Pukul 7 pagi Xander menyempatkan diri untuk ikut sarapan bersama keluarganya, hanya ada keheningan di meja makan.
“kami sudah berencana menikahkanmu dengan Amelia,” ujar Baker kakek Xander di sela keheningan di meja makan.“Aku tidak mau, Kek. Bukannya kakek sudah tahu kalau aku memiliki kekasih?” Xander menolak dengan keras perjodohan gila yang baru saja di katakan oleh Baker.“Putuskan saja kekasihmu itu! Aku tidak suka dengan wanita itu. Dia membawa pengaruh buruk untukmu.”“Nora. Namanya Nora! Bukan wanita itu.” Xander menekan perkatakaannya.“Lupakan itu. Kita sangat berhutang budi dengan keluarga Amelia. Kalau bukan karena keluarga Amelia, keluarga kita tidak akan hidup dengan berkecukupan seperti saat ini. Kedua orang tuanya sudah meninggal. Perjodohan ini adalah satu-satunya wasiat orang tua Amelia. Sudah waktunya kita membalas budi. Kau harus menikah dengan Amelia.” Baker berkata tanpa melihat wajah Xander.“Aku tidak mau! Cucu kakek bukan cuma aku sendiri,” tolak Xander dengan keras, memang bukan hanya dia saja cucu keluarga Baker. Xander mempunyai banyak spupu tapi mengapa hanya ia yang dipaksa menikah.“Kau harus setuju. Ayah juga sudah berjanji pada Ayah Amelia. Perjodohan kalian sudah diatur semenjak Amelia masih di dalam kandungan.” Albert ayah Xander ikut bersuara.“Ayah bercanda? Dijodohkan ketika masih di dalam kandungan? Oh my god! Sekarang zaman sudah berkembang. Lupakan saja perjodohan itu. Aku menolaknya!” Xander membanting sendoknya dengan keras.“Tidak ada penolakan! Ibu sudah menganggap Amelia sebagai menantu di rumah ini. Amelia adalah satu-satunya putri sahabat ibu. Menikahlah dengan Amelia. Ibu mohon.” kini Anna ibu Xander bersuara menatap lembut penuh harap pada Xander.Xander menatap ibunya dengan tatapan tidak berdaya, saking kesalnya Xander sepertinya akan menangis. Ibunya satu-satunya harapannya tapi tidak membelanya sama sekali.“Bu, tolong aku. Aku sudah mempunyai calon sendiri. Perjodohan ini sangat gila! Sangat tidak masuk akal. Aku tidak mau menikah selain dengan Nora.” Anna memalingkan wajahnya ia tidak sanggup melihat putranya dengan tampang sedih. Tapi, mau bagaimana lagi ia sudah berjanji pada sahabatnya untuk menjodohkan Xander dengan Amelia.Xander diliputi rasa amarah yang sangat besar, dengan perasaan marah ia meninggalkan meja makan.“Xander! Mau kemana kau? Kami belum selesai bicara!” Baker berteriak kencang namun Xander mengabaikannnya.“Xander! Kami tidak mendidikmu menjadi anak yang tidak sopan!” Albert berkata marah atas tindakan putranya.“Aku akan mengeluarkanmu dari perusahaan! Kau dengar itu, Xander!” Baker mengancam Xander namun Xander terus mengabaikannya pergi masuk kamarnya.“Anak nakal itu susah sekali diatur.” ujar Baker berdiri dari duduknya, nafsu makannya sudah hilang ditelan bumi.“Nanti biar saya yang bicara dengan Xander, Ayah.” Anna mencoba menenangkan ayah mertuanya.“Kau harus menasehatinya agar dia mau menikah dengan Amelia,” ujar Baker pergi meninggalkan ruang makan.“Baik, Ayah.”“Sayang, maaf tapi aku harus ke kantor sekarang. Tolong kau tenangkan Xander,” ujar Abert berdiri lalu memeluk Anna.“Iya, sayang.”“Hubungi aku jika terjadi sesuatu,” ujar Albert mencium kening istrinya.“Hm, hai-hati, ya.”Sangat tidak masuk akal. Perjodohan sialan ini! Mau dipaksa bagaimanapun, Xander tetap tidak akan menerima perjodohan ini! Sialan! Xander tetap akan menikah dengan kekasihnya.Anna mengetuk pintu kamar Xander.“Xander, ini ibu. Boleh ibu masuk?” tanya Anna di depan pintu.“Masuk saja, Bu. Tidak dikunci. Ada apa, Bu?” tanya Xander balik. Walaupun Xander kesal, tapi Xander tidak bisa terus kesal pada Anna.“Ibu tahu kau sudah memiliki kekasih. Tapi ini permintaan ibu untuk pertama dan terakhir kali. Bisakah kau mengabulkannya? Perjodohan ini juga menjadi syarat agar kau bisa memimpin perusahaan. Kau mau mendengarkan ibu, bukan?” ujar Anna dengan lembut membuat Xander hanya terdiam menatap ibunya.“Aku sangat mencintai Nora, Bu. Bagaimana bisa aku menerima perjodohan ini?” ujar Xander menahan suaranya agar tidak meninggi di depan ibunya.“Apa cintamu lebih besar dari pada cinta ibu untukmu? Kau harus tahu satu hal. Cinta ibu padamu sangat besar. Percayalah pada Ibu. Cinta akan hadir karena terbiasa. Ibu sangat yakin seiring berjalannya waktu, kau akan mencintai Amelia.”“Dulu ayah dan ibu juga menikah karena perjodohan, kau lihat kami bahkan bahagia sampai sekarang,” lanjut Anna sambil menepuk pundak Xander.“Jika aku tidak mencintainya bagaimana, Bu?” tanya Xander frustasi karena ia benar-benar benci perjodohan ini.“Cinta bukan sesuatu yang datang dengan sesuka hati.”Anna tersenyum lalu mengusup sayang pundak putranya.“Keputusan tetap ada padamu. Ibu hanya menyampaikan apa yang disampaikan kakekmu saja. Kau tahu bukan? Saudaramu yang lain sangat menginginkan perusahaan. Kakekmu berjanji akan memberikan perusahaan padamu. Asal kau mau menikah dengan Amelia.”Xander terdiam mendengar penuturan ibunya, ia benci berada di posisi ini. Di mana ia seperti tidak ada pilihan lain selain menerima perjodohan sialan ini.“Pikirkan dengan bijak. Ibu pergi dulu.”“Iya, Bu.”Pada akhirnya Xander memutuskan untuk pergi ke kantor dengan perasaan kesal.“Apa jadwalku hari ini?” tanya Xander setelah melepaskan jas kerjanya. Udara sangat panas walaupun sudah memakai pendingin ruangan.“Pukul sepuluh pagi Anda harus rapat bulanan bersama tim. Lalu pukul dua siang Tuan ada rapat bersama Tuan Tomas.” Paul menjelaskan secara rinci jadwal Xandar.“Ada lagi?”“Tidak ada, Tuan.”“Bagaimana dengan Nora? Apa dia sudah bisa di hubungi?” tanya Xander tanpa melihat Paul.“Manager Nona Nora baru saja memberi kabar. Nona Nora tidak bisa dihubungi selama 2 hari karena ada pemotretan di luar kota.” Paul memberikan ipad pada Xander.“Baiklah.” Xander menganggukan kepalanya.Paul meletakan dokumen di atas meja Xander, dokumen penting yang harus Xander tandatangani.Tidak lama kemudian Paul masuk membawa secangkir kopi untuk Xander.“Tuan, ini kopi tanpa gula Anda.”“Hm.”“Saya permisi, Tuan.”Xander menghembuskan nafas kasar, bagaimana bisa ia bisa berkosentrasi dalam bekerja sekarang. Pikiran dan batinnya sedang berperang.Walapun begitu Xander tetap mengeraskan hatinya dan bekerja seperti biasanya. Bersambung..Holla, ini Lily. Terima kasih sudah membaca cerita Lily.Jangan lupa Subscribe ya!Love, Lily.Sementara itu dii mansion keluarga Amelia. Amelia sedang duduk berhadapan dengan pengacara keluarganya. Di sampingnya ada kakek kesayangannya. Amelia masih tidak percaya dengan penuturan pengacara yang baru saja ia dengar. Semuanya seperti mimpi di siang bolong.“Jadi, aku harus menikah dengan pria asing ini?” tanya Amelia sambil menatap foto pria tampan yang diberikan oleh Jill, pengacara keluarga.“Benar, Nona.”“Kau bilang namanya Xander, kan?” ujar Amelia lagi sambil membaca biadata lengkap milik Xander. Usia masih muda dan yang pasti sangat tampan, mana mungkin pria ini mau dengan dirinya. Ah, memikirkannya membuat Amelia pusing. Pejodohan, oh ayolah. Sekarang bukan jama Siti Nur Baya lagi, huh.“Mengapa harus menikah? Wasiat perjodohan di zaman yang sudah sangat modern? Sulit dipercaya.” Akhirnya Amelia mengeluarkan keluh kesahnya.“Walau sulit dipercaya. Kedua orang tua Nona dengan keadaan sadar menulis wasiat ini, Nona,” ujar Jill.“Kau tahu, ibumu dan ibu Xander berteman deka
Setelah Paul memberitahu bahwa kakek memanggil Xander langsung bersiap. Dan dengan malas Xander pergi ke ruang kerja kakeknya.“Kakek memanggilku?” tana Xander masuk setelah mengetuk pintu.“Apa kau sudah mengambil keputusan?” tanya Baker meninggalkan sebentar pekerjaannya. Xander diam mematung sambil menatap tajam kakeknya. “Kalau kau tidak mau menerima perjodohan ini, maka Kakek akan menyerahkan perusahaan pada Sean.” Baker kembali berkata lalu melanjutkan pekerjaannya.“Mungkin Sean lebih baik darimu. Jadi pikirkan jawabanmu dengan baik sebelum menjawab.”Sialan! Xander sangat membenci ini. Dengan susah payah ia membangun perusahaan agar bangun dan menjadi sukses, tapi dengan mudahnya kakek mengatakan akan memberikannya pada Sean jika ia menolak perjodohan.Gila! Xander bisa gila. Lebih baik ia mati dari pada memberikan perusahaan kepada Sean dengan cuma-cuma begini. Tapi di sisi lain Xander juga tidak ingin menerima perjodohan ini.“Aku menerima perjodohan dengan Amelia, Kek,” uj
Amelia telah sampai di rumah Anne dengan membawa pizza kesukaan mereka.“Wah, Pizza. Kau tahu saja, aku ingin makan pizza. Kita seperti memiliki telepati,” teriak Anne girang sambil mengambil alih pizza dari tangan Amelia.“Kau sahabat terbaik.”“Heh! Ayo makan bersama,” ujar Amelia mengejar langkah Anne.“Di mana paman dan bibi?” tanya Amelia ketika mereka sudah sampai kamar Anne.“Mereka belum pulang bekerja.”Amelia dan Anne memakan pizza sambil menonton televisi sesekali mereka bercanda dan tertawa bersama, dan tiba-tiba saja hening.“Ada yang ingin aku katakan padamu,” ujar Amelia membuat Anne langsung menoleh pada sahabatnya.“Uh, merinding. Bisa tidak bicara sesuai suasana, Mel. Astaga,” ujar Anne namun Amelia terdiam.“Apa itu? Kabar baik atau buruk? Kalau kabar buruk aku tidak mau mendengarnya!”“Aku akan segera menikah,” ujar Amelia cepat membuat Anne keselak air liurnya sendiri.“Minum ini.” Dengan cepat Amelia memberikan air minum untuk Anne.“Tidak ada hujan! Tidak ada an
Nora menampar pipi mulus milik Xander, Xander hanya diam saja.“Xander! Berani sekali kau menikah dengan wanita lain! Kau mengkhianatiku!” teriak Nora marah besar, ia bahkan menangis.“Tuan, Nona Nora masuk dengan sendirinya.” Paul jadi serba salah karena berada di tengah-tengah pertengkaran ini.“Kau keluar!”“Baik, Tuan.”“Hiks! Tega sekali kau menghianati cintaku, Xander! Aku hanya pergi 2 hari, tapi kau malah menyebar berita pernikahan dengan wanita lain,” Nora menantap Xander dengan tidak percaya.“Sayang, kemari. Aku akan menjelaskan semuanya.”“Apa yang mau kau jelaskan! Apa selama lima tahun ini hubungan kita tidak berarti bagimu? Atau karena aku anak yatim piatu? Aku tidak sekaya “wanita itu”. Sehingga kau tega melukai hatiku.” Nora mengeluarkan semua unek-uneknya.“Sayang, dengarkan aku. Sebelum itu aku akan mengobati tanganmu, tanganmu pasti sakit,” ujar Xander dengan suara lembutnya.“Tidak ada yang perlu dijelaskan disini! Kau pengkhianat. Bajingan gila! Aku tidak mau men
Sinar matahari masuk di sela-sela jendela membuat Amelia terbangun dari tidurnya. “Beriap-siaplah, kita akan terbang ke Paris,” ujar Xander setelah Amelia selesai mandi.“Kita benar akan ke Paris? Aku masih ada jadwal kuliah,” jawab Amelia menolak untuk berangkat ke Paris. “Hanya formalitas saja. Kau bisa kuliah sambil online.” Xander menjawab tanpa melihat Amelia, ia fokus pada ponselnya.“Baiklah.”Tanpa banyak membuang waktu Amelia dan Xander sudah menaiki pesawat pribadi milik keluarga Baker. Amelia bahkan tidak membawa banyak barang.“Selamat datang di jet pribadi keluarga Baker Dan selamat atas pernikahan Tuan dan Nona,” ucap pilot keluarga berserta pramugari yang akan terbang bersama mereka.“Terima kasih.”“Jika ada yang Anda butuhkan, Anda bisa memanggil saya, Nona,” ucap pramugari membuat Amelia tersenyum dan menganggukan kepalanya.“Iya.”Amelia langsung duduk dan memejamkan matanya, ia sangat mengantuk.“Kau, tidak ada yang ingin kau tanyakan tentang pernikahan ini?” tany
Sinar matahari masuk di sela-sela jendela membuat Amelia terbangun dari tidurnya. “Beriap-siaplah, kita akan terbang ke Paris,” ujar Xander setelah Amelia selesai mandi.“Kita benar akan ke Paris? Aku masih ada jadwal kuliah,” jawab Amelia menolak untuk berangkat ke Paris. “Hanya formalitas saja. Kau bisa kuliah sambil online.” Xander menjawab tanpa melihat Amelia, ia fokus pada ponselnya.“Baiklah.”Tanpa banyak membuang waktu Amelia dan Xander sudah menaiki pesawat pribadi milik keluarga Baker. Amelia bahkan tidak membawa banyak barang.“Selamat datang di jet pribadi keluarga Baker Dan selamat atas pernikahan Tuan dan Nona,” ucap pilot keluarga berserta pramugari yang akan terbang bersama mereka.“Terima kasih.”“Jika ada yang Anda butuhkan, Anda bisa memanggil saya, Nona,” ucap pramugari membuat Amelia tersenyum dan menganggukan kepalanya.“Iya.”Amelia langsung duduk dan memejamkan matanya, ia sangat mengantuk.“Kau, tidak ada yang ingin kau tanyakan tentang pernikahan ini?” tany
Nora menampar pipi mulus milik Xander, Xander hanya diam saja.“Xander! Berani sekali kau menikah dengan wanita lain! Kau mengkhianatiku!” teriak Nora marah besar, ia bahkan menangis.“Tuan, Nona Nora masuk dengan sendirinya.” Paul jadi serba salah karena berada di tengah-tengah pertengkaran ini.“Kau keluar!”“Baik, Tuan.”“Hiks! Tega sekali kau menghianati cintaku, Xander! Aku hanya pergi 2 hari, tapi kau malah menyebar berita pernikahan dengan wanita lain,” Nora menantap Xander dengan tidak percaya.“Sayang, kemari. Aku akan menjelaskan semuanya.”“Apa yang mau kau jelaskan! Apa selama lima tahun ini hubungan kita tidak berarti bagimu? Atau karena aku anak yatim piatu? Aku tidak sekaya “wanita itu”. Sehingga kau tega melukai hatiku.” Nora mengeluarkan semua unek-uneknya.“Sayang, dengarkan aku. Sebelum itu aku akan mengobati tanganmu, tanganmu pasti sakit,” ujar Xander dengan suara lembutnya.“Tidak ada yang perlu dijelaskan disini! Kau pengkhianat. Bajingan gila! Aku tidak mau men
Amelia telah sampai di rumah Anne dengan membawa pizza kesukaan mereka.“Wah, Pizza. Kau tahu saja, aku ingin makan pizza. Kita seperti memiliki telepati,” teriak Anne girang sambil mengambil alih pizza dari tangan Amelia.“Kau sahabat terbaik.”“Heh! Ayo makan bersama,” ujar Amelia mengejar langkah Anne.“Di mana paman dan bibi?” tanya Amelia ketika mereka sudah sampai kamar Anne.“Mereka belum pulang bekerja.”Amelia dan Anne memakan pizza sambil menonton televisi sesekali mereka bercanda dan tertawa bersama, dan tiba-tiba saja hening.“Ada yang ingin aku katakan padamu,” ujar Amelia membuat Anne langsung menoleh pada sahabatnya.“Uh, merinding. Bisa tidak bicara sesuai suasana, Mel. Astaga,” ujar Anne namun Amelia terdiam.“Apa itu? Kabar baik atau buruk? Kalau kabar buruk aku tidak mau mendengarnya!”“Aku akan segera menikah,” ujar Amelia cepat membuat Anne keselak air liurnya sendiri.“Minum ini.” Dengan cepat Amelia memberikan air minum untuk Anne.“Tidak ada hujan! Tidak ada an
Setelah Paul memberitahu bahwa kakek memanggil Xander langsung bersiap. Dan dengan malas Xander pergi ke ruang kerja kakeknya.“Kakek memanggilku?” tana Xander masuk setelah mengetuk pintu.“Apa kau sudah mengambil keputusan?” tanya Baker meninggalkan sebentar pekerjaannya. Xander diam mematung sambil menatap tajam kakeknya. “Kalau kau tidak mau menerima perjodohan ini, maka Kakek akan menyerahkan perusahaan pada Sean.” Baker kembali berkata lalu melanjutkan pekerjaannya.“Mungkin Sean lebih baik darimu. Jadi pikirkan jawabanmu dengan baik sebelum menjawab.”Sialan! Xander sangat membenci ini. Dengan susah payah ia membangun perusahaan agar bangun dan menjadi sukses, tapi dengan mudahnya kakek mengatakan akan memberikannya pada Sean jika ia menolak perjodohan.Gila! Xander bisa gila. Lebih baik ia mati dari pada memberikan perusahaan kepada Sean dengan cuma-cuma begini. Tapi di sisi lain Xander juga tidak ingin menerima perjodohan ini.“Aku menerima perjodohan dengan Amelia, Kek,” uj
Sementara itu dii mansion keluarga Amelia. Amelia sedang duduk berhadapan dengan pengacara keluarganya. Di sampingnya ada kakek kesayangannya. Amelia masih tidak percaya dengan penuturan pengacara yang baru saja ia dengar. Semuanya seperti mimpi di siang bolong.“Jadi, aku harus menikah dengan pria asing ini?” tanya Amelia sambil menatap foto pria tampan yang diberikan oleh Jill, pengacara keluarga.“Benar, Nona.”“Kau bilang namanya Xander, kan?” ujar Amelia lagi sambil membaca biadata lengkap milik Xander. Usia masih muda dan yang pasti sangat tampan, mana mungkin pria ini mau dengan dirinya. Ah, memikirkannya membuat Amelia pusing. Pejodohan, oh ayolah. Sekarang bukan jama Siti Nur Baya lagi, huh.“Mengapa harus menikah? Wasiat perjodohan di zaman yang sudah sangat modern? Sulit dipercaya.” Akhirnya Amelia mengeluarkan keluh kesahnya.“Walau sulit dipercaya. Kedua orang tua Nona dengan keadaan sadar menulis wasiat ini, Nona,” ujar Jill.“Kau tahu, ibumu dan ibu Xander berteman deka
Pukul 7 pagi Xander menyempatkan diri untuk ikut sarapan bersama keluarganya, hanya ada keheningan di meja makan.“kami sudah berencana menikahkanmu dengan Amelia,” ujar Baker kakek Xander di sela keheningan di meja makan.“Aku tidak mau, Kek. Bukannya kakek sudah tahu kalau aku memiliki kekasih?” Xander menolak dengan keras perjodohan gila yang baru saja di katakan oleh Baker.“Putuskan saja kekasihmu itu! Aku tidak suka dengan wanita itu. Dia membawa pengaruh buruk untukmu.”“Nora. Namanya Nora! Bukan wanita itu.” Xander menekan perkatakaannya.“Lupakan itu. Kita sangat berhutang budi dengan keluarga Amelia. Kalau bukan karena keluarga Amelia, keluarga kita tidak akan hidup dengan berkecukupan seperti saat ini. Kedua orang tuanya sudah meninggal. Perjodohan ini adalah satu-satunya wasiat orang tua Amelia. Sudah waktunya kita membalas budi. Kau harus menikah dengan Amelia.” Baker berkata tanpa melihat wajah Xander.“Aku tidak mau! Cucu kakek bukan cuma aku sendiri,” tolak Xander deng