Tidak ingin mengulang.Karena sudah tumbuh menjadi dewasa. Dan telah memaafkan segala salah yang tidak pernah diakui. Sudah tercukupkan perasaan ini. Meski butuh ratusan hari.Masa lalu adalah pelajaran panjang untuk menemui hari ini dan tidak mungkin ingin diulang kembali.Sebab, memaafkan bukan berarti memberi kesempatan seseorang untuk mengulang kesalahan dua kali.William akan menjadi egois. Dan selalu konvensional. Melakukan apa yang dirinya suka dan mengabaikan jika itu bukanlah hal yang penting. Terlebih jika itu merugikan untuk dirinya sendiri. Tapi anehnya, jika itu berkaitan dengan Clara, William bisa menyingkirkan semua sifat buruknya dengan mudah. William bisa menjadi sangat peduli hanya karena itu Clara bahkan tanpa di minta sekali pun.“Semuanya ada di amplop cokelat ini,” kata salah satu bawahannya—Marcel namanya. “Namun ada yang aneh.”“Apa?” William membukanya dengan antusias. Meski sudah sepelan dan setenang mungkin, di mata Marcel tetap terlihat.“Bukan sesuatu yang
Titik pergantian.Mau tidak mau aku harus mencoba memberanikan diri untuk membuka hati kembali. Meskipun belum kututup yang sebelumnya penuh berisi tentang kamu. Mau tidak mau aku harus mulai mencintai lagi. Entah mencintai seseorang yang baru, atau mencintai diriku sendiri terlebih dahulu.Aku ingin segera berada pada titik pergantian. Menukar segenggam mimpi yang lusuh dengan jantung baru yang segar dan mendamaikan. Berharap semoga kali ini tidak berakhir menjadi keruh dan menghitam.Tapi kalau kita siap mencintai, kita pun harus siap tersakiti, ‘kan?Sayangnya saat ini, aku belum sepenuhnya kembali utuh. Sesuatu di sudut hatiku masih terasa rapuh.William masih terus berkutat dengan pikirannya sendiri. Sampai mentari tenggelam ke ufuk barat dan terangnya awan berganti dengan gumpalan kelam hitam. Sesenti pun William belum beranjak dari kursi kebesarannya. Kepalanya William sandarkan di kursi dan segala kenangan dari masa lalunya bermunculan. Satu per satu mendominasi ruang ingatann
Alaina sering mengatakan ini kepada dirinya sendiri:‘Semoga—suatu hari nanti—kau mendapatkan seseorang yang ingin tahu masa lalumu untuk memahami dirimu. Bukan untuk menyiksamu dan menilaimu. Semoga kau menemukan seseorang yang ingin berada di sekitarmu, seseorang yang mendukungmu untuk menjadi dirimu sendiri dan membiarkanmu bersinar tanpa harus bersembunyi. Semoga kau menemukan seseorang yang menunggumu, seseorang yang mengerti bahwa kau telah melewati kelelahan untuk menjadi orang yang kau miliki saat ini. Takkan pernah kau temukan cinta yang tanpa cela, tak ada yang sempurna, tapi semoga kau mendapatkan yang selalu sedia menyempurnakan. Aku berdoa semoga kau menemukan seseorang yang membuatmu mengerti mengapa kau selalu gagal dengan yang lain. Semoga kau ditemukan oleh seseorang yang tahu caranya menyentuh jiwamu tanpa meletakkan tangannya di atasmu. Semoga ketika kau jatuh cinta pada seseorang, kau bukan satu-satunya yang jatuh. Karena menjadi satu-satunya orang yang jatuh, itu
“Jadi siapa namanya?”William tidak sadar ada tatapan Lucas yang siap menghunus. Andaikan mata cerahnya itu pedang, sudah pasti tubuh William terpisah dari bagian-bagiannya. Lagi pula, kapan Lucas akan paham jika William penguasa di keluarga Anderson?Sial!“Itu bayiku.”“Aku pamannya.”Dan tidak ada yang bisa mengalahkan William. Tuhan saja sudah malas mengurusi manusia satu ini. Di sandingkan dengan Lucifer saja, di jamin, Raja Lucifer takkan mau memungutnya. Di samakan dengan iblis penghuni neraka pun, takkan ada yang mau mengakui keberadaannya. William adalah manusia setengah iblis, separuh setan, dan seperempatnya salmon.Astaga!Lucas harus mengurut dadanya berulang kali dan mengembuskan napasnya berkali-kali.Sesak?Jelas!Bagaimana tidak merasakan hal-hal yang demikian. Begitu dokter keluar dari ruang persalinan dengan membawa bayinya, William yang mengambil alih pertama kali. Sungguh tak beradab!“Bagaimana dengan Angela?” Masih Willam yang mendominasi suara. Meminta pendapat
Stella pernah berdoa dengan sederhana.Lebih tepatnya iseng dan pasrah. Jika Tuhan akan mengabulkan, maka Stella menganggapnya sebagai hidupnya yang beruntung. Pun jika meleset dari apa yang di jadikan doa, tak apa. Stella menerima dengan lapang.Dulu, pernah Stella mimpinya mempunyai pasangan yang sempurna. Yang bisa di perkenalkan kepada dunia dengan rasa bangga; inilah kekasih hatiku, inilah milikku, inilah dunia yang aku miliki. Sempurna dan luar biasa. Iya, itu dulu yang terwujud sekarang ini.Sewaktu Stella masih remaja yang memandang cinta belum seluas pemikiran orang dewasa. Sampai akhirnya Stella sadar bahwa selain cinta, ada kehidupan pahit yang menyejajari langkah kakinya. Bahwa tidak hanya cinta yang Stella butuhkan.Sampai akhirnya Stella terus bertumbuh dan bertemu dengan Lucas. Di mana Stella mulai tahu pasangan hidup seperti apa yang dirinya mau—dan lebih dari itu yang Stella butuhkan. Cinta memang penting. Karena … siapa yang tak ingin menikah dengan orang yang kita c
‘Sebuah pesan yang belum sempat tersampaikan. Untuk seseorang yang pernah menemani perjalanan. Terima kasih atas semua kebaikan yang pernah diberikan. Terima kasih untuk ego dan amarah yang diredam agar kebersamaan masih tentang kebahagiaan. Terima kasih untuk telinga yang sudi mendengarkan meski terkadang hal penting juga ikut aku ceritakan.Terima kasih karena pernah mencoba mempertahankan sesuatu yang kita coba bangun. Terima kasih untuk kasih sayang yang tulus, meski kita sama-sama sadar bahwa kita hidup di dunia nyata, bukan dunia khayalan. Jadi tidak ada yang namanya selamanya. Tidak juga tentang selalu tertawa atau pun bahagia.Namun yang terpenting semoga kita tetap melangkah dengan penuh penerimaan. Penuh pendewasaan dan penuh kesadaran, bahwa tak selamanya melepaskan adalah sebuah penyesalan. Yang paling akhir adalah semoga Tuhan memberikan takdir indah seperti doa dan keinginan, juga segala hal terbaik untuk ke depannya.’Setelah malamnya membaca semua kata-kata itu, pagi s
“Tidak masalah,” kata Austin dengan senyumnya yang merekah. “Ini bisa kita jadikan ikatan yang tak sekadar membicarakan bisnis namun juga penyatuan saham dua keluarga.”“Aku setuju.” Alfred takkan menyia-nyiakan kesempatan yang datang. Lagi pula, siapa yang akan menolak berbesan dengan keluarga Anderson yang kondang. “Aku suka dengan Jazzy. Dia cantik dan manis.”Orang-orang tak ada yang tahu bahwa Jazzy merasa bingung dengan semua acara ini. Tidak biasanya Austin membawanya untuk ikut makan siang bersama. Mungkin hanya sesekali. Namun kali ini cukup membuat Jazzy kaget.Diusianya yang baru beranjak dewasa, tak banyak yang Jazzy pahami tentang kehidupan selain aktivitasnya di sekolah yang menyita waktu. Jazzy benar-benar tidak mengerti dan hanya diam sembari melihat anak lelaki seumurannya.“Mereka serasi, ‘kan?” Jasmine—istri Alfred—melihat dengan kegirangan. “Jazzy sangat imut dan kalem. Dia juga cantik dan aku suka sekali dengan Jazzy.”Jazzy tidak memberikan respons apa-apa selain
Ada yang pergi karena tak sehati.Ada yang pergi karena takut patah hati.Tapi, ada juga yang pergi karena takut jatuh hati.Seperti aku yang memilih meninggalkanmu setelah aku tahu kau tak bisa kumiliki.Austin masih terduduk dalam diam. Di kursi restoran yang sudah ditinggalkan oleh keluarga Alfred. Pikirannya berkecamuk dan perasaan bersalah mulai menyusupi. Austin egois. Mengakuinya saja tak membuat banyak perubahan kalau dirinya memang bersalah. Padahal, seharusnya Austin sadar bahwa tindakannya walaupun membuatnya untung tapi belum tentu membuat Jazzy senang. Jazzy juga punya pilihan dan berhak memilih apa yang di sukainya.Tidak seharusnya urusan bisnis membawa Jazzy dan keluarganya. Bagaimana pun, Austin adalah yang tertua di keluarga Anderson. Dan sudah seharusnya bersikap melindungi bukan malah melakukan hal-hal yang seperti ini.“Kau menyesal?” tanya Alaina yang langsung datang setelah Austin meneleponnya. “Aku harap kau tak pergi terlalu jauh saat membicarakan bisnis.”“Ki