan tawanya kala mendengar ucapan perempuan itu. "Ya sudah, ya sudah. Sore ini, pulang dari kantor kita ke supermarket. Beli semua keperluan kamu di sana. Sekalian beli stok makanan juga. Buang bahan makanan yang masih ada di sana. Karena sudah pasti semuanya sudah expired juga." Justin mengacak rambut perempuan itu. Selena masih terlihat kesal. Justin lantas men
“Namanya orang lagi patah hati, apa pun terasa hambar. Apa pun malas dikerjakan.”“Seperti mendengar kabar Bu Diandra akan menikah. Sama galaunya saat pertama kali ditinggal pergi olehnya ke luar negeri.”Justin mengusap rambut belakangnya. “Kamu belum dapat informasi mengenai pernikahan mereka, kan?”“Belum lah, Pak. Dicari juga belum. Ketemu sama Pak Andrian juga belum.”“Ngapain ketemu sama Andrian. Tidak boleh!” Seketika Justin mengeluarkan emosinya saat mendengar nama Andrian.“Memangnya kenapa sih? Kenapa Anda terlihat tidak senang pada Pak Andrian? Beliau baik, kok. Orangnya santai, murah senyum dan saya senang dengan karakternya.”Justin lantas menatap dengan tajam wajah Selena. Memperlihatkan kecemburuannya lantaran perempuan itu membahas pria lain di depannya.“Kenapa, Pak Justin? Cemburu ya, bahas pria lain di depan Anda? Begitulah kira-kira kalau orang yang kita cinta, membahas pria lain. Membahas kebaikan orang lain.”Justin memutar bola matanya dengan pelan. “Kamu selalu
Selena tersenyum mendengarnya. Tampak bingung dengan pertanyaan bosnya itu. “Untuk apa, Pak? Hanya sekadar kenalan?”Justin mengangguk. “Sekalian mau kasih tahu, kalau saya mencintai anak bungsunya. Ingin menjadikan dia sebagai istri saya. Siapa tahu papa kamu menyegerakan pernikahan kita.”Selena berdecak kesal. “Pak Justin! Saya belum mau ya, menikah dengan Anda. Beri saya waktu atau Anda bersedia menerima penolakan dari saya? Permanen!”Justin menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Nggak mau. Oke, saya akan menunggunya. Tapi, jangan lama-lama. Nanti keburu expired. Kayak sabun yang kamu kenakan tadi pagi. Nggak enak kan, dipakenya?”“Makanya jangan macem-macem. Pak Justin jangan terlalu berhalusinasi, yaa. Kita belum tentu jo—““Tapi saya sudah yakin kalau kamu jodoh saya.” Justin memotong ucapan Selena.Perempuan itu mengembungkan pipinya kemudian membuang napas. “Terserah Pak Justin aja deh! Saya bukan Tuhan. Mana tahu berjodoh dengan siapa.”Justin menyandarkan punggungnya denga
Ada rasa yang aneh saat Justin bersikap seperti itu. Padahal, Selena sendiri yang menginginkan agar Justin berhenti mengatakan cinta padanya. Selena tidak ingin mendengar bualan mulut buaya Justin. Sebab itu ia meminta Justin agar berhenti.Namun, yang ia rasakan seperti kehilangan. Perubahan Justin membuatnya malah terngiang-ngiang. Selena bingung sendiri. Kemudian mengembuskan napasnya dengan panjang."Oke, Selena! Kamu yang meminta agar Pak Justin berhenti bersikap layaknya hanya aku yang dia cinta. Dia sudah melakukannya. So, kamu tidak boleh merasa ada yang hilang dari Pak Justin."Selena mengingatkan dan menasihati dirinya sendiri."Selena?" Kevin datang dan memanggil perempuan itu.Ia sempat kaget karena sedang melamun. Kemudian bangun dari duduknya dan menyapa Kevin. "Selamat pagi, Pak Kevin. Ada yang bisa saya bantu?""Justin, ada di dalam?"Selena mengangguk. "Ada, Pak. Silakan masuk."Kevin menganggukkan kepalanya. "Terima kasih."Perempuan itu mengangguk sembari mengulas s
Justin mengangguk pelan. “Gue emang brengsek, Vin. Belum berubah, dari dulu hingga sekarang.”“Elo udah mengakuinya kalau elo brengsek. Tinggal diubah aja. Tinggalkan sifat brengsek elo itu. Mulai hidup baru dengan Selena. Cintai dia setulus hati elo. Jangan oleng.“Nyesel datangnya belakangan. Kalau duluan, orang gak akan ada yang patah hati. Dengerin kalau gue ngomong. Ini demi kebaikan elo. Karena Diandra udah nikah, jangan coba-coba elo hancurin kayak ngancurin gue!”Kevin kembali menyinggung masa lalunya. Di mana Justin terus menerus berusaha merusak rumah tangganya. Hingga akhirnya ia sadar dan melupakan Jasmine.Tapi, sekarang malah cinta pada Diandra. Orang yang sedang berusaha berhenti mencintainya.‘Apa jadinya kalau elo tahu Diandra menikah dengan Giandra karena mendengar dari Andrian, elo udah pacaran sama Selena. Nggak mau ganggu hubungan elo. Dan memilih menerima lamaran Giandra.‘Gue harap, semuanya diam. Diandra harus pergi jauh dari elo. Agar kalian sama-sama saling m
Waktu sudah menunjuk angka lima sore.Justin dan Selena sudah tiba di rumah. Perempuan itu membuka blazer dan menyimpannya di sofa dengan tasnya. Mulai packing keperluan Justin selama tiga di hari di Malang dua hari yang akan datang.“Kalau seandainya saya sudah menikah, kamu pasti tidak perlu menyiapkan keperluan saya lagi,” kata Justin sembari membuka jas kerjanya.Melemparnya dengan asal ke atas tempat tidur, kemudian menghampiri selena yang tengah mengemas pakaian miliknya.Selena mengulas senyum tipis. “Tentu saja, Pak Justin. Yang ada nanti saya kena semprot istri Anda kalau berani menyiapkan keperluan Anda.”Justin memudarkan senyumnya. Niat hati ingin memberi kode pada Selena, perempuan itu malah membalasnya dengan jawaban yang tak ingin ia dengar.‘Gak peka amat sih jadi cewek. Aku tuh pengen kamu jawab gini, Selena. Bukannya kamu menginginkanku jadi istri kamu. Ini malah dijawab kena semprot.’Justin geleng-geleng kepala. Kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.“Pa
Justin menundukkan wajahnya. Memulai aksinya dengan mengelabui Selena. Omong kosong itu Justin utarakan agar Selena mau memaafkan dan mau membuka hati untuknya.'Maafkan saya, Selena. Saya sudah berbohong pada kamu. Ini semua saya lakukan agar kamu mau menerima saya sebagai suami kamu. Agar saya bisa segera menghapus perasaan itu ke Diandra. Tolong bantu saya, Selena. Maafkan saya dan menikahlah denganku,' ucapnya dalam hati.Justin benar-benar sudah kehabisan akal. Sampai tega membohongi Selena, mengikuti ajaran sesat Kevin untuk mengelabui Selena hanya karena Justin sudah tak tahu lagi harus berbuat apa."Tapi, Pak. Kenapa bisa secepat ini?" tanya Selena akhirnya bersuara.Justin menelan saliva dengan pelan. "Setiap malam saya selalu merenung, Selena. Memikirkan perasaan Diandra yang saya anggap masih mencintai saya. Saat tahu tadi Kevin bilang kalau Diandra sudah melupakan saya, saat itu juga saya berhenti berharap."Selena tertawa dengan pengakuan Justin. "Bodoh! Satu kata untuk P