Share

Bab 45

Penulis: Lavender
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Alara Senja kalau di tanyain; pernah nggak keingat sama mantan yang notabenenya pernah bareng kamu lama banget.

Maka, jawaban Alara adalah; pernah. Dan itu wajar. Kenapa? Karena basicly dia orang yang paling dalam sejarah percintaan. Karena yang paling lama kayak yang punya tempat tersendiri di hati.

Sekarang ini lagi trendnya. Lara hela napasnya perlahan dan usapi perutnya yang mulai numbuh benjolan. Bosan dan gabut sebenarnya. Bahtiar Gema nggak main-main soal ucapannya yang mau menguasai Lara buat dirinya sendiri dan di bangunlah penjara yang bikin Lara mau nggak mau harus di rumah. Hanya sesekali bisa keluar rumah. Itu pun dengan Gema.

Oke, balik lagi ke tema yang lagi trendnya. Kalau sekarang ini ‘jagain jodoh orang’. Pacaran sama siapa, eh nikahnya sama siapa. Atau, siapa yang berjuang dan siapa yang menikmati. Tapi kalau Lara nggak bakalan kaget, sih. Di samping pernah ada dan mengalami posisi yang seperti itu. Lara lebih kepada ikhlas. Karena ya, kita mana tahu soal takdir da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikah Dengan Duda    Bab 46

    Di mana pun tempatnya. Beberapa orang kesulitan untuk bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Ada banyak pertentangan yang di rasakan dan gejolak di hatinya. Siap meledak kapan pun dan di mana pun. Tapi coba ubah konsepnya. Alara Senja sudah pernah menerapkan hal ini untuk menekan dirinya sendiri. Ya awalnya memang nggak enak. Di samping nyiksa, sakit hatinya perlahan terus menggerogoti. Tapi Lara sadar, hidup tidak untuk berhenti di sini saja apalagi mundur ke belakang. Karena hidup yang sesungguhnya adalah berjalan ke depan.Pertama, memaafkan orang lain walau hati tersakiti. Agar tidak terus memikirkannya dan menghambat keberlangsungan hidup. Biarkan semesta yang bekerja atas apa yang telah terjadi.Sudah Lara singgung di atas bahwa semuanya pun butuh proses. Nggak serta merta menerapkan langsung instan hasilnya. Masak indomie legendaris saja harus ada acara nuang air ke panik, nyalain kompor, tunggu sampai airnya matang—yang muncul gelembung-gelembung gitu—lalu masukkan mienya, tun

  • Menikah Dengan Duda    Bab 47

    Bahtiar Gema tahu rasanya di sakiti seperti apa. Terlebih jika itu di khianati oleh orang terdekat. Dan merasa bersyukur bisa bertemu dengan Alara Senja. Tuhan kalau punya rencana nggak pernah main-main. Selalu lebih baik dari apa yang tak pernah kita rencanakan. Dan memiliki Alara Senja adalah suatu anugerah yang tak bisa Gema lupakan hingga detik ini. Euforianya tak pernah habis hanya untuk memikirkan Alara Senja.Sehingga tidak terlalu jauh bagi dirinya untuk berbuat menyimpang seperti sebelumnya. Bersama dengan orang yang sama-sama pernah terluka di masa lalunya memang cerita yang berbeda. Karena sama-sama pernah terluka dan lebih selektif dalam menentukan pilihan.Makanya, ketika Tuhan menyingkirkan beberapa orang dari hidup Gema—yang memang di rasa berpotensi menorehkan luka. Tuhan sudah mendengar percakapan apa yang bahkan tidak bisa Gema dengar. Tuhan melihat perbuatan apa yang orang-orang itu lakukan yang tidak bisa Gema lihat.Jadi ini adalah jawaban kenapa kecurangan merek

  • Menikah Dengan Duda    Bab 48

    Rindu tidak di ciptakan oleh jarak tetapi oleh perasaan. Engkau merindukannya bukan karena ia jauh namun karena ia telah ada di dalam hatimu.Kayak kamu yang punya banyak pilihan tapi cuma ngambil salah satu darinya. Itu nggak semua orang bisa. Karena pada dasarnya, ada prinsip yang di pegang; kalau bisa keduanya, kenapa enggak?Kedengarannya memang serakah, sih. Tapi balik lagi ke masing-masing orangnya. Kita nggak mungkin harus menyamakan cara pikir kita dengan orang kebanyakan. Kita juga nggak bisa maksa orang buat selalu mengiyakan semua pendapat kita.Itu juga yang pernah jadi dilema buat Alara Senja.Dulu, jauh sebelum ada di kantor Gema dan jadi asisten suaminya itu. Lara bekerja di salah satu perusahaan kondang dengan posisi jabatan yang cukup membuat para perempuan lain iri. Pasalnya, Lara masuk dengan ijazah SMAnya dan masih berstatus sebagai mahasiswa. Sedangkan yang ngincar perusahaan itu nggak cuma lulusan S1 mau pun S2. Nggak cuma lulusan dari Universitas yang ada di Ind

  • Menikah Dengan Duda    Bab 49

    Kemarin, sempat viral kata-kata kayak gini:Jangan pernah jadi pelangi buat orang yang buta warna. Terus di jawab, gimana kalau dia nggak buta warna tapi dia bukan pelangi yang ingin dia lihat. Melainkan senja. Kemudian di balas, kenapa memilih senja, sih? Kan cuma ada satu warna. Sedangkan pelangi punya banyak warna. Lalu di jawab, mau sebanyak apa pun warna yang kamu beri, kalau bukan kamu yang dia mau, tetap saja bukan kamu yang dia pilih.Kalimat di atas, Gema sinkronkan dengan kejadian yang dirinya lihat pagi tadi.Saat jam makan siang dan Gema pulang. Duduk di meja makan sembari menyendok es krimnya, memandangi Lara yang memasak dan tersenyum sendiri mengingat apa yang telah dirinya jalani hingga sejauh ini.Bahagia nggak, sih?Tentu.Sekarang, siapa yang nggak mau nikah sama orang yang kita jadiin pilihan dan orang yang kita cinta?Orang nggak normal saja tahu bahwa butuh cinta itu memang penting banget.“Kenapa senyum-senyum?”Gema menggeleng dan tersenyum. Mencomot perkedel y

  • Menikah Dengan Duda    Bab 50

    Lewat sebuah lagu yang sedang Lara dengarkan, ingatannya melayang pada sebuah nasihat.“Lo nggak bisa dapetin orang yang benar kalau lo belum ninggalin orang yang salah. Karena kadang, lo menjalani hubungan yang toxic tanpa menyadari itu. Dan lo terus berkompromi dengan hal itu. Hal yang seharusnya nggak di kompromikan.”Jadi ketika lo sudah benar-benar nggak nyaman berada di lingkup itu, mundur! Cari tempat baru yang benar-benar bisa menghargai keberadaan lo, yang menyadari betapa berharganya lo. Jangan biarin waktu berharga lo untuk sesuatu yang nggak ngerti artinya berharga.Lara jadi sadar kalau hati pun butuh di mengerti. Nggak sekadar hadir untuk dianggap sebagai sebuah status belaku. Keberadaan kita yang terpenting. Dijadikan berharga oleh perlakuan dan hal-hal yang sederhana. Itu jarang terjadi.Semisal ada yang nanyain, gimana Lara sekarang?Maka, jawaban Lara adalah bahagia. Meski pada awalnya begini; mungkin aku hanya termasuk salah satu dari sekian manusia di dunia yang su

  • Menikah Dengan Duda    Bab 51

    Alara punya pikiran yang lebih buruk dari bayangannya. Entah bisa disamakan dengan overthinking atau tidak tapi menurut dirinya sendiri itu menakutkan.Pagi ini, Alara iseng berbelanja di kompleks perumahan. Yang tidak biasanya Alara lakukan namun karena ingin sedikit mengenal lingkungan di mana dirinya tinggal dan berjalan-jalan sebentar.Dokter kandungannya selalu berpesan untuk sesekali berjalan kaki. Itu baik untuk kelancaran persalinannya nanti."Tapi itu serius ya, Bu?" tanya si Ibu berbaju kuning. Keponya maksimal."Jadi ceritanya dulu sebelum pindah ke sini, Bapaknya itu tukang mabuk. Tiap mabuk datanglah semua teman-temannya ke rumahnya. Saya tuh mikir, kenapa itu bocah ada di dalam rumah. Kenapa nggak pergi dulu." Si Ibu berambut cepol antara semangat dan kasihan.Wajahnya berekspresi unik yang Alara sendiri tidak bisa menebaknya. Apakah bahagia, kasihan, atau memang obrolan semacam ini sudah jadi konsumsi publik bagi Ibu-ibu rumah tangga yang ditinggal suaminya bekerja.Mes

  • Menikah Dengan Duda    Bab 52

    Namanya Nora Bachtiar, mantan istri Bachtiar Gema yang tiba-tiba muncul di kantor membuat Alara yang siang itu sedang berkunjung terperanjat kaget.Senyum Nora manis dan tubuhnya yang proporsional menjadi pendukung sehingga Alara minder saat diajak bersalaman. Juga tas ungu berisi peralatan makan membuat Alara ingin mengubur dirinya di rawa-rawa.Hubungan keduanya bukan yang baik-baik saja namun ini di depan publik di mana sejuta pasang mata memperhatikan interaksi keduanya. Akting Nora terbilang bagus karena dia aktris. Bisa menguasai mimik wajah dan mencairkan suasana canggung yang tercipta. Lain halnya dengan Alara yang untuk tersenyum saja wajahnya kaku maksimal."Apa kabar?" Basa-basi Nora bisa diacungi jempol. "Lama nggak ketemu."Seakan-akan mereka sudah berteman bertahun-tahun lamanya dan baru bertemu hari ini. Lawak, tapi ini memang adanya begini."Baik, Mbak gimana?" Alara juga tak mau kalah basinya. Tatapan pasang mata di bilik kerja menjadi sangat penasaran saat Alara ters

  • Menikah Dengan Duda    Bab 53

    Kabar duka itu datang.Di subuh yang dingin saat semua kelopak mata masih terpejam. Guyuran hujan semalam yang menjatuhi bumi Jakarta membuat mata-mata kian terlelap. Termasuk Alara Senja yang masih terbuai mimpi.Terbangun karena getaran ponselnya, Alara raih masih dengan mata yang terpejam."Halo."Tidak ada sahutan dari seberang. Membuat kening Alara mengerut dan segera bangun terduduk. Menyingkirkan lengan kekar Gema yang melingkari perutnya."Halo."Sekali lagi Alara bersuara dan belum ada tanda-tanda mendapat jawaban. Saluran teleponnya masih tersambung saat Alara jauhkan dari telinganya lalu menempelkannya lagi.Hendak menyapa namun urung saat suara dengan isakan pilu berkata, "Wawak nggak ada."Alara belum paham, belum mengerti apa maksudnya dengan kalimat 'Wawak nggak ada'. Nggak ada karena pergi dari rumah atau mengunjungi anaknya yang lain yang berada di kota orang."Meninggal, tadi jam 2 dini hari di rumah sakit Permata."Isakannya semakin terdengar sampai Alara bingung in

Bab terbaru

  • Menikah Dengan Duda    Bab 80

    Bachtiar Gema nggak punya cara simpel buat mengalihkan kegalauannya. Ditinggal Alara seorang diri, Gema cuma geluntang-geluntung di dalam rumah. Gabut dan nggak tahu mau ngapain. Mana sekarang kantornya libur pula. Mau ngantor sendiri kelihatan banget kalau Gema ini mata duwitan. Tapi di rumah cuma rebahan, bangun, duduk, rebahan lagi, bangun lagi, duduk lagi dan main PS. Main PS sendiri nggak ada lawan juga persis orang gila. Kalah diam, menang diam, lagi nyerang apa lagi. Gema kangen Alara.Kira-kira salahnya Gema tuh apa? Kok bisa Alara pergi seorang diri tanpa dirinya atau mencari dirinya dan merasa kangen? Kenapa Gema kelihatannya murahan banget setelah menikahi Alara, ya? Kenapa? Apa semua cowok kayak gitu? Jadi goblok dan sedikit dungu? Ah mbohlah. Gema mumet sendiri.Sekarang Gema bangun dari rebahannya di sofa. Jam masih menunjukkan pukul 2 siang lebih dikit. Cuaca di luar juga panas enggak, mendung juga enggak tapi panas maksimal–semromong maksimal kayak di neraka. Gema hen

  • Menikah Dengan Duda    Bab 79

    Cuma manusia bodoh yang selalu ikut-ikutan dan gampang kepengaruh omongan manusia lainnya dengan modal 'katanya'. Yang katanya begini, begitu mendengarnya akan langsung membenci. Yang katanya begitu, langsung memusuhi. Hanya dengan katanya semua masalah akan muncul dan menjadi serangan secara bertubi-tubi.Daniah Maheswari juga seperti itu. Modal katanya yang Mosa Hutama sampaikan mempengaruhi cara pikir otaknya yang waras mendadak jadi gila. Katanya Prabu Setiawan itu baik, perhatian dan penuh kasih sayang. Katanya yang pada faktanya tidak demikian. Bagaimana nggak baik, perhatian dan penuh kasih sayang kalau Mosa Hutama adalah istri kesayangannya? Siapa sih yang nggak waras di sini? Terus sekarang Daniah kudu gimana ngadepin Prabu yang cuma diam kayak patung pancoran disertai tatapan matanya yang nyalang–persis hendak menerkam Daniah? Ah entah, Daniah nggak tahu lagi mesti gimana?"Kenapa belum pesen?" Prabu berucap seraya mengambil buku menunya. Kedua bola matanya menyisir setiap k

  • Menikah Dengan Duda    Bab 78

    Alara memang belum sepenuhnya merasakan pahit manisnya hidup. Tapi kalau dibenci hanya lewat 'katanya' oleh para penggosip, jangan ditanya sesering apa Gema menerima perlakuan kayak gitu. Memang dirinya ini bukan manusia ribet yang pilih-pilih temen. Tapi setidaknya butuh yang satu frekuensi dan nggak suka basa-basi ngomongin yang nggak jelas. Masa muda Alara juga habis di tempat kerja. Jadi buat kumpul sama nongkrong sana-sini mana sempat. Masih bisa napas dengan lancar saja sudah hamdalah banget. Kok ini dituntut buat ikut acara-acara nggak jelas. Buang-buang waktu dan tenaga.Kehidupan yang Alara jalani nggak sesempurna kelihatannya kok. Tapi sekali lagi, bersyukur adalah caranya. Ada yang bilang kalau omongan adalah doa. Maka Alara iyakan saja setiap orang yang berkata 'enak ya jadi kamu', 'senang ya jadi kamu', dan lain sebagainya. Alara iyakan saja.Sadar sih, mengikuti standar kehidupan manusia nggak ada habisnya. Kita yang menjalani eh orang lain yang mengatur. Kayak lalu lin

  • Menikah Dengan Duda    Bab 77

    Puasa-puasa kok bohong itu, 'kan dosa ya? Kata Jayanti, Mama Alara gitu. Dulu sewaktu Alara kecil setiap puasa selalu di wangsit buat jangan berbohong. Kalau nggak kuat puasa dan pengen makan mending ngomong. Nanti lanjut lagi puasanya sampai adzan magrib berkumandang. Pokoknya sekuatnya aja, nggak perlu memaksa diri timbang nanti nggak berpahala puasanya.Nah sekarang juga sama. Alara merasakan momen puasa yang mana dirinya tidak sedang berpuasa. Alasannya hamil walaupun seandainya mampu buat berpuasa boleh saja melakukannya. Sekarang ini yang sedang Alara alami kasusnya sama: puasa dan nggak boleh bohong. Cuma beda konsepnya aja. Kalau yang dikatakan oleh Jayanti perihal jangan bohong misal nggak kuat berpuasa sedang yang Alara alami adalah bohong lantaran nggak mau mengakui kebohongannya. Ini konsepnya gimana sih Ra?Begini, ingat yang sering Alara katakan kepada Bachtiar Gema, suaminya? Kalau mau poligami, silakan. Daripada membohongi lebih baik mengatakan jujur saja. Menginginka

  • Menikah Dengan Duda    Bab 76

    "Lo nikah tapi lo ngasih izin ke suami lo buat nikah lagi." Adalah teman Mosa yang sedang memasukkan bolu pisang ke dalam mulutnya. Tawa di bibirnya belum luntur dan matanya menyipit seiring tawa yang di keluarkan."Gue heran sama cara pikir lo. Dari dulu kayak gitu nggak pernah berubah. Kenapa gitu Sa, why?"Teman satunya lagi yang baru menyesap kopi panasnya. Kedua teman Mosa yang sejak dulu menjalin hubungan dengannya selalu penuh keheranan. Jawaban yang selalu Mosa berikan nggak pernah membuat keduanya puas. "Gue pemegang tahta poligami tertinggi." Tawa ketiganya renyah. Mengundang seluruh pengunjung kafe yang ada di dekat ketiganya menoleh. Tatapan matanya penasaran dan penuh tanya."Seolah-olah Prabu nggak pernah ada artinya di mata lo. Wah, lo hebat! Bikin kakak lo kena mental dan sekarang suami lo di bikin nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Seyogyanya orang nikah karena butuh anak buat hadir di antara pernikahan mereka. Alih-alih penyaluran napsu ya, Sa. Tapi lo … bukan maen!

  • Menikah Dengan Duda    Bab 75

    Alara ujug-ujug ngidam ke Yogyakarta. Jari-jarinya dari pagi yang cerah ini scroll internet tanpa henti. Sampai mengabaikan suaminya yang pengen dimanja. Lagian puasa-puasa ada-ada aja pengen dimanja. Sementang libur kerja jadi seenak jidat sendiri maunya. "Abang minggir dulu ih!"Alara dorong Gema yang sejak tadi ngerungkel di belakang tubuhnya. Rasanya gerah padahal AC udah dinyalakan. Asli, Alara butuh suasana gunung yang dingin dan sejuk kayak Dieng mungkin."Ini suami kamu loh Yang!"Bukan Bachtiar Gema namanya kalau nggak protes. Laki satu itu cerewetnya kayak perempuan misal lagi butuh dimanja. Alara geram jadinya."Yang bilang suami tetangga siapa?" Itu bukan hardikan, 'kan ya? Alara cuma ngomong senyatanya aja kalau emang Gema suaminya. Ah bodo amatlah! Alara butuh piknik tapi perutnya makin membuncit."Kamu asli deh Yang makin galak aja tiap harinya. Salah aku di mana sih?"Aduh Biyung! Kok bisa banget suaminya baper kayak gini? Lebih-lebih dari Alara pula tingkahnya. Ini

  • Menikah Dengan Duda    Bab 74

    Alara udah nggak marah sama Gema. Cuma kalau kesal iya. Terutama pada omongan Gema yang mau ngatur kehidupan anak-anaknya nanti. Itu masih terngiang-ngiang hingga detik ini di kepala Alara. Rungunya jadi sensitif mengingat kalimat ini dan hatinya jadi kacau. Alara tuh paling nggak bisa kalau anaknya diatur-atur nyampe dikekang pula. Selama masih tahap wajar, Alara pribadi pengen anak-anaknya bebas kayak burung. Bisa terbang dan menjelajah alam raya. Gema kalau ngomong langsung nandes, membekas dan bikin dada Alara sesak. Kalau beneran iya kayak gitu, artinya Gema sedang menciptakan neraka baru buat anak-anaknya. Lebih dari apa pun, Gema nggak mau belajar soal sakit mental yang Alara alami selama ini. Cuma butuh ambisi buat tercapai. Huh, mulut Alara inginnya mengumpat sekotor-kotornya, sumpah! Kalau nggak sadar dosa, ini spatula nyampe ke kepala Bachtiar Gema, Alara jabanin deh.Saking sakit hatinya, Alara sampai nggak percaya sama apa pun yang dirinya lihat. Terutama jika bersumber

  • Menikah Dengan Duda    Bab 73

    Radit Wicaksono mencintai Nora Bachtiar setengah mati, setengahnya lagi tentang napsu dan kebutuhan biologisnya. Radit nggak munafik hanya mencoba jujur jika sebagai lelaki memenuhi kebutuhannya memanglah wajib.Sebelum dipertemukan kembali dengan Nora di salah satu kelab malam, secara acak Radit akan membawa wanita sewaannya ke dalam apartemennya. Puas tidak puas, dipikiran Radit hanya tentang menyalurkan napsunya. Selebihnya hanya helaan napas yang Radit embuskan.Namun setelah malam itu, merasai kembali Nora dalam kondisi mabuk dan setelah bertahun-tahun berlalu. Radit makin menggila. Seolah hari esok akan kiamat, Radit hanya menginginkan tubuh Nora untuk dirinya lahap. Radit hanya butuh Nora untuk dirinya kendalikan seorang diri. Katakanlah Radit gagal move on. Pesona Nora tiada tandingan sehingga nggak gampang baginya yang bucin buat pindah ke lain hati. Berapa kali pun Radit dijodohkan oleh kedua orang tuanya, hasilnya akan selalu berakhir di ranjang untuk kemudian terjadi peno

  • Menikah Dengan Duda    Bab 72

    Hidup itu pilihan.Yang Alara Senja tahu sejak dulu seperti itu. Tapi Bachtiar Gema memang nggak ada akhlak. Tengah malam begini saat Alara sudah dibuai oleh mimpi, dengan sopannya terus menggedor pintu kamar tamu di mana Alara tidur. Marah sih memang tapi setelah kalah dengan rasa kantuknya, Alara singkirkan egonya. Tidak lagi memikirkan perkara obrolan yang Gema dan Papanya bangun. Mungkin saja cara pendekatan Papanya ke Gema sebagai menantu memang begitu caranya."Yang."Alara berdecak sebal dalam tidurnya. Gema berisik sekali dibalik pintu sana dan Alara terganggu total. Tidurnya tidak lagi nyenyak dan Gema penyebabnya."Abang laper."Ya Tuhan! Kutuk saja Pangeran Kodok yang legendaris itu jadi tanaman hias mahal. Alara benci jika tidurnya terganggu.Melongok jam yang ada di nakas, kekesalan Alara berkali-kali lipat. Pukul 00.49 dini hari dan Gema kelaparan? Bukan maen."Yang."Sekali lagi dan Alara benar-benar terbangun. Terduduk dengan terpaksa, wajah masam lalu menghempaskan s

DMCA.com Protection Status