Share

Sebelas

Penulis: Bonamija(Mondi)
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-09 11:27:26

Pukul delapan malam, Danu baru saja sampai di rumah. Ia terkejut saat melihat sang istri sudah di rumah terlebih dahulu. Jika pergi kerja membantu memasak di rumah orang lain, Gina akan pulang paling cepat pukul sepuluh malam. Sial, Gina pasti melihat gerobak buah itu ada di depan rumah.

"Kamu kok udah pulang? Emang masaknya nggak banyak?" Danu justru menunjukkan rasa tidak suka jika Gina pulang lebih cepat.

"Kenapa?" tanya Gina yang saat ini sibuk dengan ponsel di tangannya.

Putri sudah tidur sejak tadi pukul 18.30 karena kelelahan. Setelah mandi sore di rumah Arumi, Putri memang tampak mengantuk. Sisa obat dari rumah sakit memang memberikan efek mengantuk. Gina bekerja sambil menggendong Putri di belakang.

"Kamu itu! Suami pulang bukannya disambut malah enak-enakan main ponsel. Emang nggak tahu diri!" Danu kelepasan emosi untuk menutupi kesalahannya.

Danu tahu jika Gina saat ini curiga dengan tingkah lakunya. Salah sedikit saja bisa berakibat fatal. Gina tak akan segan memaki-maki d
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Dua Belas

    Salma mengingat setiap kejadian di masa lalu saat masih menjadi istri Guntara. Kala itu perekonomian mereka memang belum stabil. Guntara masih menjadi pegawai tidak tetap di salah satu bank. Gajinya hanya cukup untuk membayar uang kontrakan dan keperluan Yulianti juga dua adik Guntara. Mereka dulu pernah setuju untuk menunda punya momongan."Saya lupa, Dok. Banyaknya permasalahan membuat saya lupa jika masih terpasang alat kontrasepsi itu." Hanya itu jawaban yang bisa disampaikan oleh Salma.Menyalahkan Guntara dan keluarganya juga bukan solusi terbaik saat ini. Masalah tidak akan selesai dan bahkan Yulianti pasti akan memaki-makinya. Entahlah, Salma bingung bagaimana bisa lupa jika masih ada alat itu terpasang pada rahimnya. Lantas, mengapa Guntara tidak memberikan pembelaan saat Yulianti menuduhnya mandul?"Jadi mau dilepas saja atau bagaimana?" tanya dokter Mira setelah menunggu Salma kembali berbicara."Dilepas saja, Dok. Saya sudah bercerai dengan suami saya," kata Salma tanpa pi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Tiga Belas

    Pertengkaran semalam rupanya masih terbawa hingga pagi ini. Gina jelas tidak akan mengajak berbicara terlebih dahulu. Justru jika Danu tidak cepat menyadarinya, maka wanita berusia dua puluh empat tahun itu yang akan cari tahu. Gina kali ini mulai mengucek satu per satu pakaian.'Apa ini?'Gina menemukan tiket bus dengan jurusan Jakarta-Bandung dalam saku celana jeans Danu. Rasanya tidak mungkin jika mendadak ada tiket itu jika Danu tidak bepergian. Gina langsung memasukkan kertas basah itu ke dalam saku rok yang dipakainya. Danu sejak tadi hanya mengamati apa yang dilakukan oleh sang istri.Setengah jam lebih mencuci pakaian, kini Gina bersiap untuk mandi. Suara Putri membuat Gina gagal mandi. Anak perempuannya sudah bangun dan harus segera diurus. Jika tidak, Putri akan rewel.Gina dengan telaten mulai membujuk sang anak perempuan. Pertama, biasanya Gina akan memandikan Putri lalu mengajaknya sarapan. Namanya juga anak kecil, apa yang dikatan sang ibu belum tentu dipatuhi. Gina bers

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Empat Belas

    Gina menampakkan wajah datar saat ini. Danu bingung ketika sang istri justru mengambilkan makan untuk Putri. Masih pagi, tetapi suasana di rumah kontrakan Danu sangat panas. Lebih tepatnya, Danu yang merasa ketakutan jika Gina tahu sesuatu."Tadi bener, kalo si Sarni cuma ngabarin iuran bulanan aja?" Danu mengekori sang istri dari belakang."Kalo kamu nggak percaya, tanya langsung saja sama Mbak Sarni." Gina malas berdebat dengan sang suami.Mendengar kabar sang suami dan Salma ke puncak saja sudah membuat darah Gina mendidih, ditambah lagi harus berdebat. Lagi pula, bukti sudah di depan mata, tetapi Danu seolah sangat santai. Sikap Danu yang seperti ini sering membuat Gina muak. "Lah? Kok aku yang harus tanya si Sarni. Sarni sama Santi itu sama saja, mereka suka bergosip, bergibah, ngomongongin orang kok di belakang orang lain. Kalo berani coba ngomongnya di depan orangnya langsung," omel Danu pada sang istri karena merasa tidak terima saat ini."Makanya tanya langsung saja sama ora

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Belas

    Aliyah mengembuskan napas kasar saat ini. Penolakan Guntara itu membuatnya kesulitan menjelaskan pada sang mertua. Aliyah sendiri pada akhirnya memutuskan untuk tidak bekerja agar bisa cepat hamil. Akan tetapi, kehamilan yang ditunggu tidak kunjung hadir."Mas ... aku mohon satu kali ini saja kita pergi periksa ke Dokter. Supaya kita bisa tahu di mana letak kesalahannya. Dokter juga pasti akan memberikan solusi jika memang ada masalah pada kita berdua," kata Aliyah berusaha selembut mungkin saat berbicara pada sang suami."Masalah? Masalah apa? Yang jadi masalah itu bukan aku, tetapi ketika aku harus bercerai dengan Salma. Kamu tahu, aku menyesal menceraikannya," jawab Guntara sama sekali tidak nyambung dengan ucapan Aliyah."Kok malah bahas mantan istri kamu, Gun. Kamu itu harusnya ikut saja saat harus memeriksakan kesehatan reproduksi. Jadi, sama-sama tahu bagian mana yang salah atau harus diperbaiki. Ingat, Salma itu mandul, Gun. Lagi, kamu harus tahu, dia pernah jadi simpanan bos

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Enam Belas

    Salma duduk di salah satu warung makan setelah selesai berbelanja. Ia tidak lagi belanja di warung. Gunjingan tetangga kompleks luar biasa mengusik hati dan pikirannya. Bukan takut karena gunjingan itu, tetapi ia memikirkan Guntara.Ya, mantan suami Salma beberapa waktu ini selalu saja datang. Salma merasa risih dengan keberadaan sosok Guntara. Rasa cinta itu sudah hilang dari dalam hati Salma. Ia merasa sangat sakit hati pada sosok mantan suaminya."Mbak, ini nasi pesanannya," kata pelayan warung itu menyajikan sepiring nasi pecel pesanan Salma."Makasih, Mbak." Salma menatap pelayan perempuan muda itu sambil berusaha tersenyum.Salma menikmati sepiring nasi pecel dengan rempeyek teri yang ada di dalam toples. Sambil makan, janda tanpa anak itu memikirkan bagaimana menunjukkan pada orang lain jika dia tidak mandul. Untuk apa sudah melepas alat pengaman kehamilan itu jika tidak ada bukti jika tidak mandul? Salma pun mulai memikirkan banyak hal.'Aku sudah ada Danu, masalahnya dia ngga

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Tujuh Belas

    Danu tidak akan sadar jika istri punya firasat kuat. Benar, suami Gina itu tidak langsung ke pasar untuk membeli buah. Danu pergi ke rumah Salma saat semua orang sedang terlelap tidur."Masuk, Mas, aku sampai nggak tidur dari jam sebelas malam tadi." Salma membuka pintu belakang rumahnya agar tidak banyak tetangga yang tahu.Danu menyimpan gerobak di dekat jalan raya lalu menggemboknya agar tidak dicuri orang. Suami Gina itu menelan saliva dengan susah payah saat melihat Salma memakai baju dinas. Gina tidak pernah memakai pakaian seperti itu. Sebagai seorang laki-laki, Danu tidak bisa menahannya sama sekali."Sayang, sabar ... aku kunci pintu dulu," kata Salma dengan nada mendesah saat sang kekasih menciumi leher jenjangnya.Mereka sudah kelewat batas saat ini, tidak ada selembar pakaian pun yang melekat pada tubuh mereka saat ini. Ya, Danu dan Salma melakukan hubungan layaknya suami dan istri. Danu lupa daratan, sang istri tidak pernah memberikan kepuasan seperti yang diberikan oleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Delapan Belas

    Danu mandi dengan tenang meski melihat wajah Gina tampak biasa saja saat menerima uang itu. Bagi Danu, uang adalah salah satu alat yang membuat rahasianya bersama dengan Salma akan aman. Akan sampai kapan bisa seperti ini? Gina bukan perempuan yang bodoh.Fakta menyebutkan jika Danu tidak berjualan keliling di mana pun. Banyak tetangga yang mengatakan tidak melihat Danu. Lantas, apakah yang Gina pikirkan saat ini? Entah, ia sama sekali tidak punya bukti untuk menuduh sang suami. "Kamu masak apa?" tanya Danu setelah selesai mandi dan merasakan lapar yang luar biasa."Biasalah. Sayur bening, tahu, tempe goreng. Ada telur, kalo mau biar aku gorengkan," kata Gina dengan wajah datar."Kita makan di luar, yuk. Ya, sesekali kita makan di luar," kata Danu dengan lembut pada sang istri.Danu tidak mau jika Gina mendadak curiga dengan uang yang diberikannya tadi. Gina jelas tahu jika gerobak yang biasa dipakai Danu berjualan ada di jalan raya. Gina punya kunci serep untuk gerobak itu. Saat kun

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Sembilan Belas

    Telinga Salma panas mendengar ucapan ibu-ibu muda itu. Ia merasa tidak terima ketika harga dirinya direndahkan. Akan tetapi, memang serendah itu harga diri seorang Salma Utari. Wanita itu tega merusak kebahagiaan wanita lain demi hasrat liarnya."Kenapa wajah kamu sok sangar? Emang yang aku bilang bener 'kan?" tanya wanita itu dengan ketus."Apa maksud kalian ngomong kaya gitu ke aku? Aku bisa laporkan kalian atas tuduhan pencemaran nama baik pada polisi." Salma mengancam salah satu perempuan yang kini berdiri di dekat Gina."Laporkan saja. Aku juga akan melaporkan balik atas tuduhan perzinahan yang kamu lakukan di kampung ini. Gimana?" tanya si perempuan itu membuat Salma sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu.Bagi Salma, perdebatan tidak akan selesai. Lebih baik meninggalkan mereka semua. Lagi pula, bahaya jika mereka tahu apa yang dilakukannya bersama Danu. Bukan hanya Salma yang kena, Danu pun akan kena. Salma pun memacu motornya menuju ke arah rumah."Huuuu ..

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29

Bab terbaru

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Tujuh

    Udara malam menyelimuti rumah kontrakan Danu dengan keheningan yang mencekam. Cahaya lampu jalan yang temaram menyoroti halaman sempit di depan rumah. Angin berembus pelan, mengayun tirai jendela yang dibiarkan terbuka sedikit, memberikan celah bagi cahaya bulan untuk masuk. Aroma tanah basah sisa hujan sore tadi masih tercium samar-samar.'Aku dan Salma sama-sama saling menguntungkan. Aku jelas tidak salah. Gina jauh!' Danu masih membayangkan aktivitas mereka saat di hotel beberapa waktu yang lalu.Danu duduk di kursi kayu tua di sudut ruangan, tangan kirinya memegang gelas berisi kopi hitam yang masih mengepul. Ia baru saja selesai mandi, rambutnya yang masih basah sedikit berantakan, meneteskan air ke kaus oblong yang dikenakannya. Pandangannya kosong, menatap ke luar jendela dengan mata sedikit sayu. Di dalam pikirannya, ada banyak hal yang berkecamuk—tentang Salma, tentang Gina, dan tentang kehidupannya yang semakin rumit.Ada Salma di rumah ini. Setelah kejadian itu, baru sekara

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Enam

    Sepanjang perjalanan menuju rumah, Salma selalu tersenyum. Ia masih mengingat bagaimana permainan Danu semalam. Sangat memuaskan dan Salma hampir kewalahan. Mendadak Salma membandingkan permainan ranjang Guntara dan Danu, lantas senyumnya langsung memudar. Salma baru saja tiba di rumahnya, sebuah rumah minimalis dengan pagar putih sederhana. Malam sudah larut, udara dingin menyelimuti lingkungan sekitar. Langit tampak gelap tanpa bintang, hanya rembulan yang bersinar redup di balik awan tipis. Rasa lelah masih menggelayut di tubuhnya, setelah seharian berada di luar rumah. Namun, belum sempat ia menghela napas lega, langkahnya terhenti.Di teras rumahnya, seorang pria berdiri tegap dengan tatapan tajam yang menusuk ke arah Salma. Guntara.'Ngapain dia di sana!' Salma menggerutu di dalam hati saat melihat Guntara duduk di salah satu kursi yang ada di terasnya.Salma kesal saat melihat sang mantan suami. Entah sejak kapan pria itu berada di sana. Salma tidak melihat mobilnya terparkir

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Lima

    Danu duduk di karpet rumah kontrakan dengan wajah kusut. Asap rokok yang mengepul di ujung jarinya perlahan membaur dengan udara dingin yang masuk dari jendela. Matanya menatap kosong ke arah jendela besar yang memperlihatkan kilauan lampu kota di malam hari. Hujan baru saja reda, meninggalkan jejak basah di trotoar dan jalan raya yang memantulkan cahaya lampu kendaraan yang melintas. Ternyata tidak semudah itu!Di depannya, Salma berdiri dengan tangan terlipat di dada, wajahnya penuh dengan ketegangan. Perempuan itu baru saja mentransfer sejumlah besar uang ke rekening Danu, dan kini menuntut kepastian. Ya, Danu meminta kompensasi atas apa yang diminta oleh Salma. Mereka baru saja beradu argumen dengan Guntara."Apa tidak ada pilihan lain?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Danu tanpa basa-basi sama sekali. "Kita sudah sepakat, Danu," ucapnya dingin. "Aku sudah melunasi hutang-hutangmu. Sekarang giliranmu melakukan bagianmu."Danu menghela napas panjang, membuang sisa rokoknya ke asb

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   54

    "Ck! Udah nggak ada uang lagi. Sepuluh ribu saja sisa uang celengan milik Gina!" Danu melempar celengan dari bahan kaleng yang dulu dibeli oleh sang istri.Gina memang punya kebiasaan memasukkan uang sisa belanja atau sengaja menyisihkan uang dalam celengan yang bisa dibuka. Celengan itu tidak dibawa oleh Gina, entah lupa atau sengaja. Uang dalam celengan itu digunakan Danu untuk bertahan hidup. Namun, perlahan, tetapi pasti uang itu habis. Sementara itu, sudah lebih dari satu bulan, tetapi Danu masih belum memberikan jawaban pasti. Salma mulai kehilangan kesabaran. Setiap kali mereka bertemu, tatapan matanya penuh harap, tetapi Danu hanya terdiam atau mengalihkan pembicaraan. Danu memang sengaja mengulur waktu hingga Gina mengirimkan uang. Namun, harapannya itu sia-sia, Gina tidak mengirim uang itu.Di dalam rumah kontrakan minimalisnya, Salma duduk di tepi jendela, memandangi langit malam yang pekat. Lampu-lampu kota berpendar di kejauhan, tetapi pikirannya berkecamuk. Ia sudah mer

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Tiga

    Sudah hampir sebulan Gina berada di Jerman. Kota Berlin yang dingin dengan langit kelabu menjadi saksi bisu perjuangannya untuk memulai hidup baru. Meski pekerjaannya sebagai pelayan restoran terbilang berat, Gina tetap menjalani hari-harinya dengan tabah. Waktu senggangnya sering ia habiskan di kamar kecil apartemennya untuk video call dengan Putri, anak semata wayangnya yang kini diasuh oleh Reza dan istrinya. Gina sering kali harus menahan tangis karena menahan kerinduan pada buah hati."Bunda, aku di sini baik-baik saja. Aku juga sering diajak Om Reza ke taman kalo sore. Kami sambil makan."Kata-kata yang keluar dari mulut Putri dengan logat cadelnya membuat Gina harus menahan tangis. Ia merindukan sang anak. Hal terberat bagi Gina adalah meninggalkan Putri. Ada rasa bersalah yang luar biasa saat meninggalkan sang anak. Namun, itu harus dilakukan demi masa depan mereka berdua.Saat video call berlangsung, Putri tampak ceria seperti biasa. Anak kecil itu bercerita tentang mainan ba

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Dua

    Langit sore yang suram menambah kelam suasana di salah satu ruangan rumah sakit. Di dalam ruang tunggu VIP, kedua orang tua Aliyah duduk dengan wajah tegang dan penuh amarah. Pak Ridwan, ayah Aliyah, melipat tangan di depan dada, matanya menatap tajam ke arah Yulianti yang duduk di seberang mereka. Sementara itu, Bu Rina, ibu Aliyah, menahan napas dengan dada yang berdegup kencang, mencoba mengontrol emosinya yang sudah hampir meledak.Suasana sangat mencekam, horor. Sebagai seorang ayah, Ridwan jelas tidak bisa menerima apa yang menimpa sang putri. Aliyah adalah anak semata wayang mereka. Mereka menyesal baru tahu jika kehidupan rumah tangga anak mereka tidak baik-baik saja. "Bu Yulianti," suara Pak Ridwan terdengar dingin. "Saya rasa percuma kita terus menunggu. Guntara sudah jelas tidak akan datang. Anda tahu sendiri dia sedang sibuk mengejar perempuan lain, bukan?"Yulianti terdiam. Wajahnya pucat, dan matanya menunjukkan rasa bersalah yang mendalam. Tangannya meremas tisu yang h

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh Satu

    Malam semakin larut ketika Guntara akhirnya tiba di parkiran rumah sakit. Ia mematikan mesin mobilnya dan duduk diam sejenak di balik kemudi. Di luar, lampu-lampu jalanan menerangi aspal yang basah akibat hujan ringan sebelumnya. Udara di dalam mobil terasa pengap, seolah menekan dadanya, namun bukan karena kurangnya ventilasi—melainkan karena beban pikiran yang menghantui."Pada akhirnya semua akan terbongkar dengan sendirinya. Aku muak dengan mereka semua. Mereka diam-diam jahat!" Guntara berbicara seorang diri sambil meremas rambut dengan kasar. Guntara sudah terlalu kecewa dengang sang ibu, Yulianti. Sangat kejam karena telah jahat pada Salma. Mereka sebenarnya tidak ada masalah. Kali ini Guntara merasa sangat menyesal dan perasaan bersalah pada Salma sangat menghantui hidupnya.Guntara menarik napas panjang. Ia tidak tahu apa yang mendorongnya untuk datang ke rumah sakit malam ini. Rasanya ada yang harus ia selesaikan, sesuatu yang tidak bisa menunggu. Aliyah pasti masih ada di

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Lima Puluh

    Suasana senja mulai merayap saat Guntara memarkir mobilnya di depan rumah. Wajahnya terlihat tegang, dengan rahang yang sesekali mengatup erat, menahan kemarahan yang masih membara. Pertemuannya dengan Salma di rumah itu tadi menjadi pemicu. Kata-kata Salma terus terngiang di kepalanya, menambah sesak di dadanya.Guntara bahkan tidak bisa menjawab ucapan Salma. Sang mantan istri sangat menolak ide gila. Menceraikan Aliyah akan ditempuh Guntara agar Salma mau rujuk. Namun, kenyataan berkata lain, Salma menolak mentah-mentah ide itu.'Apa dia juga nggak mikir kalo Danu masih sah secara hukum dan agama sebagai istri Gina? Bahkan Gina rela menjadi tulang punggung.' Danu hanya bisa berbicara dalam hati saja dengan penuh emosi. Namun, pemandangan yang menyambutnya di depan rumah membuat langkahnya terhenti. Yulianti, sang ibu, berdiri di dekat pagar dengan tangan terlipat di depan dada. Wajahnya terlihat kesal, tetapi sorot matanya sangatlah tajam, seperti sedang mempersiapkan konfrontasi.

  • Menikah Lagi untuk Membalas Sakit Hati   Empat Puluh Sembilan

    Pagi itu, Salma duduk di ruang tamu rumahnya yang sederhana. Sebuah jendela kecil di sisi ruangan memancarkan cahaya matahari yang hangat, tetapi tak cukup mengusir rasa dingin yang merayapi hatinya. Ia menatap cangkir teh di depannya yang sudah dingin sejak tadi. Pikirannya kalut, terutama setelah mendengar dari Danu bahwa Guntara mengetahui rencana mereka menikah secara agama. Salma tahu ini akan menjadi awal dari kekacauan yang baru.'Dia itu nggak bosan-bosannya bikin aku susah. Nggak mikir apa, udah punya istri. Dan parahnya istrinya lagi dirawat di rumah sakit!' Salma marah di dalam hati karena ulah sang mantan suami. Danu belum datang pagi itu, seperti biasa akan terlambat lagi. Salma menghela napas panjang, mencoba meredam rasa frustrasinya. Ia tahu Danu bukan sosok sempurna—pengangguran yang hanya mengandalkan kiriman dari Gina, istrinya yang bekerja di luar negeri. Entah kapan Gina akan mengiriminya uang, belum bisa dipastikan. Namun, Salma tetap bertahan. Bukan karena cin

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status