“Kopi? Minuman dingin atau yang lainnya?” tawar William santai. Sekretarisnya masih sibuk memberikan beberapa file yang harus William tanda tangani sedang Bradley terlalu cepat untuk datang ke kantornya. “Ah, aku memesankan humburger dan Coca-Cola kesukaanmu. Aku tahu, kau pasti akan meminta itu. Jadi—““Kau takut aku kabur?” potong Bradley tepat sasaran.“Benar sekali. Yeah, kau selalu menjadi yang bisa diandalkan jika itu menyangkut isi otakku. Padahal … Kau bukan ibuku dan kau tidak melahirkanku. Atau kau memang sangat menyayangiku?” cibiran yang William layangkan tak pernah tanggung-tanggung sensasinya.Mau selama apa pun Bradley tak melihat William, tak berbicara dengan William, tetap saja mulut pedasnya tak pernah berubah. Dan kali ini, Bradley merasakan yang namanya kesakitan.“Anggap saja aku baik-baik saja.” Bradley mengedikan bahu. Tak mengambil pusing apa yang William katakan. Toh terlepas dari benar dan tidaknya, William takkan peduli dengan keadaan yang Bradley alami. Wil
Tentang seks edukasi.Begitu yang sedang Clara persiapkan materinya untuk Jazzy. Karena sebentar lagi, adik iparnya itu akan hengkang dari rumahnya dan menuju ke asrama Universitas yang sudah di incarnya. Sebenarnya, tak banyak yang bisa Clara sampaikan mengenai pendidikan seks. Karena Clara, menjalani masa remajanya dengan penuh kehati-hatian.Tapi tentu itu tak bisa di berlakukan sama untuk Jazzy dan kalangan remaja lainnya. Kebanyakan, remaja yang sedang bertumbuh dalam mencari jati dirinya, rasa keingintahuannya tentang suatu hal amatlah tinggi.Dulu pun, Clara juga merasakan dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Sebagai contoh, seperti apa rasanya alkohol, vodka, sampanye dan semua jajaran minuman yang berujung dengan memabukkan. Tak sampai di situ, Clara juga mulai penasaran dengan proses hubungan intim yang terjadi pada pria dan wanita yang berujung bisa hamil. Banyak hal yang Clara ingin tahu namun hanya bisa memendamnya. Dan baru mengerti saat bersama William.“Kau meman
“Kau punya kekasih? Maaf jika ini terlalu lancang dank au merasa aku sudah mencampuri urusan pribadimu. Tapi aku ingin kau tak hanya menganggap aku sebagai kakakmu semata. Sesekali kau boleh menganggapku sebagai temanmu dan lawan bicaramu.”Seolah-olah langsung mengerti ke mana arah pembicaraan yang Clara bawa dan Clara pun mengerti bagaimana ekspresi Jazzy saat di tanya begitu. Jika sedang dalam suasana bercanda, maka Clara akan tertawa melihat betapa memerahnya wajah putih Jazzy.“It’s okay jika kamu punya seseorang yang spesial atau jika sebutanmu adalah kekasih. Aku tenang jika kau memang memilikinya. Terkadang, dalam setiap perjalanan kita tak hanya membutuhkan seorang teman namun juga dukungan untuk melewati kesenangan dan kesusahan itu secara bersama-sama.” Clara menjeda. Meminum kembali es kopinya dan meletakkan novel yang sejak tadi di pangkunya. “Aku hanya ingin sedikit memberimu masukan soal seks edukasi. Aku yakin kau sudah mendapatkannya di sekolah. Dan aku hanya ingin me
Alaina pernah menguatkan dirinya sendiri dengan kata-kata yang di temuinya. Begini bunyinya: Aku bangga pada diriku sendiri. Bayangkan, sakit mana lagi yang tidak pernag aku rasakan? Tentang keluarga, percintaan, pertemanan, kekecewaan, dan pengkhianatan. Mentalku di hajar habis-habisan pleh keadaan, meski kadang terlintas di pikiranku untuk menyerah, tapi akhirnya aku bersyukur mentalku tetap aman.Makanya sekarang ini Alaina hanya bisa mensyukuri tentang apa yang sudah di milikinya.Berterima kasih untuk luka dan kenangan yang pernah tercipta sehingga Alaina benar-benar menjadi manusia yang sesungguhnya. Dan berharap di lain kesempatan, setiap duri yang menyebabkan luka di hatinya bisa memberinya kekuatan.“Mama serius membuatkan ini untukku?” Kaela masih tidak percaya dengan tindakan Alaina yang mendadak berubah hangat. Padahal, beberapa hari yang lalu Alaina bak singa kelaparan: menyerang dan membiarkan Kaela begitu saja. “Mama sudah tak marah?” Ragu-ragu Kaela bertanya.“Untuk?”
William sudah berada di sana saat Austin tiba bersama Mandy. Beberapa petugas medis dari rumah sakit dan polisi sedang melihat kasus yang terjadi kali ini. Tidak banyak bukti yang di tinggalkan di lokasi kejadian atau bahkan tidak ada sama sekali.“Bagaimana?” Austin melihat berkas yang di berikan polisi untuk di bacanya dan menatap William secara tak percaya. “Aku rasa dia tak seceroboh ini untuk mengganti resep obatnya dan juga dia tak mungkin asal mengganti dokter tanpa konfirmasi atau pemeriksaan lebih lanjut. Ini …”“Pembunuhan,” kata William santai. “Kematiannya di samarkan seolah-olah ini menyangkut dengan penyakit jantungnya. Dan anehnya …” William tunjukkan satu foto yang diam-diam di ambilnya tanpa sepengetahuan petugas medis mau pun kepolisian. “Ini obat aslinya. Aku bandingkan dengan yang aku temukan di lokasi. Isinya berbeda dengan yang ada di lokasi.”“Kau yakin?” William mengedikan bahunya. “Kita perlu penyelidikan lanjutan?”“Secara pribadi. Kepolisian sudah menyebar b
Sampai petang menyapa dan matahari kembali ke peraduannya. Baik Austin mau pun William belum menunjukan batang hidungnya. Meski Clara dan Alaina tahu apa yang sedang dilakukan suaminya, tetap saja perasaan khawatir itu tak menghilang.Beruntung Kaela mengerti perihal kesibukan papanya yang tak tahu hari dan waktu. Sehingga membuat remaja yang akan berpindah tempat tinggal itu mau memahami. Kaela sudah akan melayangkan protes saat Alaina memberikannya pemahaman. Dan teralihkan dengan cepat akan kehadiran Jazzy serta Alexa, Axel, dan Alex.“Ini terlalu mendadak,” ucap Alaina yang Clara ketahui sebagai bentuk rasa khawatirnya. “Aku ingat jika kemarin masih baik-baik saja dan Tuan Bruke selalu rutin memeriksakan dirinya ke dokter.”“Umur tak ada yang tahu.” Clara memberi respons seadanya karena tak ingin membuat Alaina lebih khawatir. Tentang apa yang sudah terjadi, William sudah menceritakannya jauh sebelum musibah ini terjadi. Tapi siapa yang akan menyangka jika secepat ini?Ah, sekaran
Lucas mendadak teringat dengan nasihat Clara. Berisi tentang cinta saat pertama kali Lucas bercerita tentang dirinya yang jatuh hati kepada Stella.Seperti ini perkataan Clara:“Tentang cinta: tidak ada pria mana pun di dunia ini yang worth it untuk kita memohon. Jika dia sudah tak mau dengan kita biarkan dia pergi. Ini berlaku untuk kita para wanita yang mana harus kau renungkan sebelum kau melangkah terlalu jauh—ah kau sudah melangkah sangat jauh. Jadi nasihatku ini jangan kau lupakan. Lalu, jika dia sudah tidak jelas antara mau dan tidak mau, artinya dia tidak mau. Biarkan dia pergi. Nah, ini yang sering menjadi misteri. Apa kau pernah mengantarkan Stella ke rumahnya dank au menyapa atau menemui kedua orangtuanya? Itu penting untuk dijadikan sebuah penilaian. Yang terakhir, meski terdengar sangat klise tapi ini benar adanya. Patah hati tidak selamanya. Suatu hari nanti kau akan menemukan cinta yang baru yang akan membuatmu bersyukur. Jadi, manakah yang pernah kau terapkan atau yang
“Sudah ada hasilnya?” tanya Clara kepada William. Pukul sepuluh malam, William baru saja tiba di rumahnya dan melewatkan acara di rumah Alaina. “Kau sudah makan?”Wajah William tampak kuyu dan Clara sangsi jika suaminya bisa makan di luar sana dengan tenang.“Alexa, Alex, dan Axel mereka tidur?” William tak menjawab pertanyaan Clara dan melayangkan tanya. Clara berdeham sebagai jawaban dan memberikan baju ganti untuk William. “Terima kasih.” Di kecupnya pipi Clara lama. “Aku lelah.” Dan Clara mengangguk tak memberikan banyak pertanyaan untuk William. “Aku berharap bahwa ini takkan sama tapi—““Kau harus makan. Maaf memberimu pertanyaan yang kau sendiri merasa kesulitan untuk menjawabnya. Aku akan menghangatkan makanan untukmu.”Kaki Clara sudah akan beranjak melangkah saat William menariknya kembali.“Akan aku ceritakan tapi aku juga tak yakin jika Bradley pelakunya.” Kedua alis Clara menyatu. “Tuan Bruke menolak—bukan dari Tuan Bruke sendiri—tapi dariku dan menyampaikan bahwa permint