Nora menampar pipi mulus milik Xander, Xander hanya diam saja.
“Xander! Berani sekali kau menikah dengan wanita lain! Kau mengkhianatiku!” teriak Nora marah besar, ia bahkan menangis.“Tuan, Nona Nora masuk dengan sendirinya.” Paul jadi serba salah karena berada di tengah-tengah pertengkaran ini.“Kau keluar!”“Baik, Tuan.”“Hiks! Tega sekali kau menghianati cintaku, Xander! Aku hanya pergi 2 hari, tapi kau malah menyebar berita pernikahan dengan wanita lain,” Nora menantap Xander dengan tidak percaya.“Sayang, kemari. Aku akan menjelaskan semuanya.”“Apa yang mau kau jelaskan! Apa selama lima tahun ini hubungan kita tidak berarti bagimu? Atau karena aku anak yatim piatu? Aku tidak sekaya “wanita itu”. Sehingga kau tega melukai hatiku.” Nora mengeluarkan semua unek-uneknya.“Sayang, dengarkan aku. Sebelum itu aku akan mengobati tanganmu, tanganmu pasti sakit,” ujar Xander dengan suara lembutnya.“Tidak ada yang perlu dijelaskan disini! Kau pengkhianat. Bajingan gila! Aku tidak mau mendengar apapun penjelasanmu. Aku pergi!” Dengan kasar Nora menghapus air matanya lalu bersiap untuk pergi. Dan dengan cepat Xander menahan agar Nora tidak pergi.Xander memeluk Nora dari belakang mencegah agar Nora tidak pergi.“Xander Sayang, ini hanya pernikahan kontrak. Setelah setahun pernikahan, kami akan bercerai. Dan kita akan menikah.” Xander mencoba membuat Nora mengerti.“Benarkah? Kau tidak berbohong untuk memenangkanku, kan?” tanya Nora memastikan, air matanya juga sudah kering.“Aku tidak berbohong, demi Tuhan. Aku hanya mencintaimu, sayang,” ujar Xander lalu Nora menghadap Xander dan memeluknya.“Kalau hanya mencintaiku lalu mengapa kau menerima perjodohan?” tanya Nora dengan manja.“Agar aku bisa menjadi pewaris sah perusahaan. Satu hal yang aku janjikan padamu, sayang. Aku tidak akan mencintainya, aku hanya mencintaimu.” Xander berkata dengan sangat yakin membuat Nora sedikit percaya dengan ucapan Xander.“Jangan berhubungan dengannya! Tidak boleh kontak fisik sedikitpun! Tidak boleh tidur satu ranjang!” ujar Nora membuat Xander menganggukan kepalanya.“Akan kulakukan semua sayang.” Xander berkata dengan serius.“Sering-sering mampir ke rumahku,” ujar Nora dengan manja.“Aku akan tinggal bersamamu.”“Benar, kau tidak berbohong?” tanya Nora memastikan.“Aku janji sayang.” Xander mencium sekilas bibir Nora.“Baiklah, aku izinkan kalian menikah.”“Terima kasih atas pengertianmu, sayang.” Xander langsung mencium bibir Nora dan dengan cepat Nora langsung membalasnya.“Karna aku mencintaimu,” ujar Nora diselah-sela ciuman mereka.“Aku lebih mencintaimu.”Tidak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat, dan tidak di sangka juga sekarang adalah hari pernikahan Xander dan Amelia.Pernikahan yang sangat megah dan mewah yang di hadiri ribuan undangan dan banyak media yang meliput. Tidak mungkin tidak mengadakan pernikahan dengan besar-besaran karena yang menikah adalah cucu pemilik Baker Grup dan cucu perempuan dari Miller Grup perusahaan terbesar yang ada.Amelia memakai gaun pernikahannya, putih dan sangat elegan ketika Amelia memakainya.“Kau sangat cantik Mel, rasanya seperti mimpi melihatmu akan menikah,” ujar Anne membantu Amelia bersiap.“Kau tahu aku selalu cantik,” jawab Amelia dengan percaya diri.“Cih, kali ini aku akan membiarkanmu. Tapi kau benar-benar cantik, sialan. Aku berkata benar.”“Yaya.”Sekarangg Amelia sedang berdiri di depan pintu yang masih tertutup bersama dengan Jacob. Jacob merasa sedih dan bahagia secara bersamaan. Cucunya akan menikah dan pergi mengikuti suaminya.“Pengantin pria memasuki aula pernikahan.” Suara Mc terdengar oleh Amelia dan Jacob.“Sweety pie, sebentar lagi giliran kita.” Jacab memegang tangan Amelia sambil tersenyum lebar.“Baik, Kakek.” Amelia kembali tersenyum pada kakeknya.“Pengantin wanita memasuki aula pernikahan.”Suara sorak-sorak gembira terdengar. Amelia berjalan bersama Jacob menghampiri Xander.“Kuserahkan cucuku padamu, X. Tolong kau jaga dia dengan baik,” ujar Jacob menyerahkan Amelia pada Xander.“Saya akan menjaga Amelia dengan baik, Kek.”Setelah menyerahkan Amelia pada Xander, Jacob pergi ke kursi yang sudah di siapkan.Xander dan Amelia telah melakukan janji suci di hadapan Tuhan. Pernikahan mereka terjadi secara meriah dan kidmat.“Kepada pengantin pria dan wanita di harapkan untuk berciuman!” ujar Mc membuat Xander dengan cepat mencium pipi Amelia dengan angel seolah-olah mereka berciuman.Tepuk tangan kegembiraan yang terdengar jelas di telinga Amelia.Pesta penikahan sudah selesai satu jam yang lalu, terlalu banyak tamu membuat Amelia sangat kelelahan.“Tidak ada malam pertama!” ujar Xander memperingati Amelia.“Iya,” jawab Amelia mengangguk sangat mengerti.“Aku tidak akan pernah menyentuhmu! Walaupun kau istriku. Kau hanya istri di atas kertas.”“Iya saya tahu, sekarang saya sangat lelah. Stop memberi tahu saya hal-hal yang pasti tidak akan saya lakukan. Saya akan tidur di sofa,” ujar Amelia, ia benar-benar sangat kelelahan setidaknya ia tidak mendengar hal yang lebih menyakitkan lagi yang akan keluar dari mulut Xander.“Oke.”Amelia tidak mengeluh karena ini adalah pilihannya, tidur di sofa pun tidak masalah untuknya.“Lelah sekali, aku sangat mengantuk,” ujar Amelia lelah lalu mulai berbaring di atas sofa.“Kau pakai saja selimut, aku cukup bantal,” ujar Xander memberikan selimut pada Amelia.“Terima kasih.”Xander sengaja tidur satu kamar agar tidak banyak pertanyaan dari orang-orang.Di club malam di jam yang sama.“Bagaimana perasaanmu setelah ditinggal menikah?” tanya Louis teman sesama model Nora.“Bangsat, aku ingin mengumpat dan mengutuk dunia!” teriak Nora membuat Louis tertawa.“Kau tidak menangis? sedih? Kau kan ditinggal nikah.”“Sialan! Mereka akan segera bercerai. Jadi untuk apa bersedih untuk hal yang pasti,” jawab Nora dengan percaya diri yang sangat yakin.“Kau yakin? Kau percaya Xander tidak akan memiliki perasaan? Have sex dengan istrinya?” tanya Louis membuatnya mendapat tatapan tajam dari Nora.“Mereka sudah menikah, sudah sah.”“Jangan membuatku ingin membunuhmu malam ini, Loi. Aku mengajakmu kemari untuk bersenang-senang. Bukan mendengar omong kosongmu.” Ancam Nora bukannya membuat Louis takut ia malah tertawa semakin kencang.“Maafkan aku, Nor. Hanya saja aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Xander. benar-benar sesuatu.”“Lupakan itu! Ayo pikirkan cara bersenang-senang saja malam ini.” Nora menatap Louis dan Louis juga menatap Nora.“Ingin bermalam di rumahku? Sambil melakukan hal panas sampai pagi.” tawar Louis membuatnya mendapat tatapan tajam dari Nora.“Kau gila! Mari lakukan itu segara,” jawab Nora lalu mencium ganas bibir Louis.“Sialan, aku sudah berdiri! Bagaimana kita pesan kamar disini saja?” tanya Louis membuat Nora menganggukan kepalanya.“Cepatlah, aku sudah basah!”Louis menggendong Nora dan membawanya ke kamar VIP. Mereka berciuman hingga masuk ke kamar VIP club.“Aku ingin bercinta dengan berbagai gaya.”“Kau akan mendapatkan kepuasanmu, baby. Aku akan membuatmu puas atas pelayanan ini. Keras dan panas.” Bersambung..Holla, ini Lily. Terima kasih sudah membaca cerita Lily.Jangan lupa Subscribe ya!Love, Lily.Sinar matahari masuk di sela-sela jendela membuat Amelia terbangun dari tidurnya. “Beriap-siaplah, kita akan terbang ke Paris,” ujar Xander setelah Amelia selesai mandi.“Kita benar akan ke Paris? Aku masih ada jadwal kuliah,” jawab Amelia menolak untuk berangkat ke Paris. “Hanya formalitas saja. Kau bisa kuliah sambil online.” Xander menjawab tanpa melihat Amelia, ia fokus pada ponselnya.“Baiklah.”Tanpa banyak membuang waktu Amelia dan Xander sudah menaiki pesawat pribadi milik keluarga Baker. Amelia bahkan tidak membawa banyak barang.“Selamat datang di jet pribadi keluarga Baker Dan selamat atas pernikahan Tuan dan Nona,” ucap pilot keluarga berserta pramugari yang akan terbang bersama mereka.“Terima kasih.”“Jika ada yang Anda butuhkan, Anda bisa memanggil saya, Nona,” ucap pramugari membuat Amelia tersenyum dan menganggukan kepalanya.“Iya.”Amelia langsung duduk dan memejamkan matanya, ia sangat mengantuk.“Kau, tidak ada yang ingin kau tanyakan tentang pernikahan ini?” tany
Pukul 7 pagi Xander menyempatkan diri untuk ikut sarapan bersama keluarganya, hanya ada keheningan di meja makan.“kami sudah berencana menikahkanmu dengan Amelia,” ujar Baker kakek Xander di sela keheningan di meja makan.“Aku tidak mau, Kek. Bukannya kakek sudah tahu kalau aku memiliki kekasih?” Xander menolak dengan keras perjodohan gila yang baru saja di katakan oleh Baker.“Putuskan saja kekasihmu itu! Aku tidak suka dengan wanita itu. Dia membawa pengaruh buruk untukmu.”“Nora. Namanya Nora! Bukan wanita itu.” Xander menekan perkatakaannya.“Lupakan itu. Kita sangat berhutang budi dengan keluarga Amelia. Kalau bukan karena keluarga Amelia, keluarga kita tidak akan hidup dengan berkecukupan seperti saat ini. Kedua orang tuanya sudah meninggal. Perjodohan ini adalah satu-satunya wasiat orang tua Amelia. Sudah waktunya kita membalas budi. Kau harus menikah dengan Amelia.” Baker berkata tanpa melihat wajah Xander.“Aku tidak mau! Cucu kakek bukan cuma aku sendiri,” tolak Xander deng
Sementara itu dii mansion keluarga Amelia. Amelia sedang duduk berhadapan dengan pengacara keluarganya. Di sampingnya ada kakek kesayangannya. Amelia masih tidak percaya dengan penuturan pengacara yang baru saja ia dengar. Semuanya seperti mimpi di siang bolong.“Jadi, aku harus menikah dengan pria asing ini?” tanya Amelia sambil menatap foto pria tampan yang diberikan oleh Jill, pengacara keluarga.“Benar, Nona.”“Kau bilang namanya Xander, kan?” ujar Amelia lagi sambil membaca biadata lengkap milik Xander. Usia masih muda dan yang pasti sangat tampan, mana mungkin pria ini mau dengan dirinya. Ah, memikirkannya membuat Amelia pusing. Pejodohan, oh ayolah. Sekarang bukan jama Siti Nur Baya lagi, huh.“Mengapa harus menikah? Wasiat perjodohan di zaman yang sudah sangat modern? Sulit dipercaya.” Akhirnya Amelia mengeluarkan keluh kesahnya.“Walau sulit dipercaya. Kedua orang tua Nona dengan keadaan sadar menulis wasiat ini, Nona,” ujar Jill.“Kau tahu, ibumu dan ibu Xander berteman deka
Setelah Paul memberitahu bahwa kakek memanggil Xander langsung bersiap. Dan dengan malas Xander pergi ke ruang kerja kakeknya.“Kakek memanggilku?” tana Xander masuk setelah mengetuk pintu.“Apa kau sudah mengambil keputusan?” tanya Baker meninggalkan sebentar pekerjaannya. Xander diam mematung sambil menatap tajam kakeknya. “Kalau kau tidak mau menerima perjodohan ini, maka Kakek akan menyerahkan perusahaan pada Sean.” Baker kembali berkata lalu melanjutkan pekerjaannya.“Mungkin Sean lebih baik darimu. Jadi pikirkan jawabanmu dengan baik sebelum menjawab.”Sialan! Xander sangat membenci ini. Dengan susah payah ia membangun perusahaan agar bangun dan menjadi sukses, tapi dengan mudahnya kakek mengatakan akan memberikannya pada Sean jika ia menolak perjodohan.Gila! Xander bisa gila. Lebih baik ia mati dari pada memberikan perusahaan kepada Sean dengan cuma-cuma begini. Tapi di sisi lain Xander juga tidak ingin menerima perjodohan ini.“Aku menerima perjodohan dengan Amelia, Kek,” uj
Amelia telah sampai di rumah Anne dengan membawa pizza kesukaan mereka.“Wah, Pizza. Kau tahu saja, aku ingin makan pizza. Kita seperti memiliki telepati,” teriak Anne girang sambil mengambil alih pizza dari tangan Amelia.“Kau sahabat terbaik.”“Heh! Ayo makan bersama,” ujar Amelia mengejar langkah Anne.“Di mana paman dan bibi?” tanya Amelia ketika mereka sudah sampai kamar Anne.“Mereka belum pulang bekerja.”Amelia dan Anne memakan pizza sambil menonton televisi sesekali mereka bercanda dan tertawa bersama, dan tiba-tiba saja hening.“Ada yang ingin aku katakan padamu,” ujar Amelia membuat Anne langsung menoleh pada sahabatnya.“Uh, merinding. Bisa tidak bicara sesuai suasana, Mel. Astaga,” ujar Anne namun Amelia terdiam.“Apa itu? Kabar baik atau buruk? Kalau kabar buruk aku tidak mau mendengarnya!”“Aku akan segera menikah,” ujar Amelia cepat membuat Anne keselak air liurnya sendiri.“Minum ini.” Dengan cepat Amelia memberikan air minum untuk Anne.“Tidak ada hujan! Tidak ada an
Sinar matahari masuk di sela-sela jendela membuat Amelia terbangun dari tidurnya. “Beriap-siaplah, kita akan terbang ke Paris,” ujar Xander setelah Amelia selesai mandi.“Kita benar akan ke Paris? Aku masih ada jadwal kuliah,” jawab Amelia menolak untuk berangkat ke Paris. “Hanya formalitas saja. Kau bisa kuliah sambil online.” Xander menjawab tanpa melihat Amelia, ia fokus pada ponselnya.“Baiklah.”Tanpa banyak membuang waktu Amelia dan Xander sudah menaiki pesawat pribadi milik keluarga Baker. Amelia bahkan tidak membawa banyak barang.“Selamat datang di jet pribadi keluarga Baker Dan selamat atas pernikahan Tuan dan Nona,” ucap pilot keluarga berserta pramugari yang akan terbang bersama mereka.“Terima kasih.”“Jika ada yang Anda butuhkan, Anda bisa memanggil saya, Nona,” ucap pramugari membuat Amelia tersenyum dan menganggukan kepalanya.“Iya.”Amelia langsung duduk dan memejamkan matanya, ia sangat mengantuk.“Kau, tidak ada yang ingin kau tanyakan tentang pernikahan ini?” tany
Nora menampar pipi mulus milik Xander, Xander hanya diam saja.“Xander! Berani sekali kau menikah dengan wanita lain! Kau mengkhianatiku!” teriak Nora marah besar, ia bahkan menangis.“Tuan, Nona Nora masuk dengan sendirinya.” Paul jadi serba salah karena berada di tengah-tengah pertengkaran ini.“Kau keluar!”“Baik, Tuan.”“Hiks! Tega sekali kau menghianati cintaku, Xander! Aku hanya pergi 2 hari, tapi kau malah menyebar berita pernikahan dengan wanita lain,” Nora menantap Xander dengan tidak percaya.“Sayang, kemari. Aku akan menjelaskan semuanya.”“Apa yang mau kau jelaskan! Apa selama lima tahun ini hubungan kita tidak berarti bagimu? Atau karena aku anak yatim piatu? Aku tidak sekaya “wanita itu”. Sehingga kau tega melukai hatiku.” Nora mengeluarkan semua unek-uneknya.“Sayang, dengarkan aku. Sebelum itu aku akan mengobati tanganmu, tanganmu pasti sakit,” ujar Xander dengan suara lembutnya.“Tidak ada yang perlu dijelaskan disini! Kau pengkhianat. Bajingan gila! Aku tidak mau men
Amelia telah sampai di rumah Anne dengan membawa pizza kesukaan mereka.“Wah, Pizza. Kau tahu saja, aku ingin makan pizza. Kita seperti memiliki telepati,” teriak Anne girang sambil mengambil alih pizza dari tangan Amelia.“Kau sahabat terbaik.”“Heh! Ayo makan bersama,” ujar Amelia mengejar langkah Anne.“Di mana paman dan bibi?” tanya Amelia ketika mereka sudah sampai kamar Anne.“Mereka belum pulang bekerja.”Amelia dan Anne memakan pizza sambil menonton televisi sesekali mereka bercanda dan tertawa bersama, dan tiba-tiba saja hening.“Ada yang ingin aku katakan padamu,” ujar Amelia membuat Anne langsung menoleh pada sahabatnya.“Uh, merinding. Bisa tidak bicara sesuai suasana, Mel. Astaga,” ujar Anne namun Amelia terdiam.“Apa itu? Kabar baik atau buruk? Kalau kabar buruk aku tidak mau mendengarnya!”“Aku akan segera menikah,” ujar Amelia cepat membuat Anne keselak air liurnya sendiri.“Minum ini.” Dengan cepat Amelia memberikan air minum untuk Anne.“Tidak ada hujan! Tidak ada an
Setelah Paul memberitahu bahwa kakek memanggil Xander langsung bersiap. Dan dengan malas Xander pergi ke ruang kerja kakeknya.“Kakek memanggilku?” tana Xander masuk setelah mengetuk pintu.“Apa kau sudah mengambil keputusan?” tanya Baker meninggalkan sebentar pekerjaannya. Xander diam mematung sambil menatap tajam kakeknya. “Kalau kau tidak mau menerima perjodohan ini, maka Kakek akan menyerahkan perusahaan pada Sean.” Baker kembali berkata lalu melanjutkan pekerjaannya.“Mungkin Sean lebih baik darimu. Jadi pikirkan jawabanmu dengan baik sebelum menjawab.”Sialan! Xander sangat membenci ini. Dengan susah payah ia membangun perusahaan agar bangun dan menjadi sukses, tapi dengan mudahnya kakek mengatakan akan memberikannya pada Sean jika ia menolak perjodohan.Gila! Xander bisa gila. Lebih baik ia mati dari pada memberikan perusahaan kepada Sean dengan cuma-cuma begini. Tapi di sisi lain Xander juga tidak ingin menerima perjodohan ini.“Aku menerima perjodohan dengan Amelia, Kek,” uj
Sementara itu dii mansion keluarga Amelia. Amelia sedang duduk berhadapan dengan pengacara keluarganya. Di sampingnya ada kakek kesayangannya. Amelia masih tidak percaya dengan penuturan pengacara yang baru saja ia dengar. Semuanya seperti mimpi di siang bolong.“Jadi, aku harus menikah dengan pria asing ini?” tanya Amelia sambil menatap foto pria tampan yang diberikan oleh Jill, pengacara keluarga.“Benar, Nona.”“Kau bilang namanya Xander, kan?” ujar Amelia lagi sambil membaca biadata lengkap milik Xander. Usia masih muda dan yang pasti sangat tampan, mana mungkin pria ini mau dengan dirinya. Ah, memikirkannya membuat Amelia pusing. Pejodohan, oh ayolah. Sekarang bukan jama Siti Nur Baya lagi, huh.“Mengapa harus menikah? Wasiat perjodohan di zaman yang sudah sangat modern? Sulit dipercaya.” Akhirnya Amelia mengeluarkan keluh kesahnya.“Walau sulit dipercaya. Kedua orang tua Nona dengan keadaan sadar menulis wasiat ini, Nona,” ujar Jill.“Kau tahu, ibumu dan ibu Xander berteman deka
Pukul 7 pagi Xander menyempatkan diri untuk ikut sarapan bersama keluarganya, hanya ada keheningan di meja makan.“kami sudah berencana menikahkanmu dengan Amelia,” ujar Baker kakek Xander di sela keheningan di meja makan.“Aku tidak mau, Kek. Bukannya kakek sudah tahu kalau aku memiliki kekasih?” Xander menolak dengan keras perjodohan gila yang baru saja di katakan oleh Baker.“Putuskan saja kekasihmu itu! Aku tidak suka dengan wanita itu. Dia membawa pengaruh buruk untukmu.”“Nora. Namanya Nora! Bukan wanita itu.” Xander menekan perkatakaannya.“Lupakan itu. Kita sangat berhutang budi dengan keluarga Amelia. Kalau bukan karena keluarga Amelia, keluarga kita tidak akan hidup dengan berkecukupan seperti saat ini. Kedua orang tuanya sudah meninggal. Perjodohan ini adalah satu-satunya wasiat orang tua Amelia. Sudah waktunya kita membalas budi. Kau harus menikah dengan Amelia.” Baker berkata tanpa melihat wajah Xander.“Aku tidak mau! Cucu kakek bukan cuma aku sendiri,” tolak Xander deng