Seseorang terlihat mengetuk pintu kamar sebelah. " Kak, sudah tidur ya? Ratu gak bisa tidur kak? mau nemenin ngobrol gak? aku masuk yaa" Dengan cerewet tamu imut itu terus mengetuk pintu sampai ada jawaban dari pemilik kamar. " Masuk dek, gak dikunci kok"Dengan senang hati Ratu membuka pintu kamar kembarannya itu.Si cantik yang memakai piyama hello kitty berwarna pink itu langsung berhambur ke pelukan kakaknya, ia memang manja. " Kangen papa, jahat banget yaa kak gak ngasih kabar" dengan bibir manyun ke kanan dan ke kiri ia mengadu ke kakaknya. Raja yang duduk di ranjangnya tadi sedang membaca buku cerita. Ia meletakkan buku di meja. kemudian membalas pelukan manja adiknya. " Papa masih sibuk kerja dek, kabar dari princess mereka sedang berdua, jangan di ganggu. kalo ndak salah besok pulang kok" Ia menepuk punggung adiknya. puk puk puk. Benar benar bertingkah sok dewasa anak ini."Bener princess bilang begitu?, gimana kalau kita vidio call yuk, sudah kangen juga sama princess"
Pasangan ini sedang asyik menikmati bakso gerobak yang mangkal di pinggir jalan. Tepatnya Bagas hanya melihat Dinara makan dengan sangat lahapnya. Ia masih sedikit waspada dengan situasi di sekitarnya, walaupun di sampingnya sekarang ini ada 2 orang pengawal yang menjaga mereka berdua. " Ra, kamu lagi dapat ya? "" Hem... " Dinara masih asik menyuapkan bulatan pentol ke dalam mulutnya. Kali ini ia memesan 3 pentol kasar dan semangkuk penuh soun dan diberi banyak sambal berwarna orange. Bagas sampai melotot melihatnya ia menelan ludahnya kasar, tentu rasanya sangat pedas. Sedang ia sendiri memesan satu mangkuk lengkap namun melihat cara Dinara makan ia jadi kenyang sendiri padahal mangkuk di depannya masih utuh. Kedua pengawal tadi sudah ditawari namun mereka menolak. Sedang posisi siaga jadi mereka tidak mau lengah. " Kalian bungkus 2 porsi ya? " Bagas menawari kedua pengawal yang masih setia berjaga. Mereka mengangguk saja terserah maunya bos mereka yang terpenting sekarang merek
Ke empat orang itu beriringan kembali ke dalam Hotel. Tadi di dalam mobil Bagas sudah menjelaskan kondisinya kepada Dinara, musuhnya kali ini sudah bergerak dan agak kelewatan karena mulai bertindak nekat. Dinara mengerti ia setuju saja dengan rencana selanjutnya. Dia sedikit lebih diam setelah acara makan bakso di pinggir jalan tadi.moodnya serasa naik turun. tadi baik baik saja namun tiba tiba ia merasa sedih. Dinara mencoba menjaga kewarasannya, ia akan menuruti Bagas demi keselamatannya juga. Sekarang Dinara sudah diantar sampai ke kamar hotelnya. kedua pengawal tadi berjaga di depan pintu. Dinara sedikit bernapas lega, sejujurnya dari tadi ia sangat gugup berdekatan dengan suaminya sendiri. Ia bersikap biasa saja dan bersikap konyol bahkan meminta bakso ketika keadaan gawat hanya untuk menutupi rasa gugup yang tiba tiba datang menyerang.Ia menuju kasur king yang sejak 2 hari ini ia tiduri sendiri. Ia menata kedua bantal dan selimut, entah apa yang ia pikirkan tiba tiba otaknya
Haaaaah....."Raa..... kamu tahu, aku benar benar sangat merindukanmu, bagaimana denganmu? apa yang kamu rasakan Ra? " Bagas berbicara dalam hatinya. Ia takut membuat Dinara terbangun. Mengatur nafas sebentar setelah sedikit bersusah payah menggendong Dinara dari balkon masuk ke dalam kamar dan memposisikan dengan nyaman di atas kasur, Bagas mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Dinara agar tetap hangat setelah tadi tertidur di balkon luar dengan angin malam yang berhembus kencang. Ia memandangi wajah ayu Dinara, Bagas memposisikan diri berbaring di sebelah istrinya. Ia juga lelah seharian bekerja dan baru saja menyelesaikan pekerjaan melalui Laptop nya. Suara dengkuran halus Dinara terdengar dan hembusan napasnya membelai wajah Bagas.Ia berbaring miring sehingga dengan leluasa bisa memandang wajahnya dari dekat.Bulu kuduknya merinding, perutnya terasa geli, seperti ada ribuan kupu kupu beterbangan. Rasanya ada sesuatu yang berdesir di dalam dadanya. Ia merapikan anak rambut yan
Akhirnya kedua pasang mata bertemu di depan pintu masuk kantin perusahaan. Dinara akan keluar sedang Bagas kearah mau masuk kantin. Keduanya saling berpandangan tanpa mengucapkan kata kata, beberapa pasang mata memperhatikan keduanya. seperti de javu kejadian awal pertama Dinara bekerja di sini sebelum mengetahui pemilik perusahaan adalah Bagas sang suami. " Permisi pak, ijinkan saya lewat" Dinara memutus pandangan dan memulai menyapa ia bersikap formal di depan semua rekan kerjanya. Seketika aura wajah Bagas berubah suram, ia tidak menyukainya, Dinara yang menjaga jarak dengan dirinya lagi. Bagas melihat sekeliling ia mendapati para karyawan memperhatikan mereka berdua. Ia geram. " Kalian semua, lakukan urusan masing masing, jangan terlalu kepo" Ia berteriak sampai terdengar ke seluruh penjuru kantin. Dinara juga ikut kaget, ia takut dengan Bagas yang tegas. Dalam hati ia memohon agar Bagas tidak marah dan berhenti salah paham. " Aku sudah tau apa yang kalian pikirkan. Semua itu
"Kak, ada apa kok bengong gitu? "Raja masih mematung dengan muka paling lucu yang pernah dilihat Ratu, Ia mengikuti arah pandang kakaknya. Menuju ke arah bawah ruang tamu, disana terdengar beberapa orang sedang berbicara. "Ra, kamu pasti kaget. Ayah bawa pulang siapa? " Akhirnya keluar juga suara Raja yang dari tadi terdiam membisu.Keduanya berjalan mengendap endap mengintip ke lantai bawah. " Ada apa si kak? " Ratu masih penasaranRaja menutup mulut Ratu dengan sebelah tangannya. Memberi isyarat agar tidak berisik. Ratu paham." Maaf Ra, aku harus melakukan ini. Disini aku kepala keluarga, kamu istriku yang sah jadi tolong menurutlah kali ini"Dinara terdiam membisu, ia masih menunduk, di sampingnya ada gadis kecil yang barusan dijemput dari sekolahnya. Naya masih belum mengerti dengan situasi yang sedang terjadiNamun karena kelewat pintar ia tidak bisa menahan lagi rasa penasaran yang mengganjal di hatinya. " Om, ini rumah siapa? Kenapa mama dan Naya diajak kesini? Kan sekaran
Dinara saat ini berada di kamar tidur utama, kamar tempat ia dan Bagas seharusnya berada. beberapa menit yang lalu ia telah menidurkan Naya di ruang tamu lantai bawah setelah seluruh penghuni rumah dibuat heboh dengan kedatangan nyonya rumah yang telah mereka tunggu kedatangannya sejak lama. 3 jam yang lalu"Kenapa mama Rara jadi nyonya rumah disini? Dia hanya mamaku tidak boleh diambil siapapun... Hanya milik Naya". Naya memberi penekanan disetiap ucapannya, bukannya terlihat kuat malah memberikan kesan rapuh akan ketakutan. Memang Naya setakut itu kehilangan lagi kedua orang tuanya.Dinara mendekat dan meraih kepala gadis itu, menenangkannya. Bagas sedikit menaikkan ujung bibirnya. " Naya tidak akan kehilangan mama, malah akan mendapat banyak hal disini. Seorang papa, dan 2 orang kakak yang sangat lucu dan tampan". Kedua bola mata bulat itu semakin melebar, bersinar penasaran. " Benarkah? " Ia mencari kebenaran di kedua bola mata indah Dinara. Yang di tanya hanya mengangguk."
Dinara menoleh perlahan ke sumber suara yang makin mendekati belakang tubuhnya. Ia merinding, ini di tempat pribadi tepat di dalam kamar mereka, Dinara sudah tidak bisa lagi menghindar. Ia tetap berusaha tenang. Wajah Bagas semakin mendekat, ketua tangan kekarnya menyentuh lengan Dinara. Kini keduanya saling berhadapan. "Mas Bagas" Senyuman lembut tercetak indah di wajah Dinara. " Duduklah di sini" Bagas menuntun istrinya untuk duduk diatas kasur big size mereka". Dinara menurut. " Kamu tahu, sejak kembali dari Bali kemaren aku sudah tidak sabar untuk bicara berdua namun kamu selalu menghindar"" Maaf mas, aku gak bermaksud begitu" Dinara berusaha memberi penjelasan. " Kamu bilang kita akan memulai dari awal bersama sama, namun sejak kembali ke kantor, kamu selalu menghindar lagi. Apa masalah yang membuatmu cemas? Apakah aku tidak berhak membantu meringankannya? " " Gunakan aku Ra, aku ini suamimu, ceritalah... " Bagas semakin mengeratkan pegangannya membuat Dinara sedikit merin