Karena kelelahan dan juga waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Jonathan dan Kalisa langsung tidur dengan pulas hingga subuh menjelang.
Dering alarm pada ponsel yang membangunkan Kalisa, dengan cepat Kalisa menyambar ponselnya dan langsung mematikan alarmnya.
“Kenapa cepat sekali sudah subuh?” Ucap Kalisa dan menoleh kesamping dan melihat Jonathan yang masih berlatih pulas.
“Sebenarnya kamu itu sangat tampan dan masuk dalam tipe lelaki yang aku suka dari segi ketampanan. Akan tetapi mengapa sikapmu sangat dingin sekali,” ujar Kalisa kemudian bangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Jonathan yang sebenarnya sudah bangun ketika mendengar bunyi alarm hanya pura-pura tidur saja. Bahkan dirinya sempat kaget ketika mendengar perkataan Kalisa tadi.
Kalis yang baru selesai menunaikan sholat subuh langsung melipat mukenanya dan menyimpan kembali di kopernya.
“Hari ini kita akan pergi kemana?” Ucapkan Kalisa yang kembali tiduran disebelah Jonathan.
“Terserah kamu mau pergi kemana,” jawab Jonathan sambil membalas Chat dari Robert.
“Mmm, ngomong-ngomong aku harus memanggil kamu apa?” Ucap Kalisa kemudian memiringkan posisi tidurnya ke arah Jonathan. “Kalau dipanggil abang, nanti dikira tukang bakso. Panggil kakak tapi rasanya gak enak banget kedengarannya. Bagaimana kalau aku memanggil Mas Nathan saja?"
“Terserah kamu,” jawab Jonathan kemudian dia berusaha menggapai kursi rodanya.
“Mau kemana?” Tanya Kalisa.
“Kamar Mandi, kenapa? Mau ikut?” ujar Jonatan iseng.
“Memang boleh?” Jawab Kalisa yang membalas keisengan Jonathan.
“Dalam mimpi,” jawab Jonathan sambil menjalankan kursi rodanya menuju kamar mandi.
“Ck, memang apa salahnya jika aku ikut ke kamar mandi? Toh kita sudah sah menjadi suami istri ini,” gerutu Kalisa.
Sekilas bibir Jonathan senyum miring mendengar gerutuan Kalisa. “Kurasa aku harus sedikit membuka diriku untuk gadis barbar ini untuk kedepannya. Akan tetapi sebelum itu, aku harus menguji kesetiaan dan juga ketulusan hatinya terlebih dahulu,” lirih Jonathan.
Kalisa yang mulai lapar mulai berjalan lalu-lalang dan membuat Jonathan yang baru saja keluar dari menjadi heran.
“Aku sudah sangat lapar menunggumu terlalu lama di kamar mandi. Dan aku sangat ingin makan yang ada pada gambar ini,” ucap Kalisa sambil menunjukkan sebuah hidangan yang terlihat nikmat dalam ponselnya.
“Memangnya kamu tau tempat yang jualannya itu?
“Tentu saja tau jika kita mengikuti petunjuk arah mengarahkan,” ucap Kalisa antusias dan langsung mengambil tas tangannya. “Ayo kita pergi sekarang, aku sudah sangat lapar.
“Aku ambil dompet dan ponselku dulu," ujar Jonathan.
“Oyeh! Teriakan Kalisa kegirangan layaknya anak kecil yang mendapatkan mainan baru.
Sepanjang jalan menuju restoran yang akan mereka tuju, Kalisa bersenandung ria dirinya sangat indah sepanjang waktu berjalan-jalan dengan suaminya. Sedangkan Jonathan hanya diam memperhatikan tingkah laku isterinya yang kepemimpinannya aneh.
“Ayo,” sapa pegawai resto dengan ramah. Kalisa hanya membalas dengan senyum manisnya.
Kalisa yang sudah tak sabar langsung membuka menu makanannya. "Saya pesan ayam betutu, sate lilit dan minumnya Jus alpukat. Kamu mau makan apa, Mas?
"Terserah kamu saja," jawab Jonathan seperti biasa dengan gaya datar dan juga cuek.
"Mas, mas Nathan," panggil Kalisa dengan nada suara kesal dengan jawaban dari suaminya.
Jonathan membocorkan Kalisa yang mengembangkan kedua pipinya dan menunjukkan wajah kesal.
“Bisa gak sih Mas, kalau lagi bicara sama aku itu gak usah pake nada datar dan juga dingin? Terus terang aku gak suka banget dengarnya. Aku ini sekarang isteri kamu loh, Mas. Jadi jangan samakan aku dengan orang lain yang biasa kamu lakukan seperti itu,” protes Kalisa panjang lebar dan hanya ditanggapi Jonathan dengan anggukan kepala dan semakin membuat Kalisa kesal.
“Jadi mau pesan apa, Mbak?” Ucap pelayan resto yang sudah menunggu dan mendengarkan percakapan mereka berdua.
“Sama aja mbak dengan pesanan saya tadi,” jawab Kalisa yang pada akhinya memilih mengalah. sadar jika tidak akan menonton itu suaminya bisa luluh setelah menerima perlakuan tidak dikenakan dari keluarga mantan calon istrinya.
Setelah mendapat jawaban dari Kalisa, pelayan resto itu langsung pergi meninggalkan suami istri dengan suasana yang tidak nyaman. Bahkan saat makanan yang pesan sudah datang mereka masih diam dan canggung tanpa ada yang berinisiatif untuk membuka pembicaraan mereka.
Kalisa menikmati makanan yang ia pesan tanpa niat untuk berbicara dengan suaminya yang juga tengah menikmati makannya.
'Dasar suami datar dan juga dingin, gak berperasaan banget sih jadi orang. Kalau saja aku gak inget dengan nasehat Mama, sudah aku maki-maki dia,” gerutu Kalisa dalam hati.
“Aku pergi ke toilet sebentar, Mas,” ujar Kalisa.
“Iya,” jawab Jonathan singkat.
'Lihatlah cara dia ngejawabnya. Singkat padat dan irit suara,” lagi-lagi Kalisa menggerutu dalam hati.
Jonathan yang melihat Kalisa menuju toilet langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Robert karena ada sesuatu yang sangat penting yang harus dia perintahkan pada sepupunya itu.
[“halo, ada dimana kamu,” ]tanya Jonathan saat Robert mengakat panggilannya.
[“Kantor Lah, emang dimana lagi, Jo? Bagaimana malam pertama kalian? Apakah sudah pecah duren dan menanam benihnya?” ] ucap Robert.
[“gak ada duren dan gak ada tebar benih juga. Oh ya, kamu lakukan yang sudah kita atur untuk menjatuhkan anak perusahaan bajingan itu.”] Ucap Jonathan to the point.
["Oke. ngomong-ngomong kenapa kamu gak pecah duren? Apa kamu lupa pesanan mertua dan juga orang tua kamu, untuk memberi merek cucu yang unyu dan menggemaskan seperti kalian berdua?"] Ucap Robert yang kekeh menayakan masalah belah duren.
["sialan kamu Robert. Hal itu mungkin tidak akan pernah terjadi, apa. kamu lupa bagaimana kondisiku saat ini?']
Robert hanya diam tak menanggapi ucapan Jonathan barusan, dia tau jika sepupunya itu masih dalam suasana kalut dengan kondisi fisik yang tengah dialaminya.
[“Akan tetapi aku berharap hubungan kalian bisa menjadi pondasi untuk kamu melangkah menuju masa depan yang jauh lebih baik lagi, Jo.]
[“Aku tau dan akan aku usahakan seperti apa yang kamu dan juga orang tuaku katakan. Akan tetapi itu semua harus bergantung dengannya juga, jika dia menerima aku sebagai suaminya dengan tulus, maka aku juga akan memperlakukannya dengan tulus.]
[“aku rasa dia cukup tulus menerima pernikahan ini, Jonathan.]
[“Dari mana kamu tahu jika dia tulus menerima pernikahan ini, Robert? Sudahlah, aku tutup teleponnya. Aku malas membahasnya]
[“oke, Bay.] ucap Robert dan mematikan sambungan telponnya.
“Apakah ini benar kamu, Jonathan?” Ucap perempuan yang berdiri tak jauh dari tempat Jonathan duduk.
Jonathan mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah sumber suara seorang wanita yang sangat dikenalnya dan bahkan dulu iya sangat stres, jika sehari saja tidak mendengar suara itu.
“Ternyata benar kamu. Apa yang kamu lakukan disini? Apakah yang dibilang Kikan benar, jika kamu mengikuti aku yang sedang berlibur kesini?” Tuduh wanita itu.
Jonathan diam dan melihat wanita yang berdiri di hadapannya dengan wajah datar dan dingin.
“Kamu harus tau dan harus sadar jika kita tidak bisa bersama, Jonathan. Jadi aku mohon, biarkan aku bahagia dan jangan mengusik aku lagi. Aku tidak bisa hidup dengan keadaanmu yang seperti ini,” ucap wanita pelan yang malah terdengar mengejek .
“Maksud kamu apa?” Ucapkan Jonathan dingin.
“Jangan pura-pura gak tau, Jonathan. Kamu sengaja datang kembali dan bahkan kamu mengikuti aku dan kekasihku yang sedang makan disini bukan?!” Ucapkan wanita itu dengan percaya diri dan dengan suara keras.
“Apakah menurutmu kamu layak untuk aku ikuti?' Ucap Jonathan Datar.
“Lalu apa yang kamu lakukan sekarang? Kamu harus sadar dengan keadaanmu yang bahkan tidak bisa mengambil baju sendiri di lemari!” ucap wanita yang kini malah tersulut emosi.
Jonathan hanya diam mendengar ocehan dan hinaan yang dilontarkan wanita yang pernah mengisi hati itu.
“Lalu kenapa jika dia tidak bisa mengambil baju sendiri di lemari? Apakah hal itu mengganggu Anda, Nona?” Ucap Kalisa yang ternyata sudah berdiri tepat di belakang wanita itu yang tak lain adalah Jessica mantan tunangan Jonathan.
Jessica menoleh ke belakang dan menatap Kalisa bingung karena dirinya tidak tahu jika Jonathan sekarang menikah.
Jessica melihat penampilan Kalisa yang memakai kaos putih dengan celana jins pendek dan yang hanya memakai sandal Flat dengan model selempang yang menurut Jessica murahan."Siapa dia, Mas? Dan kenapa kamu diam saja saat dihina dan dipermalukan olehnya?" ucap Kalisa yang terlihat marah.Jonathan hanya diam tak menjawab pertanyaan Kalisa. Dirinya hanya memperhatikan wajah kesal menahan amarah dari istrinya."Kenapa diam saja, Mas?’’ Ucap Kalisa dan menatap tajam kearah Jessica yang juga menatapnya.“Kamu tidak berhak untuk tahu siapa saya? Memangnya kamu siapa bertingkah seolah kamu itu sangat mengenalnya?” Ujar Jessica dengan sikap sombongnya.Mendengar perkataan Jessica membuat Kalisa yang tadinya sudah kesal dengan Jonathan menjadi semakin kesal dan geram. “Tentu saja aku berhak tahu dan harus tahu siapa kamu, karena sudah berani menghina dan merendahkannya didepanku,” tukas Kalisa dengan suara dingi
Jonathan tidak menyangka jika Kalisa akan menayakan pertayaan yang sedikit vulgar dan itu malah menjadi poin penting bagi Kalisa kenapa dirinya menerima pernikahan ini. Ditengah keterkejutannya, Jonathan melihat tingkah lucu Kalisa yang tiba-tiba berbalik dan memunggunginya.Jonathan mengangkat sudut bibirnya karena mendapatkan ide cemerlang untuk mengetes istri barbarnya yang sepertinya malu setelah menyadari pertanyaan sendiri. “Kamu sendiri yang mengatakanya, jika dirimu tidak akan menyesal menikah denganku. Maka jangan salahkan aku jika kedepannya aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan aku seperti yang Jessica lakukan,” ucap Jonathan. “Hmm,” guman Kalisa. “Sekarang jawab pertanyaanku. Kamu sakit apa sebenarnya? Kenapa badanmu sampai dingin seperti tadi?” Ucap Jonathan sambil mengusap kembali pinggang Kalisa dengan lembut. “Ini hanya sakit biasa saat ada tamu bulanan datang,” jawab Kalisa. “Tamu bulanan? Tapi aku tidak melihat
Melinda tersenyum lembut mendengar pertanyaan Robert yang sudah menanyakan hal yang sama padanya."Tentu saja aku sangat yakin dan tidak akan menyesalinya, Robert. Bukankah satu bulan yang lalu kamu sendiri yang bilang, jika Jonathan mengalami keterpurukan dan hampir kehilangan semangat hidupnya setelah mengalami kecelakaan dan juga ditinggalkan oleh tunangannya? Setelah aku mendengar ceritamu, aku langsung memutuskan kembali ke indonesia dan akan menetap disini untuk membantunya pulih seperti sedia kala," ucap Melinda dengan yakin tanpa tahu jika sebenarnya Jonathan teman masa kecilnya dan orang yang sangat ia rindukan baru saja menikah dua hari yang lalu.'Kenapa aku merasa jika Melinda menyimpan rasa dengan Jonathan ya? Apakah aku perlu memberi tahunya, jika sekarang Jonathan sudah menikah?" Pikir Robert sambil melihat Melinda yang tersenyum lembut kearahnya."Melinda, sebenarnya Jonathan itu sudah me—,“ belum selesai Robert mengucapkan kal
Tanpa terasa sudah empat hari Jonathan dan Kalisa menghabiskan waktu di bali. Kalisa yang merasa badanya sudah membaik dan tidak merasa nyeri lagi pada pinggang dan perutnya meminta Jonathan mengajaknya berkeliling bali untuk melihat lihat pernak pernik yang dijual para pedagang."Mas, nanti kita ke pantai yuk? Aku ingin melihat keindahan pantai saat matahari terbenam. Banyak yang mengatakan sangat indah dilihat dan diabadikan."Hmm," guman Jonathan seperti biasa dan kali ini Kalisa tak lagi marah ataupun tersinggung. Karena dia sudah tau dan paham jika memang seperti itu sifat dan watak dari suami datar dan dinginnya.Kalisa melihat beberapa pernak pernik yang sangat indah dan terlihat lucu baginya. Ini adalah kedua kalinya Kalisa liburan ke Bali.Dulu dia ke Bali bersama kakaknya Bram, dan dia tidak diizinkan berkeliling pasar yang menjual berbagai pernak pernik seperti yang didatanginya kali ini.
"Apa-apaan sih tadi? Mengapa aku jadi saat diperhatikan olehnya? Dan kenapa jantungku jadi dag dig dug kayak gini ya? Masak iya hanya gara-gara ditatap kayak gitu, aku jadi punya penyakit jantung sih?” Ucap Kalisa yang merasa aneh.Dilihat dari pandangan kaca kamar mandi yang wajah merah meronanya. “Apa sih, kenapa juga jadi merona kayak gini?”Karena tak ingin melihat wajah blushing nya, Kalisa pun mencuci mukanya kembali sebelum keluar dari kamar mandi.
Kalisa yang berjalan tak jauh dari tempat suaminya duduk tadi dan dia melihat dua orang wanita yang sepertinya sedang mengobrol. Akan tetapi sesat kemudian dirinya sangat kaget melihat salah satu dari wanita itu yang tidak berperasaan mendorong kursi roda suaminya dari samping menggunakan kaki dan mengakibatkan suaminya yang tengah duduk menjadi terjatuh ke samping bersamaan dengan kursi rodanya . Melihat akan hal itu tentu saja membuat Kalisa sangat marah dan ingin sekali mematahkan kaki wanita itu, yang dengan tidak berperasaan sama sekali melakukan hal keji terhadap suaminya. Kalisa berjalan cepat dan langsung membantu suaminya yang sedang berusaha membetulkan kursi rodanya. Tampak beberapa pengunjung melihat ke arah mereka. Ada yang merasa marah dan kasihan melihat Jonathan diperlakukan sangat buruk oleh Kikan. “Kamu gapapa kan, Mas?” Tanya Kalisa sambil memeriksa keadaan suaminya yang tampak kotor terkena pasir pantai. “Hmm,” guman Jonathan menja
"Mas Nathan, ditanya kok malah diem sih? Ini tanda merah apa dan dari mana asalnya?” Tanya Kalisa dan semakin mendekatkan wajahnya ke arah Jonathan. Jonatha menelan saliva saat mencium wangi sampo dan parfum yang dipakai Kalisa. "Apakah wanita kurang ajar tadi yang sempat mencekik mu tanpa sepengetahuanku, Mas?” Tanya Kalisa lagi sambil menyentuh leher suaminya memeriksa. "Bukan dia pelakunya,” jawab Jonathan. "Lalu siapa kalau bukan dia? Tapi kalau aku diperhatikan, kayaknya ini seperti tanda kissmark deh,” ucap Kalisa kemudian berdiri tegak dan menatap suaminya curiga.
Tepat jam tujuh malam Kalisa dan Jonathan keluar dari bandara Soekarno Hatta dan langsung disambut oleh mang Jaja, supir pribadinya. "Selamat datang aden, gimana kabarnya?" Ucap mang Jaja sambil mengambil alih troli yang dibawa Kalisa berisikan koper dan barang bawaan lainnya.. "Alhamdulilah baik, mang," jawab Jonathan dengan sopan, sedangkan Kalisa hanya tersenyum lesu karena efek kelelahan. Karena sedang turun hujan yang lumayan deras, mang Jaja melajukan kendaraannya pelan dan memakan waktu satu jam lebih untuk sampai ke rumah. Kalisa yang baru turun dari mobil langsung mendapatkan pelukan hangat dari saudara sepupu suaminya. “Kakak ipar kenapa gak pergi ketempat yang sudah aku siapkan sih? Apakah kak Jo gak mau ya di
Jonathan melihat istrinya yang berbalik dan menunjukan wajah yang penuh harap dan sangat menantikan jawabannya. Melihat suaminya yang malah terlihat bingung dan tak kunjung menjawab membuat Kalisa mengerti kemudian menghela nafas berat dan menyimpulkan jika suaminya masih belum menemukan nama untuk si kembar yang sebentar lagi akan segera lahir. “Sudah aku duga jika Mas Nathan masih belum menemukan nama untuk si kembarkan?” ujar Kalisa dengan nada kecewa dan memejamkan matanya untuk menutupi kekecewaannya serta kesedihannya. Mendengar nada suara kecewa dari istrinya membuat Jonathan menjadi tak tega.“Sebenarnya aku sudah menemukan nama untuk si kembar, akan tetapi aku masih ragu apakah nama itu akan cocok dan juga bagus untuk mereka nanti,” ujar Jonathan ragu.“Benarkah kamu sudah menemukan nama untuk mereka? Coba katakan padaku nama apa yang sudah Mas buat untuk si kembar?” ucap Kalisa yang kembali ceria lagi dan mengusap lembut wajah suaminya.Jonathan menelan ludahn
Kesal karena ucapannya dipotong begitu saja disaat dirinya ingin meluapkan kegelisahannya semenjak menonton serial tv yang saat ini tengah naik daun. Dengan tak berperasaan Kalisa menggigit jari telunjuk suaminya yang ditempelkan pada bibirnya.“Argh!” erang Jonathan dan tangan satunya mengepal kuat untuk menahan rasa sakit pada jari telunjuknya akibat perbuatan istrinya.Mawar yang menyaksikannya hanya bergidik ngeri melihat putranya yang sedang kesakitan. ‘Aduh kasihan benar kamu Jonathan. Semoga kamu bisa menjadi lebih sabar lagi menghadapi sikap Kalisa yang mudah marah semenjak mengandung buah hatimu,” batin Mawar yang menatap iba putranya yang sedang menahan sakit pada jarinya akibat gigitan dari menantunya.Kalisa bukannya merasa bersalah melihat suaminya yang kesakitan dengan mimik muka memerah sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Dia malah cuek dan hendak berdiri dari
Perlahan mata mata sipit yang sudah tertutup kini sudah terbuka dan langsung mendapati sosok Dimas yang tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Bulu lentik yang sudah lama tidak bergerak mengikuti kelopak matanya kini bergerak naik turun. Baik Nana dan juga Dimas hanya diam dan saling melihat tanpa mengucapkan sepatah kata.Nana yang melihat wajah khawatir Dimas menjadi menarik sudut bibir tipisnya dengan sorot mata seolah-seolah mengatakan jika dirinya baik-baik saja.Firda yang merasa heran dengan sikap Dimas yang tak biasanya tidak menjawabnya saat diajak bicara akhirnya memutuskan mendekatinya. ‘Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua sih? Yang satunya berlari keluar dan yang satunya lagi hanya berdiri dan menatap serius ke arah Nana,” batin Firda kemudian menoleh ke putrinya.Terkejut sudah pasti saat melihat anak bungsunya yang sudah lama tidak membuka matanya kini sudah membuk
“Apa kau tidak punya mulut untuk menjawab pertanyaanku, Dimas? Asalkan tau saja ya, sebenarnya aku sangat muak setiap akhir pekan selalu melihat wajah cuek dan sangat menjengkelkan darimu,” ucap Robert dengan ketus.“Ini anak udah dewasa tapi sifat dan pemikirannya masih saja seperti anak kecil. Pantas saja Desi selalu menolakmu karena sifat kekanak-kanakan mu ini,” ucap Firda dan menjewer telinga putranya.“Aw …. Sakit ini telingaku, Mah,” ucap Robert sambil memegangi telinga yang masih saja dijewer oleh mamanya.Dimas yang melihat Robert mendapat jeweran dari mamanya menjadi tersenyum puas kemudian dia menoleh pada sosok Nana yang masih tetap betah memejamkan matanya selama tujuh bulan lebih. Rasa rindu ingin melihat mata hitam berbinar yang selalu ditunjukkan oleh Nana dan juga senyum manis nan menggoda menghiasi bibir tipisnya.‘Cepatl
Sebelum menjawab pertanyaan dari mantan suaminya Santi menarik nafas dan membuangnya perlahan. “Aku pikir kamu sudah melupakan Zian dan juga Rian karena sebentar lagi akan mendapatkan anak dari rahim wanita lain,” ucap Santi dingin dan terdengar tajam. Mendengar penuturan mantan istrinya membuat Jefry terkejut. Karena selama delapan tahun menjalani rumah tangga dengannya, ini pertama kalinya dia mendengar Santi berkata dingin dan juga terdengar tajam. “Mana mungkin aku melupakan mereka, Santi? Mau bagaimanapun mereka berdua darah dagingku dan aku tidak akan pernah melupakan mereka walaupun aku sudah memiliki anak lagi dari Serli. Bahkan aku berharap di masa depan mereka bisa rukun walaupun tidak tinggal satu rumah dan berbeda ibu,” ujar Jefry. “Baguslah jika kamu tidak akan pernah melupakan mereka. Selama istrimu tidak mengacau dan membuat kerusuhan di rumahku lagi, aku akan menutupi dan mengatakan pada anak-ana j
“Aku tidak menyangka jika istrinya Jonathan ternyata berhati dingin dan juga sombong sama seperti suaminya. Aku ingin melihat sampai dimana kalian berdua bisa bersikap sombong terus menerus seperti itu,” ucap Serli kemudian berjalan meninggalkan kediaman Rahendra dengan hati yang panas karena emosi menggebu-gebu yang menguasainya. Kalisa menjadi bengong mendengar perkataan Serli yang mengatainya berhati dingin dan juga sombong. “Kenapa aku merasa tidak suka mendengar perkataan wanita tadi? Dasar pelakor tak tau malu, berani-beraninya dia mengataiku wanita berhati dingin dan juga sombong! Lihat saja jika sampai aku bertemu lagi dengannya, pasti bakal aku hajar sampai babak belur tuh pelakor,” gerutu Kalisa yang tak terima dan merasa kesal. Jonathan yang berada di lantai dan melihat istrinya yang menggerutu menjadi tersenyum dan menggelengkan k
Kalisa menelan saliva melihat suaminya yang memejamkan matanya dengan tangan bergerak maju-mundur mengocok juniornya. ‘Apakah ini yang dilakukan Mas Nathan jika sedang berlama-lama dikamar mandi dalam beberapa hari ini?” batin Kalisa. “Sstt oohh, Kalisa,” desis Jonathan sambil memanggil nama istrinya. Tak tahan melihat keseksian dan pesona roti sobek yang milik suaminya yang sangat menggoda, senyum jahil terukir indah di bibir ranum Kalisa dan berjalan mendekati suaminya yang masih belum menyadari kehadirannya. Jonathan terperanjat dan membuka matanya ketika istrinya dengan diam-diam mendekatinya dan memeluk dari belakang dengan tangan merabai perut sispeknya hingga turun ke pangkal dan memainkan dua bolanya. “Kenapa kamu melakukannya sendiri, Mas? Apakah aku udah tidak menarik lagi sampai kamu mastubasi dikamar mandi?” ucap Kalisa. Jonathan menelan saliva dan seluru
Andrew membuka lebar paha istrinya dan mulai memasukan juniornya yang sudah siap untuk bertempur dan menyemburkan saus kental mayones kedalam rahim istrinya. Oohh…. Desis Andrew saat juniornya perlahan memasuki gua hangat dan licin milik istrinya yang selalu memberikannya kenikmatan dan juga kepuas. Mira menggigit bibirnya dan menikmati momen hangat saat junior suaminya memasuki area paling sensitifnya. “Aku menagih janjimu, Honey,” bisik Andrew kemudian mencium telinga istrinya dan sedikit memberi tiupan untuk membangkitkan gairah istrinya. ‘Memangnya aku punya janji apa dengan pria sinting ini? Perasaan aku tidak pernah menjanjikan apapun padanya,” pikir Mira. “Jangan menggigit bibirmu sendiri, Honey,” ucap Andrew kemudian melumat dengan lembut bibir istrinya dan kedua tangannya meremas gunung kembar. Aahh…. Suara desahan k
Anisa menyenggol Kalisa yang tak berkedip melihat dua orang yang berdiri tak jauh dari mereka. Sedangkan Andrew hanya melihat sekilas wanita yang memiliki mata biru cerah yang mirip dengannya akan tetapi itu bukan warna asli karena wanita itu menggunakan soflen sedangkan Andrew asli yang mewarisi dari papanya. “Kemarilah Abigail,” ucap Andrew pada adiknya dan menyuruh duduk disebelahnya. Wanita bule yang tak lain adalah keponakan dari ibu sambung Andrew pun mengikuti Abigail dan hendak duduk disebelahnya, namun sayang Anisa dengan cepat bergeser duduk disebelah Abigail. “Ternyata kamu udah besar ya, Abigail,” ucap Anisa berbasa-basi dan menguap lembut kepala Abigail. Melihat apa yang dilakukan Anisa tentu saja membuat Arsila geram dan mengepalkan tangan nya unt