"Sekarang kan udah nggak. Kan gue mau nikah, sama Desi. Gimana sih, lo! Si Desi sama Gemma udah cerai, kan?"Kevin menganggukkan kepalanya. "Iyaa. Undang gue, kalau mau nikah sama dia. Jangan lupa, bahagiain dia. Supaya nggak ganggu gue lagi.""Pasti!! Gue akan bahagiakan Desi."Justin tertawa sambil melahap kacang almond. 'Udah mabuk beneran ini anak. Mana mau, gue nikah sama cewek asal masuk goa kayak dia! Mending nyari yang gadis, kalau gak bisa dapetin Jasmine,' ucapnya dalam hati.Kevin mendongakan wajahnya. Kemudian menerbitkan senyumnya dengan lebar. "Sayang ... kok kamu ada di sini? Mau jemput aku pulang, yaa?"Justin menarik tangan Kevin. "Bawa pulang! Dan lakukan apa yang sudah kita rencanakan!"“Jangan ngomong doang! Elo juga harus ikut. Siapa yang akan rekam semuanya, kalau elo nggak ikut! Gimana sih!” sengal perempuan itu kepada Justin.Pria itu lantas mengacak rambutnya. “Tapi, gue nggak mau sampai ketahuan Jasmine. Kalau ketahuan, dia nggak akan mau sama gue!”Perempuan
Hampir lima belas menit lamanya, Desi melakukan permainan sendirian. Dengan Kevin yang meracau jika dirinya tidak bisa melakukannya lantaran menganggap jika Desi adalah Jasmine.Tidak bisa melakukannya karena perintah dokter. Untuk libur dulu, agar kandungan Jasmine kembali pulih.“Sayang, stop. Nanti perutmu sakit lagi. Saya tidak ingin menyakiti anak kita,” lirih Kevin dengan pelan.Desi menghentikan aksinya. ‘Anak kita? Berarti … Jasmine sedang hamil?’ ucapnya dalam hati.Desi menggelengkan kepalanya. Masa bodoh dengan kondisi Jasmine yang sedang mengandung itu.“Sayang … kamu jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja. Hanya sebentar saja. Tidak akan melukai siapa pun,” ucap Desi dengan manis.“Ouuhh!” Kevin yang berada di bawah itu hanya menikmati hujaman yang dilakukan oleh mantan istrinya itu.Seandainya dia tahu, dia pasti akan segera keluar dari kamar itu. Tidak sudi, tidur dengan orang yang sudah menanam penyakit dalam dirinya.Hanya saja, kondisi Kevin sedang mabuk. Bahkan, i
“Ya. Saya tidur dengan dia. Tapi, sumpah demi Tuhan. Saya tidak tahu menau soal ini. Saya dijebak, Andrian. Ada yang menjebak saya!”Andrian menganggukkan kepalanya. “Ya. Saya percaya pada Anda, Pak Kevin. Mana mungkin Anda tega melakukan itu semua pada Jasmine. Anda tidak mungkin mengkhianati Jasmine.”Kevin memijat keningnya. “Semoga Desi tidak bicara apa pun pada Jasmine. Apalagi dengan sengaja, memperlihatkannya.”“Itu yang saya khawatirkan, Pak. Khawatir Bu Desi menjebak Anda dengan cara tidur bersama. Kemudian memberikan video itu pada Jasmine.”Semakin terasa pecah lah otak Kevin. Kembali, pria itu menjambak rambutnya dengan kedua tangannya.“Anda sudah menghubunginya?” tanya Andrian kemudian.“Aaah iya. Alasan menginap di rumah kamu saja. Karena ada kerjaan urgent.”Andrian mengangguk. Sementara Kevin mencoba menghubungi Jasmine. Namun, hingga dering terakhir, perempuan itu tidak menerima panggilan darinya.“Ke mana Jasmine? Kenapa panggilanku tidak diangkat-angkat,” gumam Kev
“Tapi saya ingin. Orang yang sudah melakukan kesalahan memang tidak pernah mau menerima keputusan apa pun. Begitu juga dengan Mas Kevin. Terserah! Jika memang Mas Kevin tidak mau pisah, biar saya saja yang urus semuanya!”Ranti bangun dari duduknya. Memegang kedua tangan Jasmine. Menatapnya penuh dengan memohon.“Jangan ya, Sayang. Mama mohon sekali lagi. Demi Mama. Demi calon anak kamu.” Ranti memegang dengan erat tangan Jasmine.Jasmine menggeleng pelan. “Maafkan saya, Ma. Sekali selingkuh, ke depannya pasti akan selingkuh. Saya nggak mau, Ma. Terlebih, Mas Kevin pernah tertular penyakit kelamin dari Mbak Desi.”Ranti menganga. Pun dengan Edward. Semua tampak terkejut mendengar penuturan Jasmine. Tubuh Ranti seketika menjadi lemas. Tak mampu berdiri dengan tegak.“A—apa?!” Ranti benar-benar tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Jasmine.Kevin terdiam. Hanya diam. Kemudian mengusap air matanya. Air mata penyesalan, kesedihan, semua campur aduk di dalamnya.“Benar-benar keterlalu
Kevin menganggukkan kepalanya pelan. "Untuk apa mencari penyakit, Dok? Saya sudah punya Jasmine. Yang lebih bersih. Bebas dari penyakit aneh itu," ucapnya dengan lemas.Dokter Felix menganggukkan kepalanya. Kemudian, dengan segera pria itu melakukan pemeriksaan kepada Kevin sebelum penyakit itu semakin menyebar dan sulit untuk disembuhkan."Sudah kuduga. Memang benar, penyakit itu berasal dari mantan istri Anda, Pak Kevin. Baru melakukan sekali saja, penyakit itu sudah menempel di kelamin Anda. Belum mandi, yaa? Sisa-sisa cairan Bu Desi saja masih menempel."Dokter Felix geleng-geleng kepala kala memeriksakan kondisi kelamin Kevin."Jadi, penyakit itu menular lagi pada saya?" tanya Kevin setengah putus asa.Dokter Felix mengangguk. "Sedang saya bersihkan. Jangan lupa, minum obatnya. Dan juga ... mandi yang bersih. Di leher Pak Kevin juga ada tanda cinta. Tidak mungkin jika Bu Jasmine yang melakukannya."Kevin menutup matanya dengan tangan kirinya. Menelan salivanya dengan pelan, kemud
Jasmine mengangguk dengan pelan. "Makanya saya ingin Mas Kevin berjuang demi mempertahankan rumah tangganya. Memangnya nggak sakit, mengucapkan apa yang Mama suruh tadi."Ya. Jasmine berkata seperti itu karena titah dari Ranti. Agar Kevin tahu, betapa fatalnya apa yang sudah dia lakukan kepada Jasmine. Berakibat buruk yang sudah dia lakukan itu.Melukai hati Jasmine, dibalas dengan luka yang amat sangat menusuk relung hati. Semua itu Ranti lakukan agar anaknya bisa menjadi lebih baik lagi. Agar Kevin bisa lebih waspada lagi."Maafkan Mama. Mama hanya ingin yang terbaik untuk kalian. Biarkan Kevin merenung. Meratapi semua yang sudah dia lakukan. Dan ... agar jangan bertindak gegabah. Kalau Kevin benar-benar dijebak, kamu mau kan, memaafkan dia?"Jasmine menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Jika memang itu jebakan, saya tidak akan mau memaafkan orang yang sudah menjebaknya. Dia melakukan itu karena pasti ingin rumah tangga saya hancur. Tapi, kalau memang Mas Kevin sengaja melakukannya
Andrian terkekeh pelan. “Nama Desi sudah diblacklist untuk masuk ke rumah ini, Bu Desi yang terhormat!”“Andrian! Kenapa kamu yang menerimanya. Ini nomornya Mas Kevin, kan?”“Ya, benar. Nomor ini memang milik Pak Kevin. Tapi, Pak Kevinnya sudah tidur. Dan Anda … mohon maaf, Anda sudah dilarang masuk ke dalam rumah ini lagi.”“Arrgghh! Kenapa? Kenapa saya dilarang masuk, huh?” tanya Desi kembali.“Karena Anda sudah berani menjebak Pak Kevin.”“Menjebak? Hei! Sudah berapa kali saya katakan pada kalian semua. Saya tidak menjebak Mas Kevin. Dia sendiri yang sudah membawa saya ke hotel. Merangkul saya, masuk ke kamar yang sudah dipesan olehnya.”Andrian menoleh pada Kevin, yang dibalas dengan gelengan kepala oleh pria itu. Andrian mengangguk. Ia memang tidak akan percaya dengan ucapan bualan yang diucapkan oleh Desi.“Begitu? Kalau memang Anda tidak menjebak Pak Kevin, lantas kenapa Anda sengaja merekam adegan tersebut, dan mengirimkannya kepada Jasmine? Bukankah itu semua satu kesengajaan
Kevin lantas segera membuka dokumen tersebut. "Sebentar, Pak. Saya sudah menerimanya. Tapi, belum dibuka."Dengan tergesa-gesa, pria itu membuka amplop tersebut. Kemudian membaca isi surat itu. Betapa leganya hati Kevin kala melihat isi dari surat itu."Sudah diterima, Pak. Apa saja yang harus saya bawa, Pak?" tanya Kevin kepada Roni di seberang sana.Surat tersebut tak lain adalah surat panggilan sidang putusan pengalihan hak asuh Arshi. Yang akan dilaksanakan lusa mendatang."Hanya membawa badan saja, Pak. Tidak perlu membawa apa-apa. Karena semua dokumen sudah saya siapkan. Arshi akan dibawa oleh pihak kepolisian langsung."Serta ibunya juga akan dibawa oleh mereka. Jadi, Anda tinggal menunggu saja di pengadilan lusa. Semoga hasilnya memuaskan, Pak Kevin."Penuturan Roni membuat hati Kevin sedikit lega. Setidaknya, pengobat sakit hatinya bisa disembuhkan walau sedikit. Oleh Arshi yang akan segera kembali padanya."Syukurlah kalau begitu. Tapi, kenapa Anda bisa melakukan itu semua?