Dinara dan Boy masih berjalan cepat menuju hotel tempat mereka menginap. Boy sampai harus bertelanjang kaki karena tadi sepatunya ia lepas. sekarang kakinya mulai terasa sakit. Dinara masih mengikuti di belakangnya. " Ayoo mbak Rara, cepetan orang itu masih mengikuti kita, apa sih maunya? ". Boy mengomel sepanjang jalan. " Itu sudah dekat Boy, itu hotelnya, bentar lagi kita aman" Dinara menunjuk hotel yang sudah terlihat. beberapa security terlihat di depan hotel. Perasaan lega menyelimuti keduanya. " Pak, tolong ada orang mencurigakan mengikuti kami, ituu di belakang makai pakaian serba hitam" Dinara melapor sesampainya di pos security depan hotel. Kedua orang petugas menoleh ke arah yang ditunjuk Dinara namun tidak menemukan apapun. Seseorang itu telah menghilang." Loh kok gak ada, perasaan tadi masih dibelakang kami kok, bener pak kami gak bohong" Boy coba menjelaskan juga kepada kedua petugas. Para petugas menerima laporan mereka dengan baik. " Baik pak kami akan mencari o
" Boy, hapus" Dinara segera menoleh dan menyadari kalau Boy tadi sempat memotret dirinya dan Bagas. Boy menggeleng, ia menyembunyikan HP dibelakang punggungnya. "Mas, lihat itu... gara gara kamu iih" Dinara reflek memukul lengan Bagas karena gemas. Gara gara Bagas tadi berhenti mendadak membuat mereka jadi dalam posisi yang ambigu. " Aku gak ngapa ngapain kok" Bagas membela diri. Boy hanya melongo menonton kedekatan mereka seperti sudah lama mengenal dan seperti pasangan suami istri.Bagas yang tidak mau Dinara ngambek lebih lama menahan Boy tetap di dalam lift bersama mereka. " Kamu diam disini, ikut kami" Boy yang takut dipecat menurut saja. mereka tiba di lantai yang 1 menuju tempat restaurant mewah berada. Di kejauhan sudah terlihat Bunda bersama paman Bagas. Dinara menghampiri bunda dan salim, sudah lama ia tidak bertemu bunda sejak pernikahan itu. " Assalamualaikum bunda, Dinara kangen, bagaimana kabar bunda? " Bunda hanya mengangguk dan tersenyum. " Sini sayang, sudah
Malam harinya, Bagas keluar dari kamar bunda, ia dan bunda sudah lebih dari 2 jam berbincang melepas kangen dan membicarakan banyak hal termasuk tentang Dinara. Bagas berjalan dengan langkah santai menuju kamarnya. Ia masih belum mengemasi barang barangnya. kamar hotel yang ia tempati bersebelahan dengan kamarnya dinara. ia melihat ke pintu kamar dinara yang tertutup. Hatinya sekarang masih bingung, antara bahagia dan sedikit canggung. Hubungannya dengan Dinara memang sudah sedikit mencair, tadi Dinara bahkan sudah setuju untuk kembali bersamanya. Namun tidak mudah seperti membalik telapak tangan. semua masih canggung, 4 tahun lamanya hidup masing masing. Apalagi banyak teman yang masih belum mengetahui keberadaan Dinara. Ia dulu belum sempat memperkenalkannya sebagai istrinyaIa berjalan mendekati pintu kamar Dinara dan mengetuknya perlahan. " Ra, Assalamualaikum ini aku" Ia mengetuk pelan,Tak berapa lama pintu dibuka dari dalam, terlihat Dinara memakai piyama tidurnya. " Maaf gan
Seseorang terlihat mengetuk pintu kamar sebelah. " Kak, sudah tidur ya? Ratu gak bisa tidur kak? mau nemenin ngobrol gak? aku masuk yaa" Dengan cerewet tamu imut itu terus mengetuk pintu sampai ada jawaban dari pemilik kamar. " Masuk dek, gak dikunci kok"Dengan senang hati Ratu membuka pintu kamar kembarannya itu.Si cantik yang memakai piyama hello kitty berwarna pink itu langsung berhambur ke pelukan kakaknya, ia memang manja. " Kangen papa, jahat banget yaa kak gak ngasih kabar" dengan bibir manyun ke kanan dan ke kiri ia mengadu ke kakaknya. Raja yang duduk di ranjangnya tadi sedang membaca buku cerita. Ia meletakkan buku di meja. kemudian membalas pelukan manja adiknya. " Papa masih sibuk kerja dek, kabar dari princess mereka sedang berdua, jangan di ganggu. kalo ndak salah besok pulang kok" Ia menepuk punggung adiknya. puk puk puk. Benar benar bertingkah sok dewasa anak ini."Bener princess bilang begitu?, gimana kalau kita vidio call yuk, sudah kangen juga sama princess"
Pasangan ini sedang asyik menikmati bakso gerobak yang mangkal di pinggir jalan. Tepatnya Bagas hanya melihat Dinara makan dengan sangat lahapnya. Ia masih sedikit waspada dengan situasi di sekitarnya, walaupun di sampingnya sekarang ini ada 2 orang pengawal yang menjaga mereka berdua. " Ra, kamu lagi dapat ya? "" Hem... " Dinara masih asik menyuapkan bulatan pentol ke dalam mulutnya. Kali ini ia memesan 3 pentol kasar dan semangkuk penuh soun dan diberi banyak sambal berwarna orange. Bagas sampai melotot melihatnya ia menelan ludahnya kasar, tentu rasanya sangat pedas. Sedang ia sendiri memesan satu mangkuk lengkap namun melihat cara Dinara makan ia jadi kenyang sendiri padahal mangkuk di depannya masih utuh. Kedua pengawal tadi sudah ditawari namun mereka menolak. Sedang posisi siaga jadi mereka tidak mau lengah. " Kalian bungkus 2 porsi ya? " Bagas menawari kedua pengawal yang masih setia berjaga. Mereka mengangguk saja terserah maunya bos mereka yang terpenting sekarang merek
Ke empat orang itu beriringan kembali ke dalam Hotel. Tadi di dalam mobil Bagas sudah menjelaskan kondisinya kepada Dinara, musuhnya kali ini sudah bergerak dan agak kelewatan karena mulai bertindak nekat. Dinara mengerti ia setuju saja dengan rencana selanjutnya. Dia sedikit lebih diam setelah acara makan bakso di pinggir jalan tadi.moodnya serasa naik turun. tadi baik baik saja namun tiba tiba ia merasa sedih. Dinara mencoba menjaga kewarasannya, ia akan menuruti Bagas demi keselamatannya juga. Sekarang Dinara sudah diantar sampai ke kamar hotelnya. kedua pengawal tadi berjaga di depan pintu. Dinara sedikit bernapas lega, sejujurnya dari tadi ia sangat gugup berdekatan dengan suaminya sendiri. Ia bersikap biasa saja dan bersikap konyol bahkan meminta bakso ketika keadaan gawat hanya untuk menutupi rasa gugup yang tiba tiba datang menyerang.Ia menuju kasur king yang sejak 2 hari ini ia tiduri sendiri. Ia menata kedua bantal dan selimut, entah apa yang ia pikirkan tiba tiba otaknya
Haaaaah....."Raa..... kamu tahu, aku benar benar sangat merindukanmu, bagaimana denganmu? apa yang kamu rasakan Ra? " Bagas berbicara dalam hatinya. Ia takut membuat Dinara terbangun. Mengatur nafas sebentar setelah sedikit bersusah payah menggendong Dinara dari balkon masuk ke dalam kamar dan memposisikan dengan nyaman di atas kasur, Bagas mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Dinara agar tetap hangat setelah tadi tertidur di balkon luar dengan angin malam yang berhembus kencang. Ia memandangi wajah ayu Dinara, Bagas memposisikan diri berbaring di sebelah istrinya. Ia juga lelah seharian bekerja dan baru saja menyelesaikan pekerjaan melalui Laptop nya. Suara dengkuran halus Dinara terdengar dan hembusan napasnya membelai wajah Bagas.Ia berbaring miring sehingga dengan leluasa bisa memandang wajahnya dari dekat.Bulu kuduknya merinding, perutnya terasa geli, seperti ada ribuan kupu kupu beterbangan. Rasanya ada sesuatu yang berdesir di dalam dadanya. Ia merapikan anak rambut yan
Akhirnya kedua pasang mata bertemu di depan pintu masuk kantin perusahaan. Dinara akan keluar sedang Bagas kearah mau masuk kantin. Keduanya saling berpandangan tanpa mengucapkan kata kata, beberapa pasang mata memperhatikan keduanya. seperti de javu kejadian awal pertama Dinara bekerja di sini sebelum mengetahui pemilik perusahaan adalah Bagas sang suami. " Permisi pak, ijinkan saya lewat" Dinara memutus pandangan dan memulai menyapa ia bersikap formal di depan semua rekan kerjanya. Seketika aura wajah Bagas berubah suram, ia tidak menyukainya, Dinara yang menjaga jarak dengan dirinya lagi. Bagas melihat sekeliling ia mendapati para karyawan memperhatikan mereka berdua. Ia geram. " Kalian semua, lakukan urusan masing masing, jangan terlalu kepo" Ia berteriak sampai terdengar ke seluruh penjuru kantin. Dinara juga ikut kaget, ia takut dengan Bagas yang tegas. Dalam hati ia memohon agar Bagas tidak marah dan berhenti salah paham. " Aku sudah tau apa yang kalian pikirkan. Semua itu