"Assalamualaikum, para keluargaku tercinta! Sang gadis manis dan juga cantik jelita telah pulang!" teriak seorang wanita muda yang baru saja masuk kedalam rumah.
"Waalaikumsalam," jawab beberapa orang yang kebetulan sedang duduk diruang keluarga yang sedang menonton tv.
"Tumben jam segini udah pada ngumpul dirumah," ucap gadis tadi.
"Lagi males keluar dan gak dibolehin keluar juga sama Mama dan Papa," jawab seorang pria dewasa yang tak lain kakak dari gadis itu.
"Kalisa, bisa kamu duduk sebentar? Ada sesuatu hal yang mau Mama bicarakan sama kamu."
Kalisa yang melihat ekspresi serius dari ibunya pun menjadi penasaran dan menuruti ucapan ibunya barusan.
"Kamu masih ingat dengan janji yang kamu buat satu tahun yang lalu?" Tanya Mama Kalisa.
Kalisa menyipitkan matanya dan mencoba mengingat kenangan satu tahun yang lalu.
====
"Kak Bram. Ayo dong, tolong adikmu yang manis dan cantik jelita ini," ucap Kalisa memohon pada kakaknya.
"Gak bisa, Kalisa. Kali ini kamu udah benar-benar kelewatan tau. Sikap kamu ini udah bikin pusing, aku samapai hampir gak tahan tau gak!" Ucap Bram yang sedikit geram dengan kelakuan adik semata wayangnya yang suka bertingkah barbar.
"kalau kak Bram gak mau nolongin aku, nanti pasti Mama bakal menghukum aku dengan berat deh," ujar Kalisa terdengar menyedihkan.
"Itu resiko atas apa yang sudah kamu perbuat dan kamu harus mepertanggung jawabkannya," ucap Bram santai dan melirik kearah adiknya yang nampak gelisah.
"Kalisa!" Teriakan melengking terdengar memenuhi ruang keluarga.
"Mampus aku, sang hakim sudah pulang dan langsung mencari keberadaanku," lirih Kalisa.
"Kamu tuh ya, sebenarnya apa lagi yang kamu perbuat di kampus, Kalisa? Bisa gak sih kamu itu bikin Mama sama Papa tenang dalam beberapa bulan saja!" ujar sang Mama yang baru datang dan langsung menjewer tilinga Kalisa.
"Maaf, Mah. Kalisa janji ini yang terakhir bikin masalah besar dan membuat mama dan papa kesulitan untuk menyelesaikannya," ucap Kalisa sambil menundukan kepalanya kebawah.
"Ini sudah yang keberapa kali kamu bilang ini yang terakhir dan janji gak akan melakukan kesalahan besar lagi. Dan kamu juga Bram! kenapa kamu jam segini udah pulang dari kantor?" Ucap ibu Kalisa.
Kedua kakak beradik itu hanya diam tak bisa menjawab pertanyaan ibu mereka barusan. Karena bagi mereka ibu mereka itu adalah hakim yang mampu membuat mereka ketakutan tingkat tinggi. Bahkan sang Papa mereka saja juga tidak sanggup melawan amarah Mama mereka jika sedang emosi seperti ini.
"Kenapa pada diam? Apa gak punya mulut untuk menjawab pertayaan Mama?"
Baik Kalisa maupun Bram sama-sama menelan saliva dan bingung akan menjawab apa yang bisa membuat ibu hakim didepan mereka bisa reda dari kemarahan yang tengah membara itu.
Tiba-tiba Kalisa mengangkat tangannya keatas dan mengucapkan janji. "Aku janji, ini yang terakhir kali. Dan aku akan menerima hukuman apa saja yang akan Mama berikan padaku.
"Aku juga gak akan bolos kerja lagi kok, Mah," ucap Bram sambil mengikuti apa yang dilakukan adiknya.
"Awas kalau kalian bohong, akan Mama keluaran kalian dari akta keluarga. Dan untuk hukuman kamu Kalisa, mama akan menunda hingga waktunya sampai. Ingat ya Kalisa, ini benar-benar yang terakhir kali kamu melakukan kesalahan yang membuat Mama dan Papa kesulitan menyelesaikan masalah yang kamu buat.
"Iya, Mah," jawab Kalisa pelan.
====
"Woi! Bengong aja kamu. Ingat gak janji kamu sama Mama? Kalau gak ingin biar aku ingatkan," ucap Bram sambil menepuk bahu adiknya dan alhasil memabawa Kalisa kembali dari memori satu tahun yang lalu.
"Iya ingat. Emangnya kenapa, Mah?" Ujar Kalisa penasaran.
"Tentu saja Mama mau menghukum kamu sekarang. Dan kamu gak boleh menolak eksekusi hukuman yang akan mama berikan padamu.
"Berat gak hukumnya itu, Mah? Terus sakit apa gak? Mama tau kan kalau aku gak bisa nahan rasa sakit," ucap Kalisa gelisah.
"Gak berat dan gak sakit juga. Hanya saja—," ucap mama Kalisa menggantung.
"Hanya saja apa?" Tanya Kalisa penasaran dan menoleh kearah kakaknya namun sayang sang kakak malah mengangkat bahunya tanda tak tau juga.
"Hukuman kamu adalah, kamu harus menikah dengan orang yang berada dalam foto ini," ucap mama Kalisa dan menunjukkan sebuah foto pada Kalisa dan langsung diambil oleh Bram.
Bram menelan ludah melihat gambar pada foto itu yang sepertinya ia kenal. "Mama serius ingin menikahkan Kalisa dengan pria ini?
"Iya, serius. Kenapa memangnya, apa ada yang salah?'' Ujar mama Kalisa.
Kalisa yang syok dengan apa yang dikatakan Mamanya hanya diam saja.
"Apakah papa juga udah setuju, jika Kalisa akan menikah dengan orang ini?" Ujar Bram.
"Iya, Papa setuju. Dia anaknya baik dan gak neko-neko," jawab Riyadi Papa dari Kalisa dan Bram.
Bram yang sudah kehabisan kata-kata pun menjadi diam dan menoleh ke arah adiknya yang masih syok.
"Mana fotonya kak, aku mau liat tampang calon suamiku itu seperti apa?" ucap Kalisa sambil mengabil foto dari tangan kakaknya.
Bram dan kedua orang tuanya memperhatikan raut wajah Kalisa ketika melihat foto calon suaminya. Kalisa menyempitkan matanya memperhatikan sosok pria dalam foto itu dan menggigit bibir bawahnya.
"Beri alasan yang kuat, kenapa aku harus menikah dengan orang ini, Mah?" Ucap Kalisa.
"Untuk membalas hutang budi yang sudah dia berikan pada Mama," ucap ibunya Kalisa.
"Hutang Budi apa?" tanya bram penasaran.
"Kamu ingat saat mama masuk rumah sakit 2 tahun yang lalu, akibat hampir menjadi korban tabrak lari? Dan untungnya ada orang yang menarik mama hingga mama selamat, akan tetapi mama mengalami benturan trotowan pinggir jalan dan dilarikan kerumah sakit terdekat?" Ucap Riyadi.
"Iya ingat," ucap Kalisa dan Bram bersamaan.
"Dia adalah orang yang menyelamatkan Mama kamu, akan tetapi 6 bulan yang lalu dia mengalami kecelakaan yang sangat parah dan mengakibatkan kedua kakinya patah," ucap Riyadi.
"Jadi sekarang dia cacat dan hanya duduk di kursi roda jika ingin pergi kemana-mana?" ucap Kalisa yang tampak terkejut ketika mendengar penjelasan Papanya.
"Iya. Akan tetapi dia masih ada harapan untuk bisa berjalan kembali, Kalisa. Hanya saja saat ini dia tidak punya semangat untuk hal itu," ujar ibunya Kalisa.
"Apa yang Mama kamu katakan itu benar. Dua minggu yang lalu orang tua dari calon isterinya datang di kediaman mereka dan membatalkan pernikahan yang sudah mereka sepakat bersama. Hanya dengan alasan mereka tidak ingin mempunyai menantu cacat, yang hanya akan menyusahkan anak mereka di masa depan," ucap Riyadi.
"Lalu kenapa Papa dan Mama malah ingin menjodohkan Kalisa dengannya?'' Ucap Bram heran.
"Kan Mama sudah bilang untuk membalas budi, Bram. Lagipula dia tidak cacat seumur hidup kok," ujar ibunya Kalisa.
"Mama yakin dia oranya baik?'' Ucap Kalisa.
"Kalau gak baik ngapain waktu itu dia nolongin Mama? Lagian Papa kalian juga sudah nyari tau seperti apa sifat dan watak Jonathan itu," timpal ibunya Kalisa.
"Besok malam keluarga mereka akan datang untuk melamar dan secepatnya juga kalian akan segera menikah, Kalisa," ucap Papanya Kalisa.
"Hee ... cepet bener, Pah. Aku kan masih ingin bebas dan mencari pekerjaan diluar sana," keluh Kalisa.
"Lebih cepat lebih baik. Dengan begitu Mama juga akan lebih cepat mendapatkan cucunya,” ucap ibu Kalisa dengan cuek dan beranjak dari duduknya kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamarnya diikuti sang Papa yang mengekor di belakang.
Bram yang melihat adiknya menundukan kepala menjadi tak tega dan menarik tubuh ramping adiknya kedalam pelukan. “Maaf, kakak gak bisa bantu kamu untuk merubah keputusan yang sudah ditetapkan oleh mama dan papa.
Kalisa yang tadinya tenang menjadi menangis sesenggukan mendengar ucapan Bram barusan. Betapa menyediakan hidupnya nanti jika dia sampai benar menikah dengan pria cacat dan terlebih lagi dirinya belum pernah melihat pria yang akan menjadi suami masa depannya itu.
Tepat jam 7 malam nampak nampak dua mobil Mercedes-Benz S600 Guard berwarna perak dan hitam, berhenti tepat di depan rumah keluarga Riyadi.Kalisa yang nampak gelisa hanya mondar-mandir di kamarnya. Antara siap dan tak siap drinyaharus menerima keputusan yang sudah dibuat oleh kedua orang tuanya.“Selamat datang di kediaman sederhana kami, pak Hendra,” ucap Riyadi menyambut keluarga calon besannya.“Terima kasih sudah repot-repot menyambut kedatangan kami,” ucap Hendra Papa dari Jonathan.“Mari silahkan masuk, Pak. Maaf jika rumah kami tidak semewah rumah anda,” ucap ibunya Kalisa.“Mewah dan tidaknya rumah itu tergantung pada penghuni rumahnya, Bu,” ucap wanita paruh baya yang bernama Mawar yang tak lain istri dari pak Hendra.“Bagaimana kabar kamu, nak Jonathan?” sapa ibunya Kalisa sambil menujukan senyum lembut.“Alhamdulilah baik,” jawab Jonathan singkat.Mereka pun duduk di ruang tamu dan saling mengenalkan anggota kel
Hari dan tanggal pernikahan Kalisa dengan Jonathan sudah ditentukan dan tepatnya satu minggu lagi Kalisa akan menyandang status baru. Setelah acara malam lamaran itu, Kalisa sudah tidak diperbolehkan keluar rumah oleh orang tuanya. Jika istilah orang Jawa mengatakan dipinnyit dan tidak boleh keluar rumah. Sudah lima hari Kalisa dikurung di rumah dan rasa bosan semakin menghampirinya.“Haah, bosan banget rasanya di rumah selama beberapa hari tanpa berkelana diluar sana,” keluh Kalisa dan beberapa kali membuang nafas kasar. “Sabar, setelah kalian menikah nanti bisa pergi malang melintang kemanapun kamu mau. Akan tetapi kamu harus ingat, kamu sudah menikah dan menyandang status istri dari Jonathan. Jadi emban lah dengan baik tugas seorang istri,” ucap ibunya Kalisa. “Iya, itu sudah pasti dong, Mah. Tapi kadang aku masih sedikit ragu, apakah aku bisa membantunya mengembalikan semangat untuk pulih kembali?” u
Tepat jam 5 subuh Silvi membangunkan Kalisa dan juga Desi yang masih tidur pulas. “Kalisa, Desi, ayo bangun. Ini udah subuh loh, cepetan bangun dan ambil air wudhu untuk sholat subuh sebelum waktunya habis.“Mmm, bentar lagi, Mah,” jawab Kalisa yang masih enggan untuk bangun. Sedangkan Desi langsung bangun dan duduk, akan tetapi matanya masih terpejam dan enggan untuk dibuka.“Jangan ditunda-tunda lagi, buruan bangun dan cepat bersihkan iler kalian berdua itu. Apa kalian lupa, jika akad nikahnya akan dimulai jam 10? Dan sebelum itu Kalisa harus di Make up terlebih dulu supaya enak di lihatnya,” Ujar ibunya Kalisa.Mendengar kata akad nikah seketika membuat Kalisa dan Desi membuka matanya dan melihat ke arah Silvi yang masih mengenakan mukena karena habis menjalankan sholat subuh. Perlahan Desi turun dari kasur menuju kamar mandi dan diikuti Kalisa di belakangnya.Silvi menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua gadis perawan yang terlihat malas menuju kamar
Dalam sekejap mata ruang tamu yang tadinya penuh dengan perabotan rumah dan hiasan kini disulap menjadi tempat untuk melangsungkan acara akad nikah Kalisa dan Jonathan.Nampak beberapa orang sibuk mondar mandir menyiapkan keperluan yang akan digunakan untuk acara itu. Sedangkan Kalisa dengan gugup menunggu kedatangan calon suaminya beserta keluarganya.“Udah gak usah gugup gitu, bikin santai aja kali,” ujar Desi yang menemani Kalisa dikamar.“Tau ah,” ucap Kalisa.Cklek! Suara seseorang membuka pintu kamar Kalisa dan ternyata Silvi ibunya Kalisa.Silvi tersenyum lembut ke arah Kalisa, dia sangat bahagia bisa melihat putri tercinta menikah. Dan sekilas dia teringat akan bayangan sosok Lisanna yang tersenyum ke arahnya."Andai saja kejadian itu tidak terjadi, dia pasti akan turut bahagia melihat Kalisa menikah,” batin Silvi dan dia merasa sangat sedih jika teringat akan sosok Lisanna.“Tante kenapa berdiri di pintu sambil nge
Kalisa yang tak tau apa apa hanya menuruti ucapan orang tua dan juga mertuanya yang menyuruhnya menaiki mobil yang akan dinaiki suaminya.Dari jauh Bram memperhatikan adik kesayangannya yang akan pergi bersama suaminya. Dia tidak menyangka jika adiknya yang barbar dan nakal namun sayang amat disayanginya, akan secepat ini menjadi istri orang dan pergi meninggalkan rumah untuk mengikuti suaminya.''Semoga kamu bisa mendapatkan kebahagian yang berlimpah bersama suami mu, adik barbarku tersayang," lirih Bram.Tampak para saudara dari keluarga Kalisa dan juga Jonathan melepas sepasang pengantin yang akan pergi menuju suatu tempat yang sudah disiapkan dengan matang oleh Anisa.Kalisa berusaha mati matian menahan tangis saat Mamanya melepaskan pelukan hangat. "Ingat pesan Mama, jadilah istri yang baik dan nurut dengan suamimu. Karena surga istri ada pada suami," ucap ibunya Kalisa dan diganggu Kalisa."Jonathan, Mama serahkan tanggungjaw
Karena kelelahan dan juga waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Jonathan dan Kalisa langsung tidur dengan pulas hingga subuh menjelang.Dering alarm pada ponsel yang membangunkan Kalisa, dengan cepat Kalisa menyambar ponselnya dan langsung mematikan alarmnya.“Kenapa cepat sekali sudah subuh?” Ucap Kalisa dan menoleh kesamping dan melihat Jonathan yang masih berlatih pulas.“Sebenarnya kamu itu sangat tampan dan masuk dalam tipe lelaki yang aku suka dari segi ketampanan. Akan tetapi mengapa sikapmu s
Jessica melihat penampilan Kalisa yang memakai kaos putih dengan celana jins pendek dan yang hanya memakai sandal Flat dengan model selempang yang menurut Jessica murahan."Siapa dia, Mas? Dan kenapa kamu diam saja saat dihina dan dipermalukan olehnya?" ucap Kalisa yang terlihat marah.Jonathan hanya diam tak menjawab pertanyaan Kalisa. Dirinya hanya memperhatikan wajah kesal menahan amarah dari istrinya."Kenapa diam saja, Mas?’’ Ucap Kalisa dan menatap tajam kearah Jessica yang juga menatapnya.“Kamu tidak berhak untuk tahu siapa saya? Memangnya kamu siapa bertingkah seolah kamu itu sangat mengenalnya?” Ujar Jessica dengan sikap sombongnya.Mendengar perkataan Jessica membuat Kalisa yang tadinya sudah kesal dengan Jonathan menjadi semakin kesal dan geram. “Tentu saja aku berhak tahu dan harus tahu siapa kamu, karena sudah berani menghina dan merendahkannya didepanku,” tukas Kalisa dengan suara dingi
Jonathan tidak menyangka jika Kalisa akan menayakan pertayaan yang sedikit vulgar dan itu malah menjadi poin penting bagi Kalisa kenapa dirinya menerima pernikahan ini. Ditengah keterkejutannya, Jonathan melihat tingkah lucu Kalisa yang tiba-tiba berbalik dan memunggunginya.Jonathan mengangkat sudut bibirnya karena mendapatkan ide cemerlang untuk mengetes istri barbarnya yang sepertinya malu setelah menyadari pertanyaan sendiri. “Kamu sendiri yang mengatakanya, jika dirimu tidak akan menyesal menikah denganku. Maka jangan salahkan aku jika kedepannya aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan aku seperti yang Jessica lakukan,” ucap Jonathan. “Hmm,” guman Kalisa. “Sekarang jawab pertanyaanku. Kamu sakit apa sebenarnya? Kenapa badanmu sampai dingin seperti tadi?” Ucap Jonathan sambil mengusap kembali pinggang Kalisa dengan lembut. “Ini hanya sakit biasa saat ada tamu bulanan datang,” jawab Kalisa. “Tamu bulanan? Tapi aku tidak melihat
Jonathan melihat istrinya yang berbalik dan menunjukan wajah yang penuh harap dan sangat menantikan jawabannya. Melihat suaminya yang malah terlihat bingung dan tak kunjung menjawab membuat Kalisa mengerti kemudian menghela nafas berat dan menyimpulkan jika suaminya masih belum menemukan nama untuk si kembar yang sebentar lagi akan segera lahir. “Sudah aku duga jika Mas Nathan masih belum menemukan nama untuk si kembarkan?” ujar Kalisa dengan nada kecewa dan memejamkan matanya untuk menutupi kekecewaannya serta kesedihannya. Mendengar nada suara kecewa dari istrinya membuat Jonathan menjadi tak tega.“Sebenarnya aku sudah menemukan nama untuk si kembar, akan tetapi aku masih ragu apakah nama itu akan cocok dan juga bagus untuk mereka nanti,” ujar Jonathan ragu.“Benarkah kamu sudah menemukan nama untuk mereka? Coba katakan padaku nama apa yang sudah Mas buat untuk si kembar?” ucap Kalisa yang kembali ceria lagi dan mengusap lembut wajah suaminya.Jonathan menelan ludahn
Kesal karena ucapannya dipotong begitu saja disaat dirinya ingin meluapkan kegelisahannya semenjak menonton serial tv yang saat ini tengah naik daun. Dengan tak berperasaan Kalisa menggigit jari telunjuk suaminya yang ditempelkan pada bibirnya.“Argh!” erang Jonathan dan tangan satunya mengepal kuat untuk menahan rasa sakit pada jari telunjuknya akibat perbuatan istrinya.Mawar yang menyaksikannya hanya bergidik ngeri melihat putranya yang sedang kesakitan. ‘Aduh kasihan benar kamu Jonathan. Semoga kamu bisa menjadi lebih sabar lagi menghadapi sikap Kalisa yang mudah marah semenjak mengandung buah hatimu,” batin Mawar yang menatap iba putranya yang sedang menahan sakit pada jarinya akibat gigitan dari menantunya.Kalisa bukannya merasa bersalah melihat suaminya yang kesakitan dengan mimik muka memerah sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Dia malah cuek dan hendak berdiri dari
Perlahan mata mata sipit yang sudah tertutup kini sudah terbuka dan langsung mendapati sosok Dimas yang tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Bulu lentik yang sudah lama tidak bergerak mengikuti kelopak matanya kini bergerak naik turun. Baik Nana dan juga Dimas hanya diam dan saling melihat tanpa mengucapkan sepatah kata.Nana yang melihat wajah khawatir Dimas menjadi menarik sudut bibir tipisnya dengan sorot mata seolah-seolah mengatakan jika dirinya baik-baik saja.Firda yang merasa heran dengan sikap Dimas yang tak biasanya tidak menjawabnya saat diajak bicara akhirnya memutuskan mendekatinya. ‘Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua sih? Yang satunya berlari keluar dan yang satunya lagi hanya berdiri dan menatap serius ke arah Nana,” batin Firda kemudian menoleh ke putrinya.Terkejut sudah pasti saat melihat anak bungsunya yang sudah lama tidak membuka matanya kini sudah membuk
“Apa kau tidak punya mulut untuk menjawab pertanyaanku, Dimas? Asalkan tau saja ya, sebenarnya aku sangat muak setiap akhir pekan selalu melihat wajah cuek dan sangat menjengkelkan darimu,” ucap Robert dengan ketus.“Ini anak udah dewasa tapi sifat dan pemikirannya masih saja seperti anak kecil. Pantas saja Desi selalu menolakmu karena sifat kekanak-kanakan mu ini,” ucap Firda dan menjewer telinga putranya.“Aw …. Sakit ini telingaku, Mah,” ucap Robert sambil memegangi telinga yang masih saja dijewer oleh mamanya.Dimas yang melihat Robert mendapat jeweran dari mamanya menjadi tersenyum puas kemudian dia menoleh pada sosok Nana yang masih tetap betah memejamkan matanya selama tujuh bulan lebih. Rasa rindu ingin melihat mata hitam berbinar yang selalu ditunjukkan oleh Nana dan juga senyum manis nan menggoda menghiasi bibir tipisnya.‘Cepatl
Sebelum menjawab pertanyaan dari mantan suaminya Santi menarik nafas dan membuangnya perlahan. “Aku pikir kamu sudah melupakan Zian dan juga Rian karena sebentar lagi akan mendapatkan anak dari rahim wanita lain,” ucap Santi dingin dan terdengar tajam. Mendengar penuturan mantan istrinya membuat Jefry terkejut. Karena selama delapan tahun menjalani rumah tangga dengannya, ini pertama kalinya dia mendengar Santi berkata dingin dan juga terdengar tajam. “Mana mungkin aku melupakan mereka, Santi? Mau bagaimanapun mereka berdua darah dagingku dan aku tidak akan pernah melupakan mereka walaupun aku sudah memiliki anak lagi dari Serli. Bahkan aku berharap di masa depan mereka bisa rukun walaupun tidak tinggal satu rumah dan berbeda ibu,” ujar Jefry. “Baguslah jika kamu tidak akan pernah melupakan mereka. Selama istrimu tidak mengacau dan membuat kerusuhan di rumahku lagi, aku akan menutupi dan mengatakan pada anak-ana j
“Aku tidak menyangka jika istrinya Jonathan ternyata berhati dingin dan juga sombong sama seperti suaminya. Aku ingin melihat sampai dimana kalian berdua bisa bersikap sombong terus menerus seperti itu,” ucap Serli kemudian berjalan meninggalkan kediaman Rahendra dengan hati yang panas karena emosi menggebu-gebu yang menguasainya. Kalisa menjadi bengong mendengar perkataan Serli yang mengatainya berhati dingin dan juga sombong. “Kenapa aku merasa tidak suka mendengar perkataan wanita tadi? Dasar pelakor tak tau malu, berani-beraninya dia mengataiku wanita berhati dingin dan juga sombong! Lihat saja jika sampai aku bertemu lagi dengannya, pasti bakal aku hajar sampai babak belur tuh pelakor,” gerutu Kalisa yang tak terima dan merasa kesal. Jonathan yang berada di lantai dan melihat istrinya yang menggerutu menjadi tersenyum dan menggelengkan k
Kalisa menelan saliva melihat suaminya yang memejamkan matanya dengan tangan bergerak maju-mundur mengocok juniornya. ‘Apakah ini yang dilakukan Mas Nathan jika sedang berlama-lama dikamar mandi dalam beberapa hari ini?” batin Kalisa. “Sstt oohh, Kalisa,” desis Jonathan sambil memanggil nama istrinya. Tak tahan melihat keseksian dan pesona roti sobek yang milik suaminya yang sangat menggoda, senyum jahil terukir indah di bibir ranum Kalisa dan berjalan mendekati suaminya yang masih belum menyadari kehadirannya. Jonathan terperanjat dan membuka matanya ketika istrinya dengan diam-diam mendekatinya dan memeluk dari belakang dengan tangan merabai perut sispeknya hingga turun ke pangkal dan memainkan dua bolanya. “Kenapa kamu melakukannya sendiri, Mas? Apakah aku udah tidak menarik lagi sampai kamu mastubasi dikamar mandi?” ucap Kalisa. Jonathan menelan saliva dan seluru
Andrew membuka lebar paha istrinya dan mulai memasukan juniornya yang sudah siap untuk bertempur dan menyemburkan saus kental mayones kedalam rahim istrinya. Oohh…. Desis Andrew saat juniornya perlahan memasuki gua hangat dan licin milik istrinya yang selalu memberikannya kenikmatan dan juga kepuas. Mira menggigit bibirnya dan menikmati momen hangat saat junior suaminya memasuki area paling sensitifnya. “Aku menagih janjimu, Honey,” bisik Andrew kemudian mencium telinga istrinya dan sedikit memberi tiupan untuk membangkitkan gairah istrinya. ‘Memangnya aku punya janji apa dengan pria sinting ini? Perasaan aku tidak pernah menjanjikan apapun padanya,” pikir Mira. “Jangan menggigit bibirmu sendiri, Honey,” ucap Andrew kemudian melumat dengan lembut bibir istrinya dan kedua tangannya meremas gunung kembar. Aahh…. Suara desahan k
Anisa menyenggol Kalisa yang tak berkedip melihat dua orang yang berdiri tak jauh dari mereka. Sedangkan Andrew hanya melihat sekilas wanita yang memiliki mata biru cerah yang mirip dengannya akan tetapi itu bukan warna asli karena wanita itu menggunakan soflen sedangkan Andrew asli yang mewarisi dari papanya. “Kemarilah Abigail,” ucap Andrew pada adiknya dan menyuruh duduk disebelahnya. Wanita bule yang tak lain adalah keponakan dari ibu sambung Andrew pun mengikuti Abigail dan hendak duduk disebelahnya, namun sayang Anisa dengan cepat bergeser duduk disebelah Abigail. “Ternyata kamu udah besar ya, Abigail,” ucap Anisa berbasa-basi dan menguap lembut kepala Abigail. Melihat apa yang dilakukan Anisa tentu saja membuat Arsila geram dan mengepalkan tangan nya unt