Haaaaah....."Raa..... kamu tahu, aku benar benar sangat merindukanmu, bagaimana denganmu? apa yang kamu rasakan Ra? " Bagas berbicara dalam hatinya. Ia takut membuat Dinara terbangun. Mengatur nafas sebentar setelah sedikit bersusah payah menggendong Dinara dari balkon masuk ke dalam kamar dan memposisikan dengan nyaman di atas kasur, Bagas mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Dinara agar tetap hangat setelah tadi tertidur di balkon luar dengan angin malam yang berhembus kencang. Ia memandangi wajah ayu Dinara, Bagas memposisikan diri berbaring di sebelah istrinya. Ia juga lelah seharian bekerja dan baru saja menyelesaikan pekerjaan melalui Laptop nya. Suara dengkuran halus Dinara terdengar dan hembusan napasnya membelai wajah Bagas.Ia berbaring miring sehingga dengan leluasa bisa memandang wajahnya dari dekat.Bulu kuduknya merinding, perutnya terasa geli, seperti ada ribuan kupu kupu beterbangan. Rasanya ada sesuatu yang berdesir di dalam dadanya. Ia merapikan anak rambut yan
Akhirnya kedua pasang mata bertemu di depan pintu masuk kantin perusahaan. Dinara akan keluar sedang Bagas kearah mau masuk kantin. Keduanya saling berpandangan tanpa mengucapkan kata kata, beberapa pasang mata memperhatikan keduanya. seperti de javu kejadian awal pertama Dinara bekerja di sini sebelum mengetahui pemilik perusahaan adalah Bagas sang suami. " Permisi pak, ijinkan saya lewat" Dinara memutus pandangan dan memulai menyapa ia bersikap formal di depan semua rekan kerjanya. Seketika aura wajah Bagas berubah suram, ia tidak menyukainya, Dinara yang menjaga jarak dengan dirinya lagi. Bagas melihat sekeliling ia mendapati para karyawan memperhatikan mereka berdua. Ia geram. " Kalian semua, lakukan urusan masing masing, jangan terlalu kepo" Ia berteriak sampai terdengar ke seluruh penjuru kantin. Dinara juga ikut kaget, ia takut dengan Bagas yang tegas. Dalam hati ia memohon agar Bagas tidak marah dan berhenti salah paham. " Aku sudah tau apa yang kalian pikirkan. Semua itu
"Kak, ada apa kok bengong gitu? "Raja masih mematung dengan muka paling lucu yang pernah dilihat Ratu, Ia mengikuti arah pandang kakaknya. Menuju ke arah bawah ruang tamu, disana terdengar beberapa orang sedang berbicara. "Ra, kamu pasti kaget. Ayah bawa pulang siapa? " Akhirnya keluar juga suara Raja yang dari tadi terdiam membisu.Keduanya berjalan mengendap endap mengintip ke lantai bawah. " Ada apa si kak? " Ratu masih penasaranRaja menutup mulut Ratu dengan sebelah tangannya. Memberi isyarat agar tidak berisik. Ratu paham." Maaf Ra, aku harus melakukan ini. Disini aku kepala keluarga, kamu istriku yang sah jadi tolong menurutlah kali ini"Dinara terdiam membisu, ia masih menunduk, di sampingnya ada gadis kecil yang barusan dijemput dari sekolahnya. Naya masih belum mengerti dengan situasi yang sedang terjadiNamun karena kelewat pintar ia tidak bisa menahan lagi rasa penasaran yang mengganjal di hatinya. " Om, ini rumah siapa? Kenapa mama dan Naya diajak kesini? Kan sekaran
Dinara saat ini berada di kamar tidur utama, kamar tempat ia dan Bagas seharusnya berada. beberapa menit yang lalu ia telah menidurkan Naya di ruang tamu lantai bawah setelah seluruh penghuni rumah dibuat heboh dengan kedatangan nyonya rumah yang telah mereka tunggu kedatangannya sejak lama. 3 jam yang lalu"Kenapa mama Rara jadi nyonya rumah disini? Dia hanya mamaku tidak boleh diambil siapapun... Hanya milik Naya". Naya memberi penekanan disetiap ucapannya, bukannya terlihat kuat malah memberikan kesan rapuh akan ketakutan. Memang Naya setakut itu kehilangan lagi kedua orang tuanya.Dinara mendekat dan meraih kepala gadis itu, menenangkannya. Bagas sedikit menaikkan ujung bibirnya. " Naya tidak akan kehilangan mama, malah akan mendapat banyak hal disini. Seorang papa, dan 2 orang kakak yang sangat lucu dan tampan". Kedua bola mata bulat itu semakin melebar, bersinar penasaran. " Benarkah? " Ia mencari kebenaran di kedua bola mata indah Dinara. Yang di tanya hanya mengangguk."
Dinara menoleh perlahan ke sumber suara yang makin mendekati belakang tubuhnya. Ia merinding, ini di tempat pribadi tepat di dalam kamar mereka, Dinara sudah tidak bisa lagi menghindar. Ia tetap berusaha tenang. Wajah Bagas semakin mendekat, ketua tangan kekarnya menyentuh lengan Dinara. Kini keduanya saling berhadapan. "Mas Bagas" Senyuman lembut tercetak indah di wajah Dinara. " Duduklah di sini" Bagas menuntun istrinya untuk duduk diatas kasur big size mereka". Dinara menurut. " Kamu tahu, sejak kembali dari Bali kemaren aku sudah tidak sabar untuk bicara berdua namun kamu selalu menghindar"" Maaf mas, aku gak bermaksud begitu" Dinara berusaha memberi penjelasan. " Kamu bilang kita akan memulai dari awal bersama sama, namun sejak kembali ke kantor, kamu selalu menghindar lagi. Apa masalah yang membuatmu cemas? Apakah aku tidak berhak membantu meringankannya? " " Gunakan aku Ra, aku ini suamimu, ceritalah... " Bagas semakin mengeratkan pegangannya membuat Dinara sedikit merin
"Kenapa Ra? Kenapa berhenti? Apa isi surat dari Maya? "Bagas semakin penasaran karena Dinara berhenti bercerita. Ia menarik tubuh Dinara semakin mendekat, " Sini peluk, tadi aku kalah sama Raja.. Sekarang boleh kan aku memelukmu? " Dinara menurut ia mengangguk dan mendekat keduanya menempel. Ia mencari posisi yang nyaman mengatur napas lagi dan bersiap untuk melanjutkan ceritaMenarik napas perlahan ia berusaha mengingat kembali isi surat yang ditulis Maya untuknya waktu itu. Sedikit banyak isinya mempengaruhi keputusannya untuk pergi. Flash Back lagiSurat dengan motif bunga itu membuat hari Dinara berdesir. Tulisannya singkat namun telak membuat Dinara goyah. " Aku menyerah, Bagas memang bukan untukku tapi juga bukan milikmu. Aku tahu kalian masih belum benar benar bersatu, lihat saja siapa yang akan ia sebut ketika kalian bercinta nanti"Dinara meremas selembar kertas itu, mbok Sum yang melihat gelagat aneh dan perubahan raut wajah nyonyanya setelah ia membaca surat Maya menja
Dering ponsel nya berbunyi, Dinara yang tertidur disamping Ratu menggeliat, ia mencari keberadaan ponselnya dan berusaha untuk mematikannya agar Ratu tidak terbangun. Tangan nya menggapai ponsel yang berada di atas nakas. " Siapa?" BatinnyaDokter Bayu calling.... " Ah dokter, sebentar" Ia bergumam sendiri. Dinara duduk diatas dipan. Ia menjawab panggilan dari dokter. " Iya dok, selamat siang"" Dinara, maaf menggangu. Apakah kamu bisa datang sore nanti ke Rumah Sakit, ada hal penting yang harus kamu ketahui dan harus hari ini, soalnya besok saya akan dinas ke luar kota"." Bentar dok, nanti sore ya? sepertinya saya bisa. Jam berapa saya harus sampai di Rumah sakit dok?". " jam 6 sampai 8 malam yaa saya tunggu" Jawab dokter Bayu.Setelah meletakkan ponselnya di nakas Dilinara perlahan turun dari kasur ia melangkah perlahan dan sangat hati hati takut membangunkan Ratu yang tertidur pulas. Tidak lupa ia meletakkan beberapa bantal dan guling di sisi kanan kiri atas bawah mengelilingi
" Trus apa yang terjadi setelah kamu tahu aku tertidur disini? ayoo Raa lanjutin" Bagas merengek tidak sabar. Dinara menguap. ia sangat mengantuk. hari ini begitu melelahkan baginya. " Besok saja ya mas, aku ngantuk banget. besok harus bangun pagi dan gak boleh telat kerja. Bos aku lumayan galak loo. nanti kalo aku di pecat bisa gawat mas" Dinara dengan cueknya mulai menata bantal di belakang punggungnya. ia menepuk nepuk agar bantal lebih empuk dan nyaman di kepalanya. Bagas cengo. " Apa Ra? kamu bilang aku galak? " Ia tidak terima" Bos ku yang galak mas, aku kan gak bilang kamu.. ayoo kita tidur".Bagas masih tidak terima, cerita yang ia dengar tadi masih berbelit belit dan hampir sampai di puncak cerita malah berhenti di tengah jalan. Jelas ia protes" Baiklah kalau kamu tidak menurut berarti harus terima hukuman malam ini" Ia menaik turunkan alis sambil menatap dua buah gundukan yang ada didepannya. Reflek Dinara menutup dadanya dengan kedua telapak tangan. " Ih mesum" teri