Tentang seks edukasi.Begitu yang sedang Clara persiapkan materinya untuk Jazzy. Karena sebentar lagi, adik iparnya itu akan hengkang dari rumahnya dan menuju ke asrama Universitas yang sudah di incarnya. Sebenarnya, tak banyak yang bisa Clara sampaikan mengenai pendidikan seks. Karena Clara, menjalani masa remajanya dengan penuh kehati-hatian.Tapi tentu itu tak bisa di berlakukan sama untuk Jazzy dan kalangan remaja lainnya. Kebanyakan, remaja yang sedang bertumbuh dalam mencari jati dirinya, rasa keingintahuannya tentang suatu hal amatlah tinggi.Dulu pun, Clara juga merasakan dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Sebagai contoh, seperti apa rasanya alkohol, vodka, sampanye dan semua jajaran minuman yang berujung dengan memabukkan. Tak sampai di situ, Clara juga mulai penasaran dengan proses hubungan intim yang terjadi pada pria dan wanita yang berujung bisa hamil. Banyak hal yang Clara ingin tahu namun hanya bisa memendamnya. Dan baru mengerti saat bersama William.“Kau meman
“Kau punya kekasih? Maaf jika ini terlalu lancang dank au merasa aku sudah mencampuri urusan pribadimu. Tapi aku ingin kau tak hanya menganggap aku sebagai kakakmu semata. Sesekali kau boleh menganggapku sebagai temanmu dan lawan bicaramu.”Seolah-olah langsung mengerti ke mana arah pembicaraan yang Clara bawa dan Clara pun mengerti bagaimana ekspresi Jazzy saat di tanya begitu. Jika sedang dalam suasana bercanda, maka Clara akan tertawa melihat betapa memerahnya wajah putih Jazzy.“It’s okay jika kamu punya seseorang yang spesial atau jika sebutanmu adalah kekasih. Aku tenang jika kau memang memilikinya. Terkadang, dalam setiap perjalanan kita tak hanya membutuhkan seorang teman namun juga dukungan untuk melewati kesenangan dan kesusahan itu secara bersama-sama.” Clara menjeda. Meminum kembali es kopinya dan meletakkan novel yang sejak tadi di pangkunya. “Aku hanya ingin sedikit memberimu masukan soal seks edukasi. Aku yakin kau sudah mendapatkannya di sekolah. Dan aku hanya ingin me
Alaina pernah menguatkan dirinya sendiri dengan kata-kata yang di temuinya. Begini bunyinya: Aku bangga pada diriku sendiri. Bayangkan, sakit mana lagi yang tidak pernag aku rasakan? Tentang keluarga, percintaan, pertemanan, kekecewaan, dan pengkhianatan. Mentalku di hajar habis-habisan pleh keadaan, meski kadang terlintas di pikiranku untuk menyerah, tapi akhirnya aku bersyukur mentalku tetap aman.Makanya sekarang ini Alaina hanya bisa mensyukuri tentang apa yang sudah di milikinya.Berterima kasih untuk luka dan kenangan yang pernah tercipta sehingga Alaina benar-benar menjadi manusia yang sesungguhnya. Dan berharap di lain kesempatan, setiap duri yang menyebabkan luka di hatinya bisa memberinya kekuatan.“Mama serius membuatkan ini untukku?” Kaela masih tidak percaya dengan tindakan Alaina yang mendadak berubah hangat. Padahal, beberapa hari yang lalu Alaina bak singa kelaparan: menyerang dan membiarkan Kaela begitu saja. “Mama sudah tak marah?” Ragu-ragu Kaela bertanya.“Untuk?”
William sudah berada di sana saat Austin tiba bersama Mandy. Beberapa petugas medis dari rumah sakit dan polisi sedang melihat kasus yang terjadi kali ini. Tidak banyak bukti yang di tinggalkan di lokasi kejadian atau bahkan tidak ada sama sekali.“Bagaimana?” Austin melihat berkas yang di berikan polisi untuk di bacanya dan menatap William secara tak percaya. “Aku rasa dia tak seceroboh ini untuk mengganti resep obatnya dan juga dia tak mungkin asal mengganti dokter tanpa konfirmasi atau pemeriksaan lebih lanjut. Ini …”“Pembunuhan,” kata William santai. “Kematiannya di samarkan seolah-olah ini menyangkut dengan penyakit jantungnya. Dan anehnya …” William tunjukkan satu foto yang diam-diam di ambilnya tanpa sepengetahuan petugas medis mau pun kepolisian. “Ini obat aslinya. Aku bandingkan dengan yang aku temukan di lokasi. Isinya berbeda dengan yang ada di lokasi.”“Kau yakin?” William mengedikan bahunya. “Kita perlu penyelidikan lanjutan?”“Secara pribadi. Kepolisian sudah menyebar b
Sampai petang menyapa dan matahari kembali ke peraduannya. Baik Austin mau pun William belum menunjukan batang hidungnya. Meski Clara dan Alaina tahu apa yang sedang dilakukan suaminya, tetap saja perasaan khawatir itu tak menghilang.Beruntung Kaela mengerti perihal kesibukan papanya yang tak tahu hari dan waktu. Sehingga membuat remaja yang akan berpindah tempat tinggal itu mau memahami. Kaela sudah akan melayangkan protes saat Alaina memberikannya pemahaman. Dan teralihkan dengan cepat akan kehadiran Jazzy serta Alexa, Axel, dan Alex.“Ini terlalu mendadak,” ucap Alaina yang Clara ketahui sebagai bentuk rasa khawatirnya. “Aku ingat jika kemarin masih baik-baik saja dan Tuan Bruke selalu rutin memeriksakan dirinya ke dokter.”“Umur tak ada yang tahu.” Clara memberi respons seadanya karena tak ingin membuat Alaina lebih khawatir. Tentang apa yang sudah terjadi, William sudah menceritakannya jauh sebelum musibah ini terjadi. Tapi siapa yang akan menyangka jika secepat ini?Ah, sekaran
Lucas mendadak teringat dengan nasihat Clara. Berisi tentang cinta saat pertama kali Lucas bercerita tentang dirinya yang jatuh hati kepada Stella.Seperti ini perkataan Clara:“Tentang cinta: tidak ada pria mana pun di dunia ini yang worth it untuk kita memohon. Jika dia sudah tak mau dengan kita biarkan dia pergi. Ini berlaku untuk kita para wanita yang mana harus kau renungkan sebelum kau melangkah terlalu jauh—ah kau sudah melangkah sangat jauh. Jadi nasihatku ini jangan kau lupakan. Lalu, jika dia sudah tidak jelas antara mau dan tidak mau, artinya dia tidak mau. Biarkan dia pergi. Nah, ini yang sering menjadi misteri. Apa kau pernah mengantarkan Stella ke rumahnya dank au menyapa atau menemui kedua orangtuanya? Itu penting untuk dijadikan sebuah penilaian. Yang terakhir, meski terdengar sangat klise tapi ini benar adanya. Patah hati tidak selamanya. Suatu hari nanti kau akan menemukan cinta yang baru yang akan membuatmu bersyukur. Jadi, manakah yang pernah kau terapkan atau yang
“Sudah ada hasilnya?” tanya Clara kepada William. Pukul sepuluh malam, William baru saja tiba di rumahnya dan melewatkan acara di rumah Alaina. “Kau sudah makan?”Wajah William tampak kuyu dan Clara sangsi jika suaminya bisa makan di luar sana dengan tenang.“Alexa, Alex, dan Axel mereka tidur?” William tak menjawab pertanyaan Clara dan melayangkan tanya. Clara berdeham sebagai jawaban dan memberikan baju ganti untuk William. “Terima kasih.” Di kecupnya pipi Clara lama. “Aku lelah.” Dan Clara mengangguk tak memberikan banyak pertanyaan untuk William. “Aku berharap bahwa ini takkan sama tapi—““Kau harus makan. Maaf memberimu pertanyaan yang kau sendiri merasa kesulitan untuk menjawabnya. Aku akan menghangatkan makanan untukmu.”Kaki Clara sudah akan beranjak melangkah saat William menariknya kembali.“Akan aku ceritakan tapi aku juga tak yakin jika Bradley pelakunya.” Kedua alis Clara menyatu. “Tuan Bruke menolak—bukan dari Tuan Bruke sendiri—tapi dariku dan menyampaikan bahwa permint
I Never thought it’d be easy.Alaina jadi suka mendengarkan lagu-lagu. Tidak peduli siapa yang menyanyikan asal itu bisa memberinya sedikit hiburan. Bukan Alaina ingin egois dengan tak memedulikan masalah yang sedang Austin pikul. Tapi saat Austin mengatakan untuk jangan khawatir dan fokus kepada Mikaela serta Michael. Maka Alaina sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada kedua anaknya.Dan lagu yang sore ini dirinya dengarkan sedikit mewakilkan perasaannya yang campur aduk.Alaina takut berjauhan dengan Kaela namun juga tak ingin menghalangi cita-cita sang putri. Sudah bisa menentukan pilihan, bertanggungjawab jika risiko tak mengenakan akan muncul, cukup membuat Alaina mengerti bahwa putrinya itu sudah dewasa.Cause we both so distant now. And the walls are closing in on us. And we’re wondering how.Kaela bahkan mencari perhatian lewat rambutnya yang di warnai. Bukankah artinya Alaina terlalu memberi Kaela tekanan?“Mama,” panggil Kaela, mengejutkan Alaina dengan majalah di pangkuanny
Clara merasa jika loncatan dalam hidupnya terjadi begitu cepat. Sekarang siapa yang menyangka jika pada akhirnya Clara berada di sini, di sisi William Anderson yang arogan dan konvensional tapi tidak dipungkiri jika Clara pun mencintai pria kaku ini. Clara tidak akan menjadi munafik sekadar mengakui jika dirinya memang takut kehilangan William. Setelah kesepian seorang diri dan ditemukan dengan William, pelangi yang tidak pernah Clara lihat nyatanya memang seindah itu."Memikirkan apa?"Malam adalah waktu yang tepat bagi Clara dan William menghabiskan waktu bersama. Sudah sejak dulu kala pillowtalk menjadi pilihan keduanya untuk mengungkapkan perasaan satu sama lain dan apa-apa saja yang sudah dilalui hari ini. Bersama mau pun tidak, dekat atau jauh mereka berdua akan selalu terhubung satu sama lain. Bahkan semesta seperti memberi dukungan untuk keduanya melakukan hal itu."Keringkan rambutmu dengan benar."William baru selesai dengan urusan mandinya. Hari ini William pulang agak laru
"Sejak dulu mereka selalu penurut. Kamu membuatku iri melihat bagaimana mereka tumbuh dengan baik." Alaina datang dari arah pintu garasi yang membuat Clara terpekik kaget sekaligus senang. "Kapan datang? Kamu tidak memberi kabar akan datang." Clara memanyunkan bibir persis seperti bocah tidak diberi permen keinginannya. "Bagaimana kabarmu?" Clara bertanya karena melihat lingkaran hitam di bawah mata Alaina kentara terlihat. "Berhenti mengomeliku!" Alaina duduk di kursi dekat Clara dan tersenyum tipis. "Aku sedang iri dengan caramu mendidik mereka. Tahukah kamu bahwa Kaela bukan lagi Kaela yang aku kenal? Dan ya aku baik. Aku ini orang paling handal dalam menjadi diri." Clara tidak punya daya untuk membela atau membenarkan kisah hidup yang Alaina alami dengan segala keputusan yang menurut orang dewasa matang tapi bagi Kaela itu tidak adil. Menjadi dewasa memang memusingkan sejak dulu kala dan Clara membenarkan hal itu. Dan apa pun yang Alaina katakan semuanya terasa sangat menyesa
Pancake buatan Clara selalu menjadi favorit William. William bahkan bersumpah jika seumur hidupnya dia mau menikmati pancake buatan Clara setiap harinya. Namun berbanding terbalik dengan kedua putranya yang memandangi pancake itu diikuti hidung mengkerut tanda tidak sukanya."Kenapa?" William menyeruput kopi hitamnya setelah menelan pancakenya. "Kalian akan protes tentang masakan mama dan apa yang sudah papa beri? Kalian tidak mau mensyukuri itu?" William bukan tipe orang tua keras yang akan langsung menghakimi tindakan anaknya. William hanya bersikap tegas untuk membuat anak-anaknya merasa ditegasi."Aku merasa kenyang papa." Alex mengutarakan yang dirasakannya. "Pancake buatan mama bukannya tidak enak tapi bukan termasuk favoritku.""Lalu, apa makanan favoritmu?" tanya William santai dan memasukan lagi potongan pancakenya. "Ah, kamu menyukai makanan cepat saji seperti sampah yang akan membuatmu tidak hidup sehat, begitu?""Bukan begitu papa." Kali ini Axel membuka suaranya yang leb
Sudah memutuskan menikah, artinya sudah memperkirakan apa saja yang akan terjadi. Bukan hal aneh jika sekarang banyak yang melakukan perjanjian pranikah sebelum akhirnya berhadapan dengan pendeta dan Tuhannya. Itu juga yang Clara pikirkan melihat kondisi dewasa saat ini. Meski pernikahannya bersama William terbilang singkat, jelas, dan padat bukab berarti tidak ada masalah yang menerpa kehidupan rumah tangga mereka. Perjalanan mereka terbilang penuh liku. Bukannya tidak mensyukuri sudah diberi bahagia sampai sejauh ini. Clara hanya ingin berbagi cerita, kisah dan mungkin sedikit nasihat. Bahwa sebelum meyakinkan diri untuk terikat dalam sebuah komitmen yang panjang maka pikirkanlah matang-matang. Menikah tidak sekadar memiliki ikatan dan merubah status namun juga menyatukan dua kepala dalam satu pemikiran. Agar tidak timbul ego untuk menang sendiri dan merasa paling benar."Apa yang kamu pikirkan?"William selesai dengan mandinya. Hari ini William pulang lebih awal karena tidak ada p
Kehidupan Clara dan William yang sesungguhnya baru dimulai. Ketiga anaknya telah beranjak dewasa dan William punya kesibukan yang selalu tak terduga. Clara merasa kesepian tapi selalu ditepisnya. Beruntungnya ada Valerie dan Stella yang bisa menjadi temannya."Kalian sudah berkenalan?" Clara sedikit terkejut saat Valerie dan Stella jauh lebih akrab dari bayangannya. "Aku senang mendengarnya. Jadi Stella, ada kue apalagi di tokomu?""William memberiku resep.""William?" Clara terperangah tidak percaya. "Manusia es itu berubah jadi baik dan memberimu resep?""Yang tidak pernah aku duga-duga. Manusia itu bukan lagi sedingin kutub, dia mulai hangat.""Aku tidak percaya ini.""Aku juga. Tapi ini kenyataan yang terjadi. Dia sungguh memberiku resep kue dan setelah aku sajikan di etalase semua pelanggan menyukainya.""Kamu harus membaginya padaku. Aku juga ingin tahu rasanya. Sebaik apa resep kue dari William sampai-sampai dia sangat pelit." Clara menyesap kopi panasnya sambil membayangkan ra
Kata berakhir tidak benar-benar selalu berakhir. Buktinya Clara dan William menemukan sebuah kehidupan sulit meski bukan dari dirinya langsung. Adalah Valeria yang terpuruk karena Justin, kekasihnya, yang bimbang ingin membersamai siapa. Belum lagi dengan fakta di mana Valeria menyembunyikan kehamilannya.Valerie hanya diam mematung menatap langit sore yang mulai kekuningan. Sunyi di rumah Clara adalah yang biasa karena anak-anaknya belum kembali dari tempat les. Tapi bagi Valerie itu sebuah penyiksaan. Dan dengan sabarnya, Clara ikut diam duduk di kursi santai.Jika melepas adalah ungkapan kata yang selaras dengan tindakan, bisa jelaskan padaku adakah rasa sakit? Jika ada, bisakah berhenti dan biarkan genggaman tangan ini tetap bertaut. Aku tak bisa—walau aku sudah memaksa. Genggaman tangan ini, kau tahu? Meski ini erat, kehangatan yang tersalur bahkan tak mampu memberi ketenangan, sedikit pun.Kau tahu soal sakit tapi tak berdarah? Sepertinya inilah definisi rasa sakit tapi tak meng
“Karena semuanya sudah berakhir …” Bradley mengembuskan napasnya. Wanita paruh baya itu ada di kediaman Clara dan William. Sedang bersama dengan Axel, Alex, Alexa, dan Michael. Menunggu Alaina yang baru saja tiba. “Ini bukan tentang siapa yang salah dan siapa yang benar. Aku juga tidak tahu ingin mengatakan ini sebagai apa. Tapi setidaknya kau lebih beruntung mengambil keputusan. Tidak apa, mungkin ini yang terbaik. Kau punya rencana?”Alaina menggeleng sebentar dan berpikir. Wajahnya terlampau tenang dan baik-baik saja padahal baru mengambil keputusan besar. Clara sampai terheran-heran di buatnya.“Ah, aku punya satu tempat di ruang terbuka. Di pinggiran kota yang lumayan banyak lalu-lalang pelancong. Mungkin, aku bisa membuka toko kue di sana. Menjajakan kue-kue buatanku.”Semuanya terdiam. Alaina juga terdiam bahkan William yang menjadi pria satu-satunya di sana juga terdiam. Lalu berdeham setelah melirikkan kedua matanya ke kanan dan ke kiri.“Kau bilang ingin kembali ke Ontario.”
Karena tidak semua kisah harus berakhir dengan bahagia. Meski permulaan selalu membahagiakan. Tapi sudah konsekuensi dari setiap pertemuan selalu ada perpisahan.Alaina memaknai perjalanan hidupnya seperti itu. Toh itu sudah di catat sejak dulu kala. Sudah menjadi hukum alam bahwa kehidupan yang kita jalani akan ada pengakhiran.Sama halnya dengan selembar kertas yang sudah Alaina bubuhkan tanda tangannya. Pada akhirnya, pertemuan manisnya dengan Austin dan perjalanan susah senang yang dilaluinya harus ada di titik ini: berpisah.Alaina sudah memaafkan, andai itu dijadikan pertanyaan mengapa bisa ada perpisahan.Mengenai Austin yang berselingkuh, Alaina menutup bukunya rapat-rapat. Ada banyak pertanyaan yang ingin Alaina ajukan. Termasuk; apa kurangnya Alaina. Bukan itu saja, Alaina juga ingin menanyakan perihal apa maunya Austin sehingga bisa berbuat seperti ini. Tapi alih-alih mengucapkannya, Alaina justru menemukan dua fakta yang lebih berguna. Pertama, Alaina merasa happy dan bers
Sesi pillowtalk milik Clara dan William setiap malam selalu terjadi. Sesibuk apa pun William, akan ada waktu penting seperti ini untuk ketiga anaknya dan Clara. William hanya menyadari sesusah apa untuk mempertahankan setelah mendapatkan dan enggan untuk bermain-main dengan sesuka hati. William hanya menjaga dan diimbangi oleh Clara.“Apa lagunya?” tanya William dengan melingkarkan tangan kekarnya di perut Clara. Yang masih ramping dan seksi meski sudah melahirkan tiga anak sekaligus.“Pillowtalk. Sesuai dengan hobi kita.” Clara ciumi telapak tangan besar William. Telapak tangan yang sudah sangat bekerja keras untuk keluarga ini dan menjaga Clara serta ketiga anaknya.“Out Of Love, bagaimana?” William ingin mendengarkan lagu itu. Yang terdengar lembut dan ingin segera memejamkan kedua kelopak matanya dalam dekapan Clara. “Hari ini melelahkan,” ucapnya.Clara memutar lagu sesuai yang William mau dan mengelusi tangannya yang melingkar di perutnya.“Sesuatu yang buruk?”Komunikasi antara