Tepat jam 5 subuh Silvi membangunkan Kalisa dan juga Desi yang masih tidur pulas. “Kalisa, Desi, ayo bangun. Ini udah subuh loh, cepetan bangun dan ambil air wudhu untuk sholat subuh sebelum waktunya habis.
“Mmm, bentar lagi, Mah,” jawab Kalisa yang masih enggan untuk bangun. Sedangkan Desi langsung bangun dan duduk, akan tetapi matanya masih terpejam dan enggan untuk dibuka.
“Jangan ditunda-tunda lagi, buruan bangun dan cepat bersihkan iler kalian berdua itu. Apa kalian lupa, jika akad nikahnya akan dimulai jam 10? Dan sebelum itu Kalisa harus di Make up terlebih dulu supaya enak di lihatnya,” Ujar ibunya Kalisa.
Mendengar kata akad nikah seketika membuat Kalisa dan Desi membuka matanya dan melihat ke arah Silvi yang masih mengenakan mukena karena habis menjalankan sholat subuh. Perlahan Desi turun dari kasur menuju kamar mandi dan diikuti Kalisa di belakangnya.
Silvi menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua gadis perawan yang terlihat malas menuju kamar mandi.
Setelah menjalankan shalat subuh Kalisa dan Desi turun kebawah, mereka berdua menjadi bengong ketika melihat ruang tamu yang nampak kosong karena beberapa barang dan juga sofa dipindahkan ke halaman belakang.
"Kalian berdua kenapa berdiri disana dan bengong kayak sapi ompong gitu sih?” ucap Mila ibunya Desi yang heran melihat anaknya dan calon penggantin bengong melihat area ruang tamu yang sudah kosong.
"Loh, Mama kok udah datang jam segini?” Ujar Desi ketika melihat ibunya yang sudah datang.
"Memang Mama sengaja datang lebih pagi dari tukang rias pengantinnya. Tapi ngomong-ngomong kalian berdua udah pada mandi belum?
Kalisa dan Desi Bukannya menjawab mereka malah saling melihat dan malah cengengesan.
“Hmm, dilihat dari gelagat kalian pasti belum pada mandi. Pergi naik keatas lagi dan langsung mandi sana,” ujar ibunya Desi.
Dengan langkah berat mereka berdua naik keatas lagi dari pada kena omel yang membuat telinga panas.
“Mandinya jangan lama-lama! soalnya tukang riasnya bentar lagi datang dan langsung mau ngerias wajah kalian berdua biar keliatan kinclong dan gak butek kayak biasanya!” Teriak ibunya Desi.
“Aku kira cuman nyokapku aja yang bawel tingkat tinggi, ternyata tante Mila juga bawel ya,” ujar Kalisa dan diangguk Desi.
Tak lama setelah Kalisa dan Desi selesai mandi, mbak Indah sang perias pengantin datang dan langsung memulai memoles wajah Kalisa.
“Kalisa, kamu gak pernah pake make up ya sebelumnya?” ucap mbak Indah.
“Pake kok. Tapi cuman bedak padat dan lipglos saja,” jawab Kalisa polos.
“Pantesan beda,’ ujar Mbak Indah sambil melanjutkan merias wajah Kalisa.
“Beda apanya mbak?” Ucap Kalisa penasaran.
“Nanti juga kamu akan tau hasilnya, bener gak Desi?” Ujar Mbak Indah yang membuat Kalisa semakin penasaran. Sedangkan Desi hanya mengamuk dan sibuk merekam Kalisa yang sedang dirias.
Sedangkan ditempat lain tepatnya di kediaman keluarga Rahendra tak kalah sibuknya dengan kediaman keluarga Riyadi.
Nampak Nana dan Anisa yang tengah sibuk berdandan, sedangkan para orang tua tengah sibuk mengecek barang bawaan yang akan diserahkan kepada calon mempelai dan calon besan mereka.
Robert yang sudah rapi keluar dari kamarnya dan langsung mengetuk kamar milik Jonathan sebelum masuk.
Jonathan yang tengah merapikan penampilannya melihat kearah Robert yang berjalan menghampirinya.
“Wow, keren juga kamu memakai jas pilihan dua kurcaci itu,” ucap Robert.
"Hmm," Guman Jonathan.
“Apakah kamu sudah hafal kata-kata ijab kabulnya? Jangan sampai kamu mengulang nanti, bisa hilang harga diri sang CEO Elektro kita, jika kamu sampai mengulang nanti," ucap Robert.
“Kita lihat saja nanti gak usah banyak omong,” ujar Jonathan kemudian menjalankan kursi rodanya keluar dari kamar.
Robert tersenyum melihat sepupunya yang terlihat mulai bangkit dari keterpurukan semenjak mengalami kecelakaan. Dia sangat berharap setelah Jonathan menikah dia bisa melihat sepupunya kembali menjadi sosok Jonathan yang tangguh dan berkharisma seperti dulu sebelum kecelakaan itu terjadi.
“Anisa, Nana! Mau sampai kapan kalian berdua dandan dari tadi masih juga belum selesai?” Teriak Firda.
“Iya ini udah selesai, Mah,” jawab Nana yang tengah menuruni tangga bersama Anisa di belakangnya.
“Emangnya yang lainnya udah pada kumpul apa tante?” Ucap Anisa.
“Sudah, tinggal nunggu calon pengantinnya saja,” jawab Firda.
Tak lama setelah itu Jonathan dan Robert keluar dari lift dan langsung menyapa keluarga mereka yang sudah menunggu di ruang keluarga.
“Astaga! Aku tidak menyangka jika jas itu akan nampak keren dipakai oleh kak Jo,” seru Nana dan langsung menghampiri Jonathan.
“Apa kamu lupa jika kakakmu itu akan tetap terlihat tampan memakai apa pun dan dalam kondisi apapun juga, Nana?” Ujar Sella ibunya Anisa yang berdiri tak jauh dari mereka.
“Aku jadi iri dengan kakak ipar yang akan mempunyai suami tampan seperti kak Jo. Mudah-mudahan kelak aku juga akan mendapatkan suami tampan dan juga baik seperti Kak Jo,” celoteh Nana dan langsung mendapatkan respon tak terduga dari Anisa.
“Menghayal aja kamu ini, Nana kerjaannya. Sekolah aja dulu yang bener, gak usah mikirnya yang begituan terlebih dulu. Lagian nihya, sebelum kamu menikah seharusnya Robert dulu yang menikah. Betulkan tante apa yang aku bilang?” Ujar Anisa dan spontan mendapatkan tatapan tajam dari Robert. Sedangkan Anisa yang mendapatkan tatapan tajam malah tersenyum jahil dan menjulurkan lidahnya keluar tanda dia puas mengerjai Robert.
“Iya bener, apa yang kamu omongan itu, Anisa. Mungkin tante juga nanti akan segera mendesak dia untuk segera menikah setelah ini,” jawab Firda santai.
“Ayolah, Mah. Kenapa Mama harus mendengarkan omongan gak jelas dari si bawel Anisa itu sih?” ucap Robert.
“Apanya yang gak jelas? Apa yang dibilang Anisa itu bener 100% kok. Atau Jangan-jangan kamu masih tetap jomblo sampai sekarang, Robert?” Ucap Firda curiga pada putra sulungnya.
“Lah memangnya kenapa jika aku masih jomblo? Apakah itu salah, Mah?” Jawab Robert.
“Ya tentu saja salah. Kalau kamu sampai sekarang aja masih jomblo, lantas kapan Mama akan segera punya menantunya dan juga punya cucunya?
Anisa semakin tersenyum senang melihat Robert gelagapan dan kesusahan menjawab perkataan ibunya. Sedangkan saudara yang lainnya hanya tertawa melihat ekspresi Robert yang terlihat menegang.
‘Dasar Anisa sialan. Lihat aja kamu, pasti aku bakal balas nanti,” gerutu Robert dalam hati.
“Sudah cukup bercandanya, sebaiknya kita berangkat sekarang takut telat dan kena macet dijalan nanti,” ucap Silvi dan alhasil menyelamatkan Robert dari suasana yang begitu mencekam kan baginya.
“Iya benar itu. Apakah kamu sudah siap Jonathan?” Ucap Mawar lembut kepada putra semata wayangnya.
“Aku siap dari tadi, Mah,” jawab Jonathan.
Mereka pun segera berangkat menuju kediaman Kalisa. Sepanjang jalan menuju kediaman calon istrinya Jonathan hanya diam dan menatap ke arah jendela. Dan hal itu pun tak luput dari perhatian Robert.
“Apakah kamu gugup, Jo?” Tanya Robert.
“Lumayan, mau bagaimanapun juga ini adalah awal bagiku untuk membuka lembaran baru dengan orang lain, dan orang itu akan menjadi istri sahku. Aku tidak menyangka jika dia menerima lamaran kami malam itu. Apakah menurutmu dia menerima lamaran itu karena dia merasa kasihan padaku karena aku seorang pria cacat?” Ucap Jonathan yang malah terdengar pilu bagi Robert.
“Aku rasa tidak begitu. Memang benar dia menerima lamaranmu dan bahkan dia masih tetap mau menikah denganmu walaupun dia tau jika kamu mempunyai kondisi seperti sekarang ini. Dan menurutku dia juga punya alasan yang kuat kenapa dia menerimamu. Kulihat dari data informasinya, dia gadis yang cukup baik. Ya, walaupun dia mempunyai sifat barbar, kasar dan juga ketus terhadap lelaki, aku yakin dia punya alasan yang kuat kenapa dia melakukan hal itu,” uca Robert pajang lebar.
“Entahlah, aku hanya berharap dia bisa membuat Mama dan Papa bahagia, itu sudah lebih dari cukup untukku,” ujar Jonathan.
“Lalu bagaimana denganmu? Apakah kamu akan menerima dia dengan tulus sebagai istrimu?” Tanya Robert dan berhasil membuat Jonathan bungkam tak bisa menjawab pertanyaan itu.
Sedangkan Robert juga tak memaksa Jonathan untuk menjawab pertayaannya itu.
Dalam sekejap mata ruang tamu yang tadinya penuh dengan perabotan rumah dan hiasan kini disulap menjadi tempat untuk melangsungkan acara akad nikah Kalisa dan Jonathan.Nampak beberapa orang sibuk mondar mandir menyiapkan keperluan yang akan digunakan untuk acara itu. Sedangkan Kalisa dengan gugup menunggu kedatangan calon suaminya beserta keluarganya.“Udah gak usah gugup gitu, bikin santai aja kali,” ujar Desi yang menemani Kalisa dikamar.“Tau ah,” ucap Kalisa.Cklek! Suara seseorang membuka pintu kamar Kalisa dan ternyata Silvi ibunya Kalisa.Silvi tersenyum lembut ke arah Kalisa, dia sangat bahagia bisa melihat putri tercinta menikah. Dan sekilas dia teringat akan bayangan sosok Lisanna yang tersenyum ke arahnya."Andai saja kejadian itu tidak terjadi, dia pasti akan turut bahagia melihat Kalisa menikah,” batin Silvi dan dia merasa sangat sedih jika teringat akan sosok Lisanna.“Tante kenapa berdiri di pintu sambil nge
Kalisa yang tak tau apa apa hanya menuruti ucapan orang tua dan juga mertuanya yang menyuruhnya menaiki mobil yang akan dinaiki suaminya.Dari jauh Bram memperhatikan adik kesayangannya yang akan pergi bersama suaminya. Dia tidak menyangka jika adiknya yang barbar dan nakal namun sayang amat disayanginya, akan secepat ini menjadi istri orang dan pergi meninggalkan rumah untuk mengikuti suaminya.''Semoga kamu bisa mendapatkan kebahagian yang berlimpah bersama suami mu, adik barbarku tersayang," lirih Bram.Tampak para saudara dari keluarga Kalisa dan juga Jonathan melepas sepasang pengantin yang akan pergi menuju suatu tempat yang sudah disiapkan dengan matang oleh Anisa.Kalisa berusaha mati matian menahan tangis saat Mamanya melepaskan pelukan hangat. "Ingat pesan Mama, jadilah istri yang baik dan nurut dengan suamimu. Karena surga istri ada pada suami," ucap ibunya Kalisa dan diganggu Kalisa."Jonathan, Mama serahkan tanggungjaw
Karena kelelahan dan juga waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Jonathan dan Kalisa langsung tidur dengan pulas hingga subuh menjelang.Dering alarm pada ponsel yang membangunkan Kalisa, dengan cepat Kalisa menyambar ponselnya dan langsung mematikan alarmnya.“Kenapa cepat sekali sudah subuh?” Ucap Kalisa dan menoleh kesamping dan melihat Jonathan yang masih berlatih pulas.“Sebenarnya kamu itu sangat tampan dan masuk dalam tipe lelaki yang aku suka dari segi ketampanan. Akan tetapi mengapa sikapmu s
Jessica melihat penampilan Kalisa yang memakai kaos putih dengan celana jins pendek dan yang hanya memakai sandal Flat dengan model selempang yang menurut Jessica murahan."Siapa dia, Mas? Dan kenapa kamu diam saja saat dihina dan dipermalukan olehnya?" ucap Kalisa yang terlihat marah.Jonathan hanya diam tak menjawab pertanyaan Kalisa. Dirinya hanya memperhatikan wajah kesal menahan amarah dari istrinya."Kenapa diam saja, Mas?’’ Ucap Kalisa dan menatap tajam kearah Jessica yang juga menatapnya.“Kamu tidak berhak untuk tahu siapa saya? Memangnya kamu siapa bertingkah seolah kamu itu sangat mengenalnya?” Ujar Jessica dengan sikap sombongnya.Mendengar perkataan Jessica membuat Kalisa yang tadinya sudah kesal dengan Jonathan menjadi semakin kesal dan geram. “Tentu saja aku berhak tahu dan harus tahu siapa kamu, karena sudah berani menghina dan merendahkannya didepanku,” tukas Kalisa dengan suara dingi
Jonathan tidak menyangka jika Kalisa akan menayakan pertayaan yang sedikit vulgar dan itu malah menjadi poin penting bagi Kalisa kenapa dirinya menerima pernikahan ini. Ditengah keterkejutannya, Jonathan melihat tingkah lucu Kalisa yang tiba-tiba berbalik dan memunggunginya.Jonathan mengangkat sudut bibirnya karena mendapatkan ide cemerlang untuk mengetes istri barbarnya yang sepertinya malu setelah menyadari pertanyaan sendiri. “Kamu sendiri yang mengatakanya, jika dirimu tidak akan menyesal menikah denganku. Maka jangan salahkan aku jika kedepannya aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan aku seperti yang Jessica lakukan,” ucap Jonathan. “Hmm,” guman Kalisa. “Sekarang jawab pertanyaanku. Kamu sakit apa sebenarnya? Kenapa badanmu sampai dingin seperti tadi?” Ucap Jonathan sambil mengusap kembali pinggang Kalisa dengan lembut. “Ini hanya sakit biasa saat ada tamu bulanan datang,” jawab Kalisa. “Tamu bulanan? Tapi aku tidak melihat
Melinda tersenyum lembut mendengar pertanyaan Robert yang sudah menanyakan hal yang sama padanya."Tentu saja aku sangat yakin dan tidak akan menyesalinya, Robert. Bukankah satu bulan yang lalu kamu sendiri yang bilang, jika Jonathan mengalami keterpurukan dan hampir kehilangan semangat hidupnya setelah mengalami kecelakaan dan juga ditinggalkan oleh tunangannya? Setelah aku mendengar ceritamu, aku langsung memutuskan kembali ke indonesia dan akan menetap disini untuk membantunya pulih seperti sedia kala," ucap Melinda dengan yakin tanpa tahu jika sebenarnya Jonathan teman masa kecilnya dan orang yang sangat ia rindukan baru saja menikah dua hari yang lalu.'Kenapa aku merasa jika Melinda menyimpan rasa dengan Jonathan ya? Apakah aku perlu memberi tahunya, jika sekarang Jonathan sudah menikah?" Pikir Robert sambil melihat Melinda yang tersenyum lembut kearahnya."Melinda, sebenarnya Jonathan itu sudah me—,“ belum selesai Robert mengucapkan kal
Tanpa terasa sudah empat hari Jonathan dan Kalisa menghabiskan waktu di bali. Kalisa yang merasa badanya sudah membaik dan tidak merasa nyeri lagi pada pinggang dan perutnya meminta Jonathan mengajaknya berkeliling bali untuk melihat lihat pernak pernik yang dijual para pedagang."Mas, nanti kita ke pantai yuk? Aku ingin melihat keindahan pantai saat matahari terbenam. Banyak yang mengatakan sangat indah dilihat dan diabadikan."Hmm," guman Jonathan seperti biasa dan kali ini Kalisa tak lagi marah ataupun tersinggung. Karena dia sudah tau dan paham jika memang seperti itu sifat dan watak dari suami datar dan dinginnya.Kalisa melihat beberapa pernak pernik yang sangat indah dan terlihat lucu baginya. Ini adalah kedua kalinya Kalisa liburan ke Bali.Dulu dia ke Bali bersama kakaknya Bram, dan dia tidak diizinkan berkeliling pasar yang menjual berbagai pernak pernik seperti yang didatanginya kali ini.
"Apa-apaan sih tadi? Mengapa aku jadi saat diperhatikan olehnya? Dan kenapa jantungku jadi dag dig dug kayak gini ya? Masak iya hanya gara-gara ditatap kayak gitu, aku jadi punya penyakit jantung sih?” Ucap Kalisa yang merasa aneh.Dilihat dari pandangan kaca kamar mandi yang wajah merah meronanya. “Apa sih, kenapa juga jadi merona kayak gini?”Karena tak ingin melihat wajah blushing nya, Kalisa pun mencuci mukanya kembali sebelum keluar dari kamar mandi.
Jonathan melihat istrinya yang berbalik dan menunjukan wajah yang penuh harap dan sangat menantikan jawabannya. Melihat suaminya yang malah terlihat bingung dan tak kunjung menjawab membuat Kalisa mengerti kemudian menghela nafas berat dan menyimpulkan jika suaminya masih belum menemukan nama untuk si kembar yang sebentar lagi akan segera lahir. “Sudah aku duga jika Mas Nathan masih belum menemukan nama untuk si kembarkan?” ujar Kalisa dengan nada kecewa dan memejamkan matanya untuk menutupi kekecewaannya serta kesedihannya. Mendengar nada suara kecewa dari istrinya membuat Jonathan menjadi tak tega.“Sebenarnya aku sudah menemukan nama untuk si kembar, akan tetapi aku masih ragu apakah nama itu akan cocok dan juga bagus untuk mereka nanti,” ujar Jonathan ragu.“Benarkah kamu sudah menemukan nama untuk mereka? Coba katakan padaku nama apa yang sudah Mas buat untuk si kembar?” ucap Kalisa yang kembali ceria lagi dan mengusap lembut wajah suaminya.Jonathan menelan ludahn
Kesal karena ucapannya dipotong begitu saja disaat dirinya ingin meluapkan kegelisahannya semenjak menonton serial tv yang saat ini tengah naik daun. Dengan tak berperasaan Kalisa menggigit jari telunjuk suaminya yang ditempelkan pada bibirnya.“Argh!” erang Jonathan dan tangan satunya mengepal kuat untuk menahan rasa sakit pada jari telunjuknya akibat perbuatan istrinya.Mawar yang menyaksikannya hanya bergidik ngeri melihat putranya yang sedang kesakitan. ‘Aduh kasihan benar kamu Jonathan. Semoga kamu bisa menjadi lebih sabar lagi menghadapi sikap Kalisa yang mudah marah semenjak mengandung buah hatimu,” batin Mawar yang menatap iba putranya yang sedang menahan sakit pada jarinya akibat gigitan dari menantunya.Kalisa bukannya merasa bersalah melihat suaminya yang kesakitan dengan mimik muka memerah sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Dia malah cuek dan hendak berdiri dari
Perlahan mata mata sipit yang sudah tertutup kini sudah terbuka dan langsung mendapati sosok Dimas yang tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Bulu lentik yang sudah lama tidak bergerak mengikuti kelopak matanya kini bergerak naik turun. Baik Nana dan juga Dimas hanya diam dan saling melihat tanpa mengucapkan sepatah kata.Nana yang melihat wajah khawatir Dimas menjadi menarik sudut bibir tipisnya dengan sorot mata seolah-seolah mengatakan jika dirinya baik-baik saja.Firda yang merasa heran dengan sikap Dimas yang tak biasanya tidak menjawabnya saat diajak bicara akhirnya memutuskan mendekatinya. ‘Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua sih? Yang satunya berlari keluar dan yang satunya lagi hanya berdiri dan menatap serius ke arah Nana,” batin Firda kemudian menoleh ke putrinya.Terkejut sudah pasti saat melihat anak bungsunya yang sudah lama tidak membuka matanya kini sudah membuk
“Apa kau tidak punya mulut untuk menjawab pertanyaanku, Dimas? Asalkan tau saja ya, sebenarnya aku sangat muak setiap akhir pekan selalu melihat wajah cuek dan sangat menjengkelkan darimu,” ucap Robert dengan ketus.“Ini anak udah dewasa tapi sifat dan pemikirannya masih saja seperti anak kecil. Pantas saja Desi selalu menolakmu karena sifat kekanak-kanakan mu ini,” ucap Firda dan menjewer telinga putranya.“Aw …. Sakit ini telingaku, Mah,” ucap Robert sambil memegangi telinga yang masih saja dijewer oleh mamanya.Dimas yang melihat Robert mendapat jeweran dari mamanya menjadi tersenyum puas kemudian dia menoleh pada sosok Nana yang masih tetap betah memejamkan matanya selama tujuh bulan lebih. Rasa rindu ingin melihat mata hitam berbinar yang selalu ditunjukkan oleh Nana dan juga senyum manis nan menggoda menghiasi bibir tipisnya.‘Cepatl
Sebelum menjawab pertanyaan dari mantan suaminya Santi menarik nafas dan membuangnya perlahan. “Aku pikir kamu sudah melupakan Zian dan juga Rian karena sebentar lagi akan mendapatkan anak dari rahim wanita lain,” ucap Santi dingin dan terdengar tajam. Mendengar penuturan mantan istrinya membuat Jefry terkejut. Karena selama delapan tahun menjalani rumah tangga dengannya, ini pertama kalinya dia mendengar Santi berkata dingin dan juga terdengar tajam. “Mana mungkin aku melupakan mereka, Santi? Mau bagaimanapun mereka berdua darah dagingku dan aku tidak akan pernah melupakan mereka walaupun aku sudah memiliki anak lagi dari Serli. Bahkan aku berharap di masa depan mereka bisa rukun walaupun tidak tinggal satu rumah dan berbeda ibu,” ujar Jefry. “Baguslah jika kamu tidak akan pernah melupakan mereka. Selama istrimu tidak mengacau dan membuat kerusuhan di rumahku lagi, aku akan menutupi dan mengatakan pada anak-ana j
“Aku tidak menyangka jika istrinya Jonathan ternyata berhati dingin dan juga sombong sama seperti suaminya. Aku ingin melihat sampai dimana kalian berdua bisa bersikap sombong terus menerus seperti itu,” ucap Serli kemudian berjalan meninggalkan kediaman Rahendra dengan hati yang panas karena emosi menggebu-gebu yang menguasainya. Kalisa menjadi bengong mendengar perkataan Serli yang mengatainya berhati dingin dan juga sombong. “Kenapa aku merasa tidak suka mendengar perkataan wanita tadi? Dasar pelakor tak tau malu, berani-beraninya dia mengataiku wanita berhati dingin dan juga sombong! Lihat saja jika sampai aku bertemu lagi dengannya, pasti bakal aku hajar sampai babak belur tuh pelakor,” gerutu Kalisa yang tak terima dan merasa kesal. Jonathan yang berada di lantai dan melihat istrinya yang menggerutu menjadi tersenyum dan menggelengkan k
Kalisa menelan saliva melihat suaminya yang memejamkan matanya dengan tangan bergerak maju-mundur mengocok juniornya. ‘Apakah ini yang dilakukan Mas Nathan jika sedang berlama-lama dikamar mandi dalam beberapa hari ini?” batin Kalisa. “Sstt oohh, Kalisa,” desis Jonathan sambil memanggil nama istrinya. Tak tahan melihat keseksian dan pesona roti sobek yang milik suaminya yang sangat menggoda, senyum jahil terukir indah di bibir ranum Kalisa dan berjalan mendekati suaminya yang masih belum menyadari kehadirannya. Jonathan terperanjat dan membuka matanya ketika istrinya dengan diam-diam mendekatinya dan memeluk dari belakang dengan tangan merabai perut sispeknya hingga turun ke pangkal dan memainkan dua bolanya. “Kenapa kamu melakukannya sendiri, Mas? Apakah aku udah tidak menarik lagi sampai kamu mastubasi dikamar mandi?” ucap Kalisa. Jonathan menelan saliva dan seluru
Andrew membuka lebar paha istrinya dan mulai memasukan juniornya yang sudah siap untuk bertempur dan menyemburkan saus kental mayones kedalam rahim istrinya. Oohh…. Desis Andrew saat juniornya perlahan memasuki gua hangat dan licin milik istrinya yang selalu memberikannya kenikmatan dan juga kepuas. Mira menggigit bibirnya dan menikmati momen hangat saat junior suaminya memasuki area paling sensitifnya. “Aku menagih janjimu, Honey,” bisik Andrew kemudian mencium telinga istrinya dan sedikit memberi tiupan untuk membangkitkan gairah istrinya. ‘Memangnya aku punya janji apa dengan pria sinting ini? Perasaan aku tidak pernah menjanjikan apapun padanya,” pikir Mira. “Jangan menggigit bibirmu sendiri, Honey,” ucap Andrew kemudian melumat dengan lembut bibir istrinya dan kedua tangannya meremas gunung kembar. Aahh…. Suara desahan k
Anisa menyenggol Kalisa yang tak berkedip melihat dua orang yang berdiri tak jauh dari mereka. Sedangkan Andrew hanya melihat sekilas wanita yang memiliki mata biru cerah yang mirip dengannya akan tetapi itu bukan warna asli karena wanita itu menggunakan soflen sedangkan Andrew asli yang mewarisi dari papanya. “Kemarilah Abigail,” ucap Andrew pada adiknya dan menyuruh duduk disebelahnya. Wanita bule yang tak lain adalah keponakan dari ibu sambung Andrew pun mengikuti Abigail dan hendak duduk disebelahnya, namun sayang Anisa dengan cepat bergeser duduk disebelah Abigail. “Ternyata kamu udah besar ya, Abigail,” ucap Anisa berbasa-basi dan menguap lembut kepala Abigail. Melihat apa yang dilakukan Anisa tentu saja membuat Arsila geram dan mengepalkan tangan nya unt