Share

Kartu AS

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-27 04:57:20

PoV Ayu

Sekitar sepuluh menit kepergian Pak Boris, Silvi kembali ke butik. Dia langsung memelukku.

“Ya Allah, Yu ... untung lo punya ide berlian. Gue hampir aja bilang karyawan di sini. Makasih ya udah nolongin gue.” Aku tersenyum. Melepaskan pelukan. Wajah Silvi masih terlihat cemas.

“Iya sama-sama.”

“Mira, makasih. Kamu juga udah bantu aku. Langsung paham diajak kerja sama.”

“Awalnya Mira gak ngerti, Mbak. Tapi pas lihat sikap bapak-bapak itu yang kelihatan kasar, Mira jadi ikutin permainan Mbak Ayu. Hehehe.”

Lagi, Silvi memelukku dan Mira bergantian.

“Pokoknya makasih banget.”

***

Tiba di rumah, pukul empat sore. Langsung membersihkan diri, menyambut kepulangan suami.

Setelahnya, keluar kamar, menuju dapur untuk menemui Bi Sumi.

“Mbak Ayu, mau

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
nah loooohhhh..... ceritanya keren keren abis. dr awal sampai sekarang mengena .
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Sakit Mematikan

    PoV Abang “Maaf Bu, Bukannya Prasetya mantan suami Herlina sudah lama meninggal?” Ibu mengembuskan napas. “Dulu, Ibu sama Almarhum suami Ibu datang sewaktu Prasetya meninggal. Tapi pihak keluarga melarang para pelayat membuka wajah Pras yang memang ditutupi dengan kain jarik. Sedangkan Herlina, saat itu sibuk melayani para pewarta berita. Karena memang kan, Pras pengusaha muda yang sangat sukses. Jadi tuh, kata Bram kemarin. Pas Herlina membekap wajahnya dengan bantal, ia pura-pura mati. Menahan napas beberapa menit. Meyakinkan Herlina kalau dia memang sudah mati. Sudah lama katanya Pras curiga Herlina ingin membunuhnya. Yang lebih mengejutkan, Pras ini melakukan operasi menukar wajah. Kayak di film-film itu. Orang yang tahu operasi itu Cuma dokter Rahmat dan Bunda kamu. Makanya dokter Rahmat menjadikan itu ancaman kalau Pras tidak mengabulkan keinginannya. Sedangkan Pras, gak mau pisah sama Bunda. Kalau sampai ketahuan polisi, itu bisa dikatakan pemalsuan identitas. Katanya bisa dip

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Lupa

    PoV Abang“Keluar nanah?” Aku memastikan karena Setahuku kalau keluar nanah dari alat vital seseorang, kemungkinan ia mengidap penyakit kelamin. Seandainya Herlina memang benar mengidap penyakit tersebut, Dira bisa tertular juga. Secara Dira dan Herlina pernah menjadi sepasang suami istri. Sebaiknya aku pastikan dulu penyakit apa yang Herlina alami.Pak Heru mengangguk. Pandangan kami mengarah pada wanita yang sekujur tubuhnya ditutupi selimut.“Sudah diperiksa dokter, Pak?” Pak Heru mengembuskan napas. Kedua matanya masih mengarah pada Herlina.“Baru diperiksa dokter klinik penjara.”“Apa katanya?”“Harus melakukan tes urine.” Aku terdiam, berpikir hal apa yang harus kuputuskan. Jika Herlina dibiarkan seperti ini, tanpa mendapat pengobatan yang layak, aku khawatir dia mati perlahan-lahan. Tapi, jika ia dira

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Prank

    PoV AbangAku dan Dion saling pandang. Tidak percaya kalau Firman melupakan sikap kekanak-kanakannya. Bagaimana bisa dia melupakan kejadian yang pernah dialami?“Terus, yang lo inget apanya doang? Sama si Putri inget?” Dion masih penasaran. Dia tampak serius menunggu jawaban adik iparnya.“Ingetlah, Bang. Masa istri sendiri lupa?”Dion menoleh padaku, keningnya masih mengkerut. Pandangan Abang iparku itu beralih pada Firman lagi.“Waktu ... lo mau perkosa Ayu, inget gak?”Astaghfirullah si Dion! Ngomongnya ngejeplak banget.“Perkosa Ayu? Ayu mana?”“Istri dia! Adek gue. Lo inget gak, waktu gue tonjokin? Waktu ditonjok ama si Dendi? Waktu gue telanjangin, lo Cuma pake celana boxer doang? Inget gak?”Firman tampak terkejut mendengar beberapa pertanyaan Dion. Dia tidak langsung menj

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Caplok

    PoV DionKampret punya adek ipar! Songong banget dah! Pandanganku mengitari sekeliling. Waduh, sendirian lagi! Tanpa pikir panjang, langsung masuk ke dalam mobil. Menyalakan mesin, lalu keluar area parkiran.Sepanjang jalan aku tak henti mengumpat. Bisa-bisanya dikerjain adek ipar. Pikiran terkuras, tenaga serasa diperas, eeh ... malah dikerjain pula! Apes dah.Tiba di rumah, Silvi menyambutku. Wajahnya kusut. Dia kelihatan sudah mengantuk.“Neng belum tidur?” Silvi menggamit lenganku, kepalanya direbahkan pada bahuku. Ia menggeleng lemah.“Abang kenapa pulangnya lama banget? Gak biasanya?”“Pengen cepet-cepet kelar kerjaan. Biar weekend bisa nginap di puncak. Kita liburan.” Kedua bola mata Silvi berbinar. Ia mengerjapkan mata berkali-kali menatapku“Nginap di puncak??? Serius??”Aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Bukan Mati Lampu

    PoV DionUsai Shalat Subuh, aku bergegas keluar kamar, hendak sarapan. Silvi yang melihatku buru-buru keluar kamar, tampak kebingungan. Ia berjalan cepat di belakangnku.“Abang mau kemana?”“Mau sarapan.”“Tumben.” Aku tak menghiraukan keheranan Silvi, mengambil sepotong roti tawar, mengolesi selai, lalu melahapnya.“Mau susu hangat gak?” Istriku menawarkan. Tanpa berkata, aku mengangguk. Silvi langsung mengerjakan apa yang dia tawarkan.“Lho, tumben sekali jam segini sudah sarapan, Nak?” Ibu tiba-tiba datang. Duduk di kursi sebelahku.“Lagi pengen cepet-cepet ke kantor, banyak kerjaan, Bu. Pengen cepet kelar.”“Biasanya gak gini walaupun banyak kerjaan. Ayok bilang ke ibu, ada apa?” Ibu memerhatikanku lekat. Naluri ibu memang gitu ya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Tak Menyangka

    PoV Ayu“Bang Dion sepagi ini udah di kantor, Bang?” tanyaku memastikan setelah mendengar perbincangan antara suamiku dan Bang Dion melalui sambungan telepon. Abang mengelus rambutku, mengecup puncak kepala.“Iya. Katanya kejebak di dalam lift, mati lampu.” Kedua mataku memicing, tak percaya kalau perusahaan Abang mengalami mati lampu apalagi masih pagi begini.“Masa mati lampu?”“Gak tau. Abang juga heran. Mau mandi bareng apa abang duluan?”“Abang duluan aja. Ayu mau beresin ini dulu.”“Gara-gara si Dion telepon, semuanya jadi gerak cepet.” Tersenyum geli melihat ekspresi bibir Abang yang manyun. Kukecup pipinya.“Yang penting kan klimaks. Dah sana mandi dulu!”“Iya, Sayang.” Abang beranjak ke toilet. Sementara aku merapikan sprey dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Nikah Lagi

    PoV Silvi Astaghfirullah, gak nyangka kalau Cindy menjadi simpanan Om-Om. Setahuku, dia anak orang kaya raya. Bokapnya seorang pejabat. Walaupun menurut Om itu terjerat korupsi. Tapi Masa iya sampe rela jadi sugar baby? Setelah kepergian Cindy dengan Om-Om, aku menghampiri Ayu. Ayu juga tampak shock melihat kejadian tadi. “Yu, Ayu!” kusenggol bahunya. Ayu menoleh. “Gak nyangka ya?” Ayu hanya mengangguk. Dia tampak memikirkan sesuatu. “Lo kenapa? Kaget? Atau ada yang lo pikirin?” Sahabatku itu duduk di kursi kasir, menghela napas. “Gue baru inget cerita Ibu.” “Cerita Ibu?” menarik kursi yang tak jauh dariku, lalu duduk. Menyimak pembicaraan Ayu selanjutnya. Aku menengok sekeliling, hanya ada dua pembeli. Biarlah, ada Mira. Dia bisa melayani kalau Cuma dua pembeli. Aku lagi penasaran sama cerita Ayu. “Iya. Ibu pernah c

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Penyakit

    PoV AbangBaru saja masuk ruangan kantor, Dion menyembul dari balik pintu.“Done!!! Finally, kerjaan gue kelaarr!!!”Lelaki berkepala botak itu setengah berteriak, duduk di bangku yang bersebrangan denganku. Kedua tangannya di rentangkan. Memutar badan ke kanan ke kirim“Lo datang jam berapa ke kantor?” tanyaku melihat kedua bola mata Dion yang berkantung hitam. Seperti kurang tidur.“Kayak biasa, jam 6 pagi,” sahutnya menaikkan kaki kiri ke atas paha kanan.“Gak digangguin lagi?”“Ama siapa?”“Mbak Kunkun.”“Kagak! Udah akrab ama gue. Maren-maren itu perkenalan doang. Macam diospek. Hahahha.”Menggeleng-gelengkan kepala menanggapi guyonan sahabatku dari SMP itu. Aku membuka laptop, memeriksa beberapa email yang masuk.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27

Bab terbaru

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Melahirkan

    PoV Abang Setelah acara peresmian selesai, aku segera meninggalkan tempat acara. Ingin cepat-cepat menemui Ayu. Tadi Bunda menelepon, katanya Ayu sudah dibawa ke rumah sakit. Dokter bilang, Ayu sudah mulai pembukaan dua. “Bang, tunggu!” seru Sabrina yang memang ikut datang bersama Sudira. Aku menghentikkan langkah, membalikkan badan. Sabrina dan Dira mendekati. “Ada apa?” sabrina mengatur napas. “Papa gimana kabarnya?” Aku menghela napas. “Udah nemuin belum?” Aku balik tanya. Kali ini Sabrina harus mau menemui Papanya. Kasihan Om Rahmat, kesepian. Aku tidak akan membiarkan salah satu amggota keluarga hidup sebatang kara lagi. Sabrina menggeleng. “Kamu temui dulu. Sorry, gue lagi buru-buru.” Aku melanjutkan langkah dengan cepat menuju parkiran. tapi pasangan itu terus mengikuti. “Bang, aku serius. Papa gimana keadaannya?” Sabrina berusaha mensejajarkan langkah. “Nanti aku kirim alamat apartemennya.” Ucapku masuk ke dalam mobil. “Ada apa sih buru-buru?” Rina tidak sabaran. “Ay

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Peresmian dan Persalinan

    PoV Abang“Om gak nyangka secepat ini ditinggalkan Cindy. Padahal Om mulai yakin, kalau dia benar-benar sayang Om. Tidak hanya menginginkan uang Om.” Tutur Om Rahmat di tengah isak tangisnya. Aku menghela napas sebelum menanggapi.“Jodoh, rejeki, kematian, itu semua rahasia Tuhan. Om harus sabar dan ikhlas, biar Cindy tenang di sana.” Kucoba menghibur Papanya Sabrina. Ia terlihat sedih sekali. Kepalanya merunduk. Sesekali menyeka cairan yang keluar dari hidung dan mata. Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita sayangi. Saat kehilangan Ayah, berbulan-bulan kehilangan gairah hidup. Murung di kamar, enggan berbicara, bahkan kebiasaanku menjahili Ayu pun hilang dalam beberapa waktu.“Iya, Den. Om akan berusaha untuk ikhlas. Terima kasih.”Aku melongok ke atas, melihat keadaan apartemen yang sebagiannya sudah hangus terbakar. Api sudah tidak lagi berkobar.&

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Kebakaran

    PoV Abang Pukul delapan pagi, tiba di kantor. Bertepatan dengan kedatangan Dion. Kami bertemu di area parkir. “Dira udah datang dari jam tujuh katanya,” ujar Dion mensejajari langkahku. “Wah tumben? Ada apa?” “Ada yang mau dibicarain soal perumahan itu. Dia mau langsung ke sana hari ini.” Saat melewati lobby, terlihat Dira sedang berbincang dengan seorang wanita. Aku dan Dion menghampiri Dira seketika pembicaraan mereka terhenti. “Pagi, Pak Dendi, Pak Dion.” Sapa Dira berdiri. Wanita di sampingnya membuang muka, menyeka air mata. “Pagi. Eh, bukannya itu Rina ya?” tanyaku melongok wanita yang kini berdiri di samping Dira. “Iya, Bang. Aku Rina,” sahut anak kedua Om Rahmat. “Ya udah, Ayo kita naik ke atas.” Ajakku pada mereka. Dion sudah lebih dahulu naik ke atas. Mungkin mempersiapkan beberapa berkas terkait proyek perumahan yang ditangani Dira. “Aku nunggu di sini aja,” ucap Rina. “Kamu ikut. Ada yang mau saya bicarakan.” Kataku berjalan lebih dulu dari Sabrina dan Sudira. M

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Bidadari Dalam Mimpi

    PoV BundaAku hanya menghela napas. Bingung, harus bersikap bagaimana. Kakak kandungku menikah dengan wanita yang pernah dekat dengan Mas Bram. Haruskah berdiam diri, membiarkan Bang Yadi dikuras uangnya perlahan-lahan?“Riana, aku berani sumpah. Aku tidak pernah lagi menghubungi dia. Aku juga gak tahu, kalau dokter punya hubungan dengannya? Riana aku minta maaf.” Menoleh, menatap kedua netra laki-laki yang telah bertahun-tahun aku cintai. Kupaksakan bibir ini untuk tersenyum.“Aku percaya sama kamu, Mas.” Mas Bram terlihat lega. Ia menggenggam telapak tanganku lalu mengecupnya berkali-kali.“Aku janji! Gak akan mendekati wanita lain lagi. Apalagi mendekati Cindy atau Sari. Tidak akan, Riana!”“Sari? Maksud Mas apa?” Aku heran, kenapa Mas Bram menyebut nama Sari? Sikap suamiku salah tingkah kembali. Ia sekarang tampak gusar. Melepas

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Perubahan Dokter Rahmat

    PoV BundaTak kusangka, dokter Rahmat yang tak lain adalah Kakak kandungku bertandang ke rumah lagi. Mas Bram yang kebetulan sedang ada di rumah menyambutnya cukup ramah, seolah kejadian malam tempo hari itu tidak terjadi. Bang Yadi dan Mas Bram duduk di kursi teras, mereka berbincang seolah tidak terjadi apa-apa. Aku ke dalam membawa dua cangkir kopi, menyuguhkannya pada suamiku dan Bang Yadi.“Jadi, kau juga sudah menemui Ibu?”Degh!Pertanyaan Mas Bram yang dilontarkan untuk Bang Yadi membuatku tersentak. Maksud Mas Bram Ibu siapa ya? Aku menarik kursi satunya, duduk di sebelah Mas Bram.“Sudah. Aku yakin, kalau beliau memang wanita yang telah melahirkanku dan Tari.”Jawaban Bang Yadi membuatku salah tingkah. Mas Bram dan Bang Yadi sudah bertemu dengan wanita itu, dan mereka sangat yakin kalau wanita yang tinggal di rumah Dendi adalah Ibuku dan B

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Pemakaman

    PoV Abang“On, telepon Pak Heru. Kita nunggu di rumah Firman aja. Sekalian bilang ke Pak Heru, jenazah Herlina langsung urus di sana. Dari mulai dimandiin, dikafanin, dan juga dishalatin. Biar nanti di daerah kediaman Firman, kita persiapkan pemakamannya aja.” Kataku sambil menyetir.“Oke.” Dion langsung menghubungi komandan Heru Rudhiat.Sekian menit Dion berbicara dengan Komandan Heru. Sesekali aku menoleh, memastikan segala yang aku usulkan disanggupi.“Gimana, On?” tanyaku, begitu Dion mengakhiri sambungan telepon.“Iya. Jenazah Herlina diurus di sana. Tadi Pak Heru bilang, jam dua siang, Herlina dibawa ke rumah sakit. Sempat mengalami perawatan. Nah jam tiga, dia meninggal.”“Oh begitu. Sekarang udah dikafani belum?”“Tadi katanya lagi dimandiin sama pihak pemandi mayat rumah sakit

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Kabar Duka

    PoV AbangSetelah dua hari istirahat di rumah, akhirnya aku bisa keluar juga. Menghadiri acara pernikahan Mama Dahlia dan Pak Supriyatna. Acaranya dilaksanakan di kediaman baru Pak Supriyatna yang berlokasi tidak jauh dari rumah Ibu.“Kalau kata Ibu, Pak Supri sengaja beli rumah dekat rumah Ibu supaya Mama Dahlia ada temannya. Udah gitu kan, ibu sama Mama Dahlia lagi produksi usaha kue kering.” Jelas Ayu saat aku bertanya alasan Pak Supri membeli rumah di daerah situ.Tidak hanya aku dan Ayu yang datang di acara pernikahan orang tua Silvi itu, Nenek, Bi Sumi dan Bang Parto pun ikut datang.Setelah semuanya siap, kami meluncur ke lokasi acara tersebut. Bang Parto yang mengemudikan mobil.Tidak memerlukan waktu lama, kami telah sampai di tempat. Suasana sudah mulai ramai. Aku memapah dan memperkenalkan Nenek pada Ibu dan yang lainnya. Alhamdulillah mereka menerima dan percaya kalau N

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Dion Mengingatkan

    PoV AbangAku membiarkan Nenek dan Om Rahmat hanyut dalam isak tangis kerinduan. Meninggalkan mereka dan Masuk ke dalam kamar, air mataku turut mengalir. Ayu yang sedang berselonjor di atas pembaringan terhenyak.“Bang, Abang kenapa?” Bergegas Ayu menghampiriku, duduk di tepi ranjang. Menyeka air mata.“Om Rahmat mengakui Nenek sebagai Ibunya?” Aku menoleh, menganggukkan kepala.“Alhamdulillah ....” Ayu memeluk pinggangku. Aku membelai kepalanya, mengecup cukup lama.“Abang terharu ya?”“Iya. Tapi sayang, Abang gagal bikin Bunda mau menemui Nenek.” Ayu mengembuskan napas. Mengusap punggung tanganku.“Gak apa-apa. Insya Allah, Bunda juga sebentar lagi mau mengakui Nenek.”“Sebentar lagi kan, Ayu mau lahiran. Abang pengen semua keluarga berkum

  • Menikah Dengan Abang (Abang Angkat)   Ibu

    PoV dokter RahmatApa benar begitu? Perasaan sayang yang aku rasakan pada Tari, karena kami ada hubungan darah?Memang, kerap kali Tari merasa tersakiti, hatiku ikut tersakiti. Melihatnya bahagia, hatiku pun ikut bahagia. Apalagi jika mengingat kejadian malam itu. Di mana sebelumnya kami tertawa bersama, namun sikap kasar yang dilakukan oleh Bram terhadap Tari membuatku sangat amat marah.“Om, kalau ingin mendengar cerita lebih jelasnya, Om bisa ikut saya untuk ketemu Nenek. Kasihan Nenek, Om. Apakah Om tidak merindukan sosok wanita yang telah mengandung dan melahirkan Om?”“Kau ... telah bertemu dengan dia?” Bergetar aku melempar tanya.“Iya.”“Apa kau yakin, kalau dia wanita yang telah melahirkan Om dan Bundamu?”“Yakin. Walaupun kami belum melakukan tes DNA, tapi saya yakin kalau be

DMCA.com Protection Status