Share

Mengintip Kamar Pengantin
Mengintip Kamar Pengantin
Penulis: Zulzila Sen

Petaka( Dinikahkan )

Penulis: Zulzila Sen
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-27 14:37:19

"Mas…aku capek!"

"Tapi, Li, ini kan malam pertama kita!"

Langkah Delindra terhenti tepat di depan kamar pengantin yang di depannya dipenuhi dengan hiasan berbagai macam bunga, hingga ke daun pintu juga.

Entah kenapa tiba-tiba Delindra ingin melihat apa yang tengah terjadi di dalam kamar sana, yang terdapat pasutri yang baru saja melangsungkan pernikahan, dan ini adalah malam pertamanya bagi mereka.

Delindra melangkah pelan-pelan menuju pintu yang dihias dengan bunga sedap malam yang bergelantungan di daun pintu.

Delindra sadar, niatnya itu salah, tapi rasa penasarannya terhadap apa yang dilakukan Angga, pria yang dicintainya, semenjak pertama kali bertemu di kampusnya, namun saat Pak Hendra, Ayah Delindra menawarkan Angga, untuk memilih menikahi Delindra putri kandungnya atau Dahlia sepupu Delindra yang diangkat anak oleh Pak Hendra, Angga menjatuhkan pilihannya pada Dahlia.

Angga jatuh cinta pada Dahlia saat pertama kalinya melihat kecantikan Dahlia.

Delindra patah hati? Tentu saja, namun apa bisa dikata, cintanya bertepuk sebelah tangan.

Saat ini Delindra telah berada tepat di depan pintu, ia sedikit membungkukkan badannya, agar bisa mengintip kamar pengantin dari celah gagang pintu.

Obsesinya pada Angga membuat Delindra nekad melakukan hal tak bermoral tersebut.

Saat pupil matanya mulai menangkap bayangan pasutri yang tengah beradegan ranjang tersebut, tiba-tiba….

"Kamu sedang apa, Del?"

Delindra yang terperanjat tak sengaja menyenggol guci di sampingnya, dan segera menoleh ke arah sumber suara, detak jantung Delindra semakin bertambah hebat saat ia ketahuan mengintip oleh Aditya.

Aditya adalah, pria yang datang dari kota untuk mengurus bisnisnya, dan sudah dua hari ini menginap di rumah Delindra, sebab mobilnya mogok di tengah malam.

Pak Hendra yang merupakan RT di kompleks tersebut memberi bantuan untuk memberi tumpangan pada Aditya.

"Ada apa, kok aku seperti mendengar keributan?"

Delindra semakin tegang saat Angga keluar, dengan hanya memakai celana boxer selutut.

Angga menatap Delindra dan Aditya secara bergantian.

"Ini tadi, Delindra mengintip—"

"Tadi saya melihat kayak ada ular yang masuk ke Kamar Mas Angga dan Mbak Dahlia, jadi untuk memastikannya aku ngintip, takutnya gigit Mbak Dahlia nantinya. "Delindra dengan cepat memotong ucapan Aditya, sebelum Angga berpikiran yang macam-macam, walaupun itu benar sekalipun.

Angga menatap Delindra dengan penuh arti, yang Delindra sendiri tak tahu apa arti tatapan itu. Yang pasti perasaan Delindra saat ini tak karuan, malu dan takut bercampur jadi satu. Apalagi saat ini Dahlia juga keluar, juga bertanya ada apa.

"Masa iya sih, di rumah ini ada ular," celetuk Aditya, tampak bingung, dan ragu dengan pernyataan Delindra.

"Iya semenjak ada kamu kayaknya, makanya kalau bisa kamu secepatnya keluar dari rumah kami!" Setelah berucap dengan ketusnya, Delindra melangkah pergi, sebelum Ayahnya datang dan ikut menanyakan.

*****

Pagi ini, semua penghuni rumah Pak Hendra yang terdiri dari Angga, Aditya, Dahlia dan Delindra, terakhir pak Hendra sendiri berkumpul untuk sarapan pagi.

"Mulai sore nanti mungkin saya akan keluar dari rumah ini, Pak, " tutur Aditya di sela sarapannya.

"Oh, udah bisa mobilnya, Nak Adit?" tanya Pak Hendra.

"Iya, Pak, mungkin nanti sore juga saya akan pulang ke kota," terang Aditya.

"Saya haturkan terima kasih pada orang rumah ini, telah memberikan tumpangan pada saya," sambung Aditya, yang ditanggapi oleh yang lainnya, kecuali Delindra.

Pasca kejadian semalam saat dirinya kepergok mengintip kamar pengantin, ia malu untuk berbicara. Lebih-lebih ke Angga, sekedar mengangkat wajahnya saja ia malu berlebihan.

****

"Mengintip kamar pengantin yang baru melangsungkan pernikahan itu kata orang dulu pamali, akan menimbulkan kesialan bagi pelakunya, bisa jadi petaka."

Kata-kata tersebut tergiang-giang di pikiran Delindra, namun sebisa mungkin ia tepis.

Kata-kata tersebut diucapkan tadi pagi saat Delindra berpamitan pada Pak Hendra untuk berangkat mengajar di Taman Kanak-Kanak, yang ditekuninya semenjak Delindra lulus kuliah.

Tanpa melihat wajah sang Ayah, sebab tak kuasa menahan malu, Delindra langsung berangkat setelah salim. Entah darimana Delindra tidak tahu Ayahnya tahu kejadian semalam, padahal Bapaknya tidak ada saat kejadian berlangsung.

"Ini semua gara-gara Aditya!" gerutu Delindra, menyalahkan Aditya, sebab ketahuan pria itu ia menjadi malu sama Angga juga Ayahnya.

*****

Sepulangnya mengajar, Delindra tidak langsung pulang, melainkan mampir ke danau biasa ia satai dengan Dahlia untuk menghilangkan kepenatannya.

Namun setelah menikah dengan Angga, pria yang dicintainya, pastinya Dahlia tak akan lagi sempat untuk meluangkan waktu bersama Delindra, apalagi pergi ke Danau yang sudah biasa ia kunjungi.

Delindra berpikir, daripada pulang ke rumah dan melihat pria yang dicintainya bermesraan dengan Dahlia, saudara angkatnya, mending ia santai dulu di danau, sekalian menghibur diri dari patah hatinya.

Delindra duduk di hamparan bebatuan menikmati angin sore yang menerpa wajahnya, dan menerbangkan anak-anak rambutnya.

"Ternyata kamu disini rupanya," ucap Aditya yang tiba-tiba datang dan menghampiri Delindra.

"Ngapain kamu kesini?" tanya Delindra ketus.

"Aku mau pamitan, Btw terimakasih, ya, atas tumpangannya, walaupun aku tahu, kamu gak ikhlas!"

Delindra menatap Aditya dengan sengit.

"Baguslah jika kamu sadar, " tanggap Dindra.

Aditya bergeming.

"Soalnya aku juga sadar, mobil mogok itu hanya akal-akalanmu saja, kan, mobil kamu di mogok-mogokin biar dikasih tumpangan geratis, secara tinggal di penginapan itu bayar, sedangkan di rumahku GE-RA-TIS." Delindra menekan kalimat terakhirnya.

"Kamu salah, aku sampai rela nyariin kamu kesini hanya demi bayar biaya tinggal dan makanku selama dua hari ini di rumahmu, nih!" Aditya meletakkan amplop di telapak tangan Delindra.

"Tadi aku kasih ke Ayahmu, tapi ditolaknya walaupun aku paksa, mau kasih ke Mbak Dahlia, dia lagi keluar sama suaminya, yaudah aku cari kamu, takut dianggap hutang sama kamu," papar Aditya.

"Oh ya bagus dong kalau gitu!" ketus Delindra, lalu selanjutnya melangkah melewati Aditya untuk berlalu.

Karena tak hati-hati, tanpa sengaja bahu Delindra menyenggol bahu Aditya, hingga Aditya oleng dan terjatuh ke dasar danau.

"Aaa…." Aditya berteriak.

Delindra hanya menatapnya tanpa ekspresi.

"Del…tolong aku!" teriak Aditya dengan tangan yang bergerak-gerak gaya minta tolong.

"Tolong aku, aku gak bisa berenang!" teriak Aditya yang bergerak-gerak di air.

"Kamu pasti bohong, kan? Biar aku nolongin kamu gitu, ogah! Aku tak mudah tertipu!"

Setelah berucap Delindra melangkah hendak meninggalkan Aditya, namun baru selangkah ia berhenti saat mendengar Aditya memekik minta tolong, bahkan suaranya sudah terengap-engap.

"Eh, Mas Adit, kamu seriusan gak bisa berenang?" Delindra mulai panik.

"T-tidak…Del…." suara Adit mulai tak jelas di dengar Delindra.

"Duh Mas, gimana ini, aku juga tidak bisa berenang!" Suara Delindra terdengar getir, ia menoleh ke sana kemari mencari seseorang untuk dimintai pertolongan, namun tak ada satupun orang yang lewat.

Dipandanginya Aditya yang gerakannya mulai sedikit hilang. Karena khawatir dengan keadaan Aditya, bagaimanapun itu kesalahan Delindra walaupun tak di sengaja.

Delindra yang tak punya pilihan lain segera menceburkan diri ke danau untuk menolong Aditya.

Sontak Aditya yang tadinya pura-pura tenggelam dan tak bisa berenang tertawa saat melihat Delindra menceburkan diri ke danau.

Selanjutnya Aditya naik ke atas daratan, meninggalkan Delindra yang tengah terengap-engap sebab memang tidak bisa berenang sungguhan.

"Udah lah, Del…gak usah akting, aku tahu kamu mau bales aku, kan?" ucap Aditya yang tak percaya, dengan sesekali terkekeh.

"Mas, to-to…long...!" Suara Delindra nyendat-nyendat, sebab susah bernafas, paru-parunya juga mulai kemasukan air.

Gerakan Delindra semakin melemah, hingga akhirnya gadis itu benar-benar tak bergerak.

"Del…Delindra!" Aditya memanggil Delindra, masih mau memastikan bahwa Delindra hanya pura-pura.

Namun setelah beberapa detik kemudian tidak ada reaksi dari Delindra, Aditya segera mencemplungkan diri ke danau, dan menangkap tubuh Delindra yang sudah tak sadarkan diri, untuk dibawanya ke atas daratan.

"Del, bangun, Del…." Aditya tampak panik, sambil menepuk-nepuk pelan pipi Delindra. Namun Delindra tak bereaksi apapun.

Mendadak hujan lebat turun, Aditya segera membopong tubuh Delindra berteduh di sebuah pondok beratap daun yang terletak di pinggir danau.

Setibanya di pondok yang tak bertebing, Aditya membaringkan tubuh Delindra yang masih tak sadarkan diri.

Sesekali Aditya menekan-nekan dada Delindra, namun tak berhasil.

Aditya benar-benar panik, ia membuka bajunya dan menjadikan bantal di kepala Delindra.

Dipandanginya wajah Delindra, terlintas di pikirannya untuk memberi nafas buatan. Tapi ia takut, namun tidak ada pilihan lain.

Aditya nekad menyentuh 6ibir Delindra dan memberinya nafas buatan.

Percobaan pertama gagal, Aditya mencoba untuk kedua kalinya, juga gagal. Hampir menyerah...namun sekali lagi Aditya mencobanya untuk ketiga kalinya.

"Uhuk-uhuk…uhuk…." Delindra terbatuk-batuk bersamaan dengan matanya terbuka. Aditya berhasil.

Aditya yang merasa senang refleks memeluk Delindra.

"Syukurlah kamu gak papa, Del?" seru Aditya girang. Namun bersamaan dengan itu tiba-tiba….

"Ini dia Pak Rw, orang yang telah berbuat mesum di tempat ini!"

Aditya terlonjak kaget, dengan kedatangan segerombolan orang-orang yang telah mengerumuninya.

"Ada apa ini rame-rame?" tanya Delindra yang masih tak mengerti dengan apa yang sudah terjadi.ohm

"Kalian telah kepergok berbuat hal yang tidak senonoh di tempat ini, jadi kalian akan mendapatkan sanksi!" ucap Pak Rw tegas. Membuat Delindra panik.

"Sebentar-sebentar…ini hanya salah paham!" Aditya mencoba menjelaskan.

" Alah…salah paham gimana, jelas-jelas sudah terbukti salah masih saja mengelak!"

"iya, sudah jelas gak pakai baju, terus kita lihat tadi juga berc1uman!"

"Terus berpelukan lagi, kurang bukti apa?"

Para warga melontarkan masing-masing pendapatnya.

"Ayo sekarang kita seret mereka!"

"Tidak, tunggu dulu!" berontak Delindra, ia berusaha untuk menyelamatkan dirinya dari kesalah pahaman ini, namun para warga mana peduli, malah menyeret Delindra dan Aditya, lalu diarak menuju rumah Pak Rt, yaitu Pak Hendra, yang merupakan Ayah Delindra sendiri.

Delindra tak dapat menahan air matanya, ia tidak tahu apa kata Ayahnya nanti, mendadak ia teringat akan kata-kata sial yang tadi pagi Ayahnya katakan.

Delindra berpikir, mungkin ini petaka dari perbuatannya semalam. Meskipun hanya keisengan belaka.

Menyesal pun sudah tiada guna.

****

"Jangan…jangan hukum Delindra dengan mengusirnya dari tempat ini, beri cara lain untuk menebus kesalahan mereka!" pinta Pak Hendra dengan bersimbah air mata, rasa malu juga sedih bersatu di benaknya.

Delindra hanya bisa menundukkan wajahnya dalam-dalam, ia sangat malu untuk mengangkat wajahnya, bagaimana seorang guru di sekolah TK malah dituduh kepergok berbuat tidak senonoh.

"Baiklah, kalau begitu bagaimana kita nikahkan saja mereka berdua!" usul Pak Rw

Sontak Delindra membelalakkan matanya, ia tak tahu, ini petaka atau anugerah. Seperti apa yang dikatakan Ayahnya.

___________

Bab terkait

  • Mengintip Kamar Pengantin   Sah

    "Pak, apa tidak ada cara lain untuk mengatasi masalah ini. Delindra tak mau menikah dengan Pria asing, Pak." Delindra menangkup kedua tangannya pada Pak Hendra sebagai tanda permohonannya.Pak Hendra menggelengkan kepalanya." Tidak bisa, Nak. Ini salah satu caranya agar kau tak di usir dari desa ini. " Pak Hendra mengusap sudut matanya yang berair."Tapi Delindra tak mau menikah dengan Mas Aditya, Pak." Delindra terisak di depan Pak Hendra yang duduk di depan tangga depan masjid menunggu kedatangan Pak Penghulu yang nantinya akan menikahkan Aditya da Delindra.Sedangkan Delindra sendiri berada di tangga tepat di bawah Pak Hendra."Apa alasanmu, Del?" tanya Pak Hendra menatap putri satu-satunya tersebut dengan sayu."Delindra tak mencintainya, Pak." Delindra menundukkan kepalanya dalam-dalam."Setelah kau dicurigai berbuat hal yang tercela dengan seorang apa kau masih berpikiran untuk menikah dengan Pria lainnya, Del?"Delindra tak menjawab, malah semakin menundukkan wajahnya. Malu."Ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • Mengintip Kamar Pengantin   Hadiah Pernikahan

    ( Hadiah Pernikahan )"Del, apa kau tak rela dan berat hati untuk meninggalkan rumah ini?" Aditya menghampiri Delindra yang saat ini sedang duduk di ranjang menata pakaiannya kedalam koper.Delindra tak menjawab, hanya tersenyum samar. Namun Delindra rasa itu sudah cukup untuk menjadi jawaban dari pertanyaan Aditya. Bahwa apa yang ditanyakan Aditya itu adalah benar. Dirinya sangat berat meninggalkan dua pria yang begitu dicintainya, yaitu Pak Hendra sebagai Bapaknya, dan Angga sebagai pria pujaannya, meski kini statusnya sudah suami orang, tepatnya suami dari sepupunya, Dahlia."Del," panggil Aditya yang kini sudah duduk di depan Delindra."Seandainya aku jawab tidak apa Mas Aditya akan mengubah niat Mas Aditya untuk pergi ke kota Sega membawaku yang statusnya saat ini aku adalah istri dari Mas Aditya?" Sekilas Delindra melirik ke arah Aditya.Aditya bergeming dengan pandangan masih menatap Delindra yang tangannya kembali sibuk dengan pakaiannya.Delindra tersenyum kecut." Diammya suda

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • Mengintip Kamar Pengantin   Pesona Delindra

    "Del…!"Delindra segera tersadar dari lamunannya saat Aditya memanggilnya."Eh, iya. Ada apa?" Delindra menyudahi aktivitasnya yang memandangi rumah mewah nan besar di depannya."Kamu ngelamun?" tanya Aditya.Delindra menggelengkan kepalanya. "Tapi kenapa dari tadi aku panggil-panggil kamu gak dengar?""Hah!" Delindra tergeragap. " Benarkah?"Aditya menganggukkan kepalanya pelan."Maaf, aku hanya heran saja," ucap Delindra."Heran kenapa?" tanya Aditya, masih menatap Delindra.Delindra menggelengkan kepalanya."Katakan saja, jangan ragu. Lagian aku kan suamimu."Delindra terdiam, memikirkan kata-kata Aditya barusan."Kenapa kamu menghadiahi rumah ini untuk pernikahan kita?"Aditya tersenyum." Kita bahas nanti saja, ya. Sekarang kita masuk dulu." Aditya mengeluarkan koper dari dalam mobil dengan tangan satunya, sedangkan tangannya yang lain meraih tangan Delindra.Delindra sempat kaget, namun segera ia kuasai saat menyadari bahwa ia dan Aditya adalah sepasang suami istri."Masuk, yuk."

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • Mengintip Kamar Pengantin   Ritual Malam Pengantin ( Tentang Adat )

    "Dan aku tak bisa menahan ha*rat ku lagi untuk memilikimu malam ini." Aditya terus menatap wajah Delindra yang seperti memiliki sejuta pesona malam ini di mata Aditya.Semakin lama, Aditya semakin mengikis jarak…saat hampir saja wajah Aditya menyentuh wajah Delindra, tiba-tiba tangan Delindra menahan dada Aditya, hingga Aditya terhenti."Ada apa?" Aditya menatap heran pada Delindra."Ini tidak benar, Mas," ucap Delindra, menatap Aditya dengan serius."Maksudnya?" Kening Aditya mengerut.Delindra tidak segera menjawab. Dipandanginya dengan wajah Aditya dengan tatapan was-was."Kenapa, Del? Apanya yang tidak benar?" Raut Aditya tampak kebingungan."Kita tidak bisa melakukan ini, Mas?"Deg.Dada Aditya berdetak tatkala mendengar kata-kata Delindra barusan."Maksudmu apa, Del?" tanya Aditya dengan masih raut kebingungan.Delindra bergeming…dengan pandangan dialihkan ke samping."Del!" Aditya memegang kedua pundak Delindra."Tatap mataku, Del." Delindra Pun mengalihkan pandangannya lagi, m

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • Mengintip Kamar Pengantin   Cinta atau Pengabdian

    "Mah, sudah, jangan dibesar-besarin!" tegur Aditya dengan lembut."Mama gak besar-besarin, Adit. Tapi di keluarga besar kita memang tradisinya begitu. Kalau tidak, maka petaka akan menimpa pernikahan tersebut.""Dan Adit tak percaya dengan yang namanya petaka dalam pernikahan, Ma," protes Adit, dengan nada hati-hati."Tapi, Dit. Bukannya sudah sering kita melihat sendiri petaka dalam pernikahan keluarga kita, karena kita lalai dalam tradisi kita?" ucap Hilda."Tapi, Mah…Adit tak percaya dengan yang namanya petaka. Apalagi dalam pernikahan. Bukannya pernikahan itu ibadah, apa iya akan menimbulkan petaka." Aditya berusaha menjelaskan."Tapi, Dit. Kalian tak punya halangan apapun sehingga bisa—" Kata-kata Hilda terhenti saat tangan Aditya memegang kedua bahunya."Mah, percaya sama Adit. Tak akan terjadi apa-apa pada pernikahan Adit dan Delindra. Percayalah, tradisi itu tak perlu semuanya kita percaya hingga membuat kita takut. Dan untuk malam pertama pengantin Adit, itu sengaja Adit tunda

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • Mengintip Kamar Pengantin   Kesepian

    5 Tahun kemudian….Delindra termenung duduk di sofa ruang tamu dengan tangan memegang Hp. Hanya scrol-scrol beranda sosmed saja. Tak ada yang ia lihat di dalam sana. Itu ia lakukan hanya untuk mengusir kesepiannya saja.Sesekali Delindra menengok ke arah pintu. Menantikan kepulangan Aditya dari kantornya.Sebenarnya Delindra tak bisa dengan kesendiriannya setiap hari. Namun apalah daya, ia tak punya teman selain Aditya. Itupun Aditya selalu jarang ada di rumah. Aditya selalu saja sibuk dengan pekerjaannya."Menjadi istri dari seorang pengusaha lebih-lebih hanya putra tunggal yang ditugaskan untuk mengelola semua bisnisnya itu tidaklah nyaman, kita akan selalu kesepian." Itu lah kata-kata yang Delindra katakan pada Dahlia saat mereka sedang bertelponan kala itu. Saling curhat satu sama lain, dak kala itu Dahlia memuji-muji Delindra sebab di rasa telah hidup senang bersama Aditya yang bergelimpangan harta.Namun di balik itu semua…ada sebuah nama yang namanya kesepian yang selalu menyeli

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • Mengintip Kamar Pengantin   Pertemuan Kembali

    " Mas Angga!" lirih Delindra.Delindra yakin, kalau pemilik akun yang memberikan komentar tersebut adalah Angga. Pria yang pertama kali di cintainya. Pria yang pertama kali menerobos masuk dan mewarnai hatinya dan juga Pria untuk pertama kalinya yang memberi kesuraman lewat kekecewaan yang diberikan Angga sebab ia lebih memilih seorang model cantik, yaitu Dahlia dibandingkan dengan dirinya yang saat itu statusnya masih mahasiswa bimbingannya.Keyakinan Delindra bertambah bahwa itu adalah Angga saat mengklik profil sosmed tersebut. Disana Delindra menemukan foto-foto Angga di album sosmednya.Hati Delindra berdebar-debar. Melihat foto Angga sama saja halnya mengingatkan pada masa-masa bucinnya ia pada Angga. Seorang Dosen baru dengan sejuta pesonanya.Saat itu Delindra yang baru mengenal apa itu cinta, selalu saja sembunyi-sembunyi mengirimi surat untuk Angga. Surat itu ia selalu selipkan di map atau tas Angga.Delindra yakin, bahwa sampai saat ini Angga tidak akan pernah tahu bahwa sur

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • Mengintip Kamar Pengantin   Surat itu....

    "Hay, sudah lama datang, Bro?" Terdengar oleh Delindra, Angga menyapa Aditya. Namun ia masih takut untuk membalikkan badannya."Tidak, masih barusan, Kawan," jawab Aditya, berusaha akrab."Oh, ya? Sendirian?" Angga bertanya seolah-olah tak melihat keberadaan Delindra yang terhalang oleh keberadaan Aditya, dengan tubuh masih tak berbalik."Tidak, dengan istriku, Delindra," jawab Aditya."Oh ya, mana?""Sayang!" Aditya menepuk pundak Delindra. Sontak Delindra kaget."Iya, Mas!" Delindra menatap Aditya, yang dibalas oleh Aditya dengan senyuman sambil menunjuk keberadaan Angga.Perlahan Delindra membalikkan badannya dan menatap Angga." H-hai…!" sapa Delindra. Gugup."Hai," balas Angga, sambil mengulurkan tangannya pada Delindra untuk bersalaman.Delindra tak segera menyambut uluran tangan Angga. Namun setelah beberapa lama kemudian, ragu-ragu, Delindra menyambutnya juga.Delindra terkesiap saat sentuhan tangan Angga terasa berbeda. Angga menggenggam tangan Delindra dengan erat dan terasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02

Bab terbaru

  • Mengintip Kamar Pengantin   Ingin Sayang bukan Uang

    "Kalau kau mencintainya, lalu apa masalahnya?" tanya Aditya yang saat ini sudah kembali melanjutkan perjalanan mobilnya setelah terjebak macet."Masalahnya adalah pekerjaanku," jawab Dahlia."Aku sampai tak punya waktu untuk Mas Angga…untuk mengungkapkan perasaanku juga padanya," lanjut Dahlia."Dan aku selalu mengutarakan perasaanku padanya, meskipun aku sendiri sama seperti dirimu, tak punya waktu untuknya, demi masa depannya." Aditya berucap sambil tersenyum-senyum. Membayangkan Delindra.Entah kenapa, saat mengingat Delindra, pemilik dua lesung pipi yang bak Preity Zinta tersebut selalu mampu bisa menghilangkan segala kejenuhan dan kekelahanj hatinya. Di saat pertama kali melihatnya.Melihat tatapan sinis Delindra saat pertama kali melihat Aditya yang ingin menginap ke rumahnya. Entah kenapa tatapan sinis itu lah yang membuat Aditya mabuk dan akhirya jatuh cinta.Kadang Aditya merasa beruntung, sebab bisa mendapatkan Delindra. Sekalipun Aditya tahu, kalau Delindra belum bisa memb

  • Mengintip Kamar Pengantin   Tak Ingin Kehilangan

    "Kalau kau mencintainya, lalu apa masalahnya?" tanya Aditya yang saat ini sudah kembali melanjutkan perjalanan mobilnya setelah terjebak macet."Masalahnya adalah pekerjaanku," jawab Dahlia."Aku sampai tak punya waktu untuk Mas Angga…untuk mengungkapkan perasaanku juga padanya," lanjut Dahlia."Dan aku selalu mengutarakan perasaanku padanya, meskipun aku sendiri sama seperti dirimu, tak punya waktu untuknya, demi masa depannya." Aditya berucap sambil tersenyum-senyum. Membayangkan Delindra.Entah kenapa, saat mengingat Delindra, pemilik dua lesung pipi yang bak Preity Zinta tersebut selalu mampu bisa menghilangkan segala kejenuhan dan kekelahanj hatinya. Di saat pertama kali melihatnya.Melihat tatapan sinis Delindra saat pertama kali melihat Aditya yang ingin menginap ke rumahnya. Entah kenapa tatapan sinis itu lah yang membuat Aditya mabuk dan akhirya jatuh cinta.Kadang Aditya merasa beruntung, sebab bisa mendapatkan Delindra. Sekalipun Aditya tahu, kalau Delindra belum bisa memb

  • Mengintip Kamar Pengantin   Sepi dalam Keramaian

    "Kenapa gak mengaku saja sebagai ibunya Dewa tadi."Delindra yang mendengar suara yang seperti mengajaknya bicara, segera menoleh kebelakang."Mas Angga!"Delindra segera meluruskan punggungnya, berdiri didepan Angga dengan tegap.Angga maju satu langkah, hingga kini ia berdiri cukup dekat dengan Delindra."Kenapa tak mengaku saja tadi sebagai ibu Dewa saat ditanya oleh ibu guru Dewa?" Angga mengulangi kata-katanya."Kenapa aku harus melakukan itu?" Kening Delindra mengernyit saat menanyakannya."Karena Dewa!" Angga menjawab dengan mata lekat menatap Delindra."Kenapa dengan Dewa?""Karena aku ingin Mama datang kesini."Delindra menoleh, menatap Dewa yang barusan menjawab pertanyaannya."Maksud Dewa?" tanya Delindra tak mengerti."Dewa sedih, sebab selalu saja ditanya kenapa Mama tidak pernah kesini. Teman-teman Dewa selalu saja menanyakan yang mana Mama Dewa. Tak hanya teman-teman Dewa yang menanyakan Mama Dewa, tapi orang tua teman Dewa dan para guru Dewa juga menanyakan." Entah ke

  • Mengintip Kamar Pengantin   Hubungan yang Lemah

    Delindra masih membekap mulutnya sendiri agar suara isakannya tak terdengar oleh Angga setelah mendengar kebenaran yang dikatakan oleh Angga."Kenapa harus menangisinya, Del, heum, kenapa?" tanya Angga, menatap tajam Delindra."Kenapa, Mas…kenapa?" lirih Delindra di sela-sela isakannya yang tertahan."Kamu tanya kenapa padaku, Del?" Angga tersenyum sinis."Apa kau ingin menyalahkan aku disini? Ayo kita pikirkan sama-sama disini, Del. Kira-kira siapa yang bersalah, aku atau dirimu." Angga masih menatap tajam."Siapa yang pantas disalahkan, heum? Kau sendiri yang tak mengatakan kebenarannya saat diriku salah paham, dengan berprasangka kalau surat itu dari Dahlia, sebab aku melihat ia yang memegangnya kala itu," ucap Angga menggebu-gebu.Delindra segera mengusap air matanya, lalu menatap ke arah Angga. Bibir Delindra tertarik membentuk sebuah senyuman."Tak perlu saling menyalahkan, Mas. Tidak Mas Angga, tidak aku…ataupun salah takdir." Senyuman Delindra masih terukir di wajahnya."Mungk

  • Mengintip Kamar Pengantin   Sebuah Kebenaran

    Sekitar jam 9 malam, Aditya baru pulang kerja. Sedikit heran, sebab ia tak menemukan Delindra menyambutnya seperti biasanya. Bahkan sudah 3 hari kebelakang ini.Dengan langkah gontai, Aditya melangkah ke arah kamar dan masuk. Dan disana ia mendapati Delindra yang termenung di dekat jendela.Delindra sangat fokus dengan lamunannya, hingga pintu yang sengaja Aditya tutup dengan nyaring tak bisa menyadarkan dari lamunannya.Dan itu membuat Aditya penasaran, apa yang sedang istrinya tersebut pikirkan, hingga segitunya."Apa yang lebih membuatmu kepikiran hingga kau melupakan—" kata-kata Aditya terhenti sebab Delindra yang terkejut segera menatap Aditya yang berada di belakangnya."Mas Adit," seru Delindra, sambil membalikkan tubuhnya menghadap Aditya."M-mas Adit kapan pulang? Kenapa aku tidak menyadarinya?" tanya Delindra.Aditya menarik nafas kasar. "Bagaimana kau sadar, sebab kau asik ngelamun." Aditya memutar tubuh melangkah ke arah sofa."Ya, Tuhan…maaf, Mas. Aku gak dengar suara

  • Mengintip Kamar Pengantin   Kepiluan Angga

    Saat ini Angga dan Delindra sedang berada Wahana permainan. Ikut bermain dengan Dewa, yang sedari tadi tak mau di ajak pulang, terus ingin bermain. Sehingga Angga dan Delindra Pun ikut bermain juga. Menuruti permintaan Dewa.Sesekali Angga dan Delindra terlibat dalam diskusi dan obrolan yang seru saat menceritakan tentang rumah tangga masing-masing. Sehingga menghadirkan tawa diantara keduanya, saat ada yang lucu dari apa yang dibahasnya.Kadang mereka saling support dan memberi saran dan masukan cara menghadapi pasangan satu sama lain, yang belum mereka ketahui caranya.Setelah permainan satu telah selesai, Angga dan Delindra pindah ke permainan lainnya bersama dengan Dewa tentunya. Mereka bertiga asyik bercanda ria, sudah seperti satu hubungan keluarga yang lengkap. Ayah, Ibu dan Anak."Kalian benar-benar pasangan yang serasi!" tanggap penjual ice cream saat Angga dan Delindra membelikan Dewa ice cream.Angga dan Delindra saling berpandangan, cukup lama, namun selanjutnya tawa kedu

  • Mengintip Kamar Pengantin   Kita Teman

    "Delindra!"Spontan Angga dan Delindra menoleh ke arah sumber suara."Mas Adit!" Delindra segera menarik tangannya dari cekalan Angga, lalu segera melangkah ke arah Aditya."Mas Adit baru pulang?" Delindra memegang lengan Aditya. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa gugup. Seolah-olah baru saja kepergok sedang berselingkuh saja.Aditya tak menjawab, dipandanginya Delindra dengan lekat oleh Aditya. Dan itu semakin membuat Delindra panik saja menerima tatapan seperti itu dari Adit.Aditya mengukir senyum sambil mengeluarkan bunga dari tasnya."Ini buat kamu?" Aditya memberikan rangkaian bunga yang tadi di belinya pada Delindra."Wah, manis sekali." Delindra menerima rangkaian bunga tersebut dan menciumnya." Terimakasih, Mas," ucap Delindra."Sama-sama," balas Aditya."Yasudah, aku sudah siapin makanan buat Mas Adit, ayo masuk, Mas." Delindra segera menarik Aditya ke dalam."Ganti dulu bajunya." Delindra membantu Aditya melepas jas Aditya setelah tiba dikamar."Del," panggil Aditya di sela-

  • Mengintip Kamar Pengantin   Surat itu....

    "Hay, sudah lama datang, Bro?" Terdengar oleh Delindra, Angga menyapa Aditya. Namun ia masih takut untuk membalikkan badannya."Tidak, masih barusan, Kawan," jawab Aditya, berusaha akrab."Oh, ya? Sendirian?" Angga bertanya seolah-olah tak melihat keberadaan Delindra yang terhalang oleh keberadaan Aditya, dengan tubuh masih tak berbalik."Tidak, dengan istriku, Delindra," jawab Aditya."Oh ya, mana?""Sayang!" Aditya menepuk pundak Delindra. Sontak Delindra kaget."Iya, Mas!" Delindra menatap Aditya, yang dibalas oleh Aditya dengan senyuman sambil menunjuk keberadaan Angga.Perlahan Delindra membalikkan badannya dan menatap Angga." H-hai…!" sapa Delindra. Gugup."Hai," balas Angga, sambil mengulurkan tangannya pada Delindra untuk bersalaman.Delindra tak segera menyambut uluran tangan Angga. Namun setelah beberapa lama kemudian, ragu-ragu, Delindra menyambutnya juga.Delindra terkesiap saat sentuhan tangan Angga terasa berbeda. Angga menggenggam tangan Delindra dengan erat dan terasa

  • Mengintip Kamar Pengantin   Pertemuan Kembali

    " Mas Angga!" lirih Delindra.Delindra yakin, kalau pemilik akun yang memberikan komentar tersebut adalah Angga. Pria yang pertama kali di cintainya. Pria yang pertama kali menerobos masuk dan mewarnai hatinya dan juga Pria untuk pertama kalinya yang memberi kesuraman lewat kekecewaan yang diberikan Angga sebab ia lebih memilih seorang model cantik, yaitu Dahlia dibandingkan dengan dirinya yang saat itu statusnya masih mahasiswa bimbingannya.Keyakinan Delindra bertambah bahwa itu adalah Angga saat mengklik profil sosmed tersebut. Disana Delindra menemukan foto-foto Angga di album sosmednya.Hati Delindra berdebar-debar. Melihat foto Angga sama saja halnya mengingatkan pada masa-masa bucinnya ia pada Angga. Seorang Dosen baru dengan sejuta pesonanya.Saat itu Delindra yang baru mengenal apa itu cinta, selalu saja sembunyi-sembunyi mengirimi surat untuk Angga. Surat itu ia selalu selipkan di map atau tas Angga.Delindra yakin, bahwa sampai saat ini Angga tidak akan pernah tahu bahwa sur

DMCA.com Protection Status