Share

Kesepian

Author: Zulzila Sen
last update Last Updated: 2022-12-31 09:59:54

5 Tahun kemudian….

Delindra termenung duduk di sofa ruang tamu dengan tangan memegang Hp. Hanya scrol-scrol beranda sosmed saja. Tak ada yang ia lihat di dalam sana. Itu ia lakukan hanya untuk mengusir kesepiannya saja.

Sesekali Delindra menengok ke arah pintu. Menantikan kepulangan Aditya dari kantornya.

Sebenarnya Delindra tak bisa dengan kesendiriannya setiap hari. Namun apalah daya, ia tak punya teman selain Aditya. Itupun Aditya selalu jarang ada di rumah. Aditya selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.

"Menjadi istri dari seorang pengusaha lebih-lebih hanya putra tunggal yang ditugaskan untuk mengelola semua bisnisnya itu tidaklah nyaman, kita akan selalu kesepian." Itu lah kata-kata yang Delindra katakan pada Dahlia saat mereka sedang bertelponan kala itu. Saling curhat satu sama lain, dak kala itu Dahlia memuji-muji Delindra sebab di rasa telah hidup senang bersama Aditya yang bergelimpangan harta.

Namun di balik itu semua…ada sebuah nama yang namanya kesepian yang selalu menyelinap di setiap harinya Delindra. Dan itu tak bisa ia obatin hanya karena dengan kehadiran Aditya yang hadirnya di sisi Delindra hanya sebentar, sebab Aditya selalu sibuk dengan bisnis keluarganya.

Delindra melirik arloji mahalnya yang ia dapati dari Hilda, Mama mertuanya di saat ulang tahunnya kemarin.

Delindra mendesah, sudah pukul lima sore, tapi Aditya belum datang juga, padahal tadi janjinya ia akan pulang secepatnya.

Namun ternyata janji hanyalah tinggal janji.

Karena bosan, rencananya Delindra akan pergi ke kamar, namun baru saja ia ingin berdiri, tiba-tiba bel pintu rumah berbunyi.

Sontak saja senyuman Delindra mengembang dan dengan segera Delindra melangkah ke arah pintu dan membukanya

"Kenapa telat pulangnya?" Delindra langsung menyemprot Aditya dengan pertanyaan sinis.

Aditya hanya tersenyum sambi memdaratka kec*upan di kening Delindra yang saat ini tengah merengut. Kesal.

"Nanti aja marahnya, sekarang masuk dulu, yuk." Aditya mengg3ndong tubuh ramping Delindra dan membawanya ke sofa ruang tamu dan mendudukkannya di sana.

"Gak usa ngerayu, kali ini gak mempan," celetuk Delindra sambil memanyunkan bibirnya.

Seperti biasa, Aditya hanya terkekeh pelan.

"Maaf, Sayang…di kantor banyak kerjaan. Dan tadi Papa dan Paman juga minta bantuan, di kantor mereka masing-masing ada masalah." Aditya memberitahu alasannya." Makanya gak bisa pulang tepat waktu."

Delindra hanya bisa mendesah.

"Mas…," seru Delindra dengan masih menahan kekesalan.

"Iya, Sayang!"

" Apa selamanya keluarga Mas Adit berketergantungan sama Mas Adit?" tanya Delindra, menatap serius.

"Ya…seperti yang kamu lihat, Sayang," jawab Aditya.

"Tapi sampai kapan, Mas?" keluh Delindra.

"Hampir seluruh waktu Mas Adit hanya untuk mengurus bisnis keluarga Mas Adit. Mending kalau bisnis Papa, Mas…tapi ini semua keluarga Mas Adit, loh!" Delindra mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini dipendam nya.

"Ya…mau gimana lagi, Sayang. Paman-pamanku, baik Paman dari Mama dan juga Papa semuanya butuh Mas Adit. Kan kamu sudah tahu sendiri bahwa mereka tak punya anak laki-laki, semuanya perempuan, itu pun tak mengerti dunia perbisnisan, Sayang…!"

"Tapi kan menantu laki-laki mereka ada, Mas!" protes Delindra.

"Mereka juga tak bisa, Sayang. Pernah mereka di beri kepercayaan, namun apa? Perusahaan Paman hampir bangkrut. " Aditya berusaha menjelaskan.

"Dan lagi, aku tidak nyaman untuk menolak permintaan mereka semua saat perusahaannya ada masalah. Sebab, aku merasa punya hutang budi pada mereka, aku sukses dulunya karena juga dukungan dan bantuan mereka saat aku berjuang mengenyam pendidikan di luar negeri saat itu."

Delindra mendesah. Saat sudah membahas balas Budi, Delindra sudah tak bisa membantah atau protes lagi.

Tindakan terakhir Delindra adalah hanya diam. Itu lah yang hanya bisa di lakukannya.

Adityan tersenyum geli melihat ekspresi Delindra yang merengut." Kenapa? Kamu kesepian, ya?" Aditya menyelipkan anak rambut Delindra ke belakang.

"Gak usah tanya, Mas. Alasanku kenapa selalu mengharapkan kepulanganmu masih tidak berubah. Yaitu kesepian." Delindra berucap dengan masih merengut.

"Kenapa gak pergi ke Mall atau kemana untuk mengusir kesepianmu, Sayang," saran Aditya sambil mengelus-elus rambut Delindra.

Lagi, Delindra mendesah." Aku tak punya teman, Mas…bukannya Mas tahu itu, pergi sendirian itu tidak enak dan sama sekali tidak seru," keluh Delindra.

Aditya bergeming, dengan tangan terus mengelus kepala Delindra.

"Maaf ya, Sayang. Aku sadar, akhir-akhir ini jarang meluangkan waktu denganmu. Kita juga sudah jarang pergi keluar untuk weekend," ucap Aditya.

"Sudah sadar rupanya?" Delindra mendelik.

"Sadar. Oleh karena itu, setela semua masalah kantor selesai, perusahaan Paman sudah kembali stabil. Aku janji, kita akan pergi berlibur nantinya," ucap Aditya dengan sumringah.

Delindra hanya menanggapi dengan senyuman simpul.

"Kenapa? Kamu gak percaya?" tanya Aditya.

"Percaya, kok. Hanya saja…."

"Apa?" tanya Aditya, melihat keraguan dalam diri Delindra saat mau melanjutkan kata-katanya.

"Andaikan kita sudah punya anak, mungkin aku tak kan sesepi ini, Mas." Mata Delindra berkaca-kaca saat mengucapkannya.

"Tuh kan. Sudah berapa kali kubilang, jangan bahas tentang anak. Yang ujungnya akan membuat kamu sendiri yang sakit, Del,," tegur Aditya.

"Sebenarnya kau juga sakit kan, Mas?" tanya Delindra dengan sekuat tenaga menahan air matanya agar tak jatuh.

Aditya bergeming….

"Meski kau dan keluargamu diam tak pernah membahas hal keturunan, demi menjaga perasaanmu, tapi tetap saja aku merasa—"

"Aku baik keluargaku semua nya tak pernah membahas tentang anak kenapa sampai saat ini kita belum memilikinya, Del. Tak pernah sekalipun, baik itu di depanmu atau pun di belakangmu. Percayalah…keluargaku tak seperti keluarga yang lainnya sekakilpun aku anak tunggal, tapi mereka tak pernah menuntut keturunan dari kita, Del."

"Tapi, Mas—"

"Ayo lah, Del. Jangan membahas sesuatu yang akan membuatmu bersedih, aku tak suka. Dan perlu kamu ketahui, Mama hanya ingin rumah kita langgeng dan bahagia, tidak hanya dengan keturunan kita bisa bahagia, Del." Aditya berusaha memberikan pengertian pada Delindra.

"Tapi tanpa keturunan aku merasa sepi, Mas. Aku tak punya pengganti dirimu saat kau tak ada. Aku kesepian, aku butuh teman di sela-sela kesibukanmu. Aku kesepian, Mas…aku kesepian selama lima tahun ini hidup bersamamu tinggal di rumahmu yang besar ini."

Aditya bergeming dengan mata masih menatap lekat pada Delindra.

"Sudah lima tahun, Mas. Lima tahun kita bersama, namun masih juga kita tak punya seorang anak, entah kenapa aku mengira kalau ini adalah sebua petaka, petaka dari—"

"Aku sama sekali tak percaya dengan kata-kata petaka, Del. Aku benci kata-kata itu."

Sontak Delindra terdiam mendengar kata-kata Aditya.

"Pernikahan dan keturunan itu tidak ada kaitannya dengan petaka. Sudah, jangan bahas lagi. Suatu saat nanti kita akan pasti memiliki anak. Kita berdua sama-sama sehat, semua Dokter mengatakan itu bukan?"

Delindra mengangguk….

"Maka dari itu—"

"Maka dari itu kita perlu menghabiskan waktu bersama, Mas untuk—"

Kata-kata Delindra terputus tatkala Hp Aditya berdering.

"Tunggu sebentar ya, Sayang," ucap Aditya, sebelum akhirnya mengangkat telepon dan berbicara di dalam sana.

"Baik, Om. Adit akan segera kesana!"

Delindra mendesah kecewa saat mendengar kalimat terakhir Aditya di telepon.

"Jadi kamu mau pergi lagi?" tanya Delindra, saat Aditya sudah menutup panggilannya.

"Maafkan aku ya, Sayang…."

Delindra tak menjawab. Hanya menyandarkan punggungnya ke sofa.

"Aku hanya sebentar, kantor Paman sedang di demo. Aku harus pergi kesana untuk menanganinya." Aditya berucap sambil mengelus pundak Delindra.

"Ini, pakailah semuanya semau kamu. Habiskan juga gak papa." Aditya memberikan semua ATM nya pada Delindra. " Pergilah jalan-jalan keluar, nanti kamu gak akan sendirian, tapi akan ada juga Alina, aku akan menyuruh sepupuku untuk menemanimu jalan-jalan."

"Tidak perlu, aku di rumah saja," sahut Delindra cepat..

"Dan aku gak butuh ATM mu. Ambillah!" Delindra mengembalikan ATM Aditya.

"Pakailah, Sayang. Itu milikmu. Aku pergi dulu, nanti aku usahakan pulang cepat." Aditya mengec*p pipi Delindra sebelum akhirnya kembali pergi.

****

Delindra menatap dompet Aditya dengan senyumam miris.

Untuk masalah harta, Delindra memang tak kekurangan, Aditya memang melimpahkan semuanya, begitu juga orang tua Aditya, begitu memanjakan Delindra, sebagai menanti satu-satunya.

Tapi itu bukanlah kesempurnaan bagi Delindra. Sebab Delindra sadar, harta bukan jadi ukuran bagi seseorang untuk menjadikan hidupnya bahagia.

Karena harta, membuat Aditya suaminya selalu sibuk, hingga nyaris tak punya waktu untuk dirinya.

Hingga bertemakan sepi setiap harinya.

****

Delindra kembali membuka sosmednya, scrol-scrol beranda guna mengusir kesepiannya.

Iseng Delindra membuat status di grup sosmed yang bertemakan ' KITA ADA DISINI '

" Dompet tebal rupanya tak bisa mengusir kesepian!"

Begitulah caption yang dibagikan oleh Delindra sambil di selipi emot ketawa sambil melampirkan gambar dompet milik Aditya.

Tak berapa lama, postingan Delindra di serbu dengan berbagai macam komentar.

Delindra tak begitu memperdulikan komenan-komenan yang menyerbu postingannya.

Namun ada satu komenan yang mampu mengalihkan perhatian Delindra, yaitu.

"Aku kira hanya aku yang kesepian malam ini." Begitu isi komentar yang dikirim oleh Akun yang bernama ' Angga_Rangga.'

Mendadak tangan Delindra berkeringat dingin membaca nama akun komenan tersebut.

________

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tory Dizazeis
bqgaimana caranya buka kunci kaak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mengintip Kamar Pengantin   Pertemuan Kembali

    " Mas Angga!" lirih Delindra.Delindra yakin, kalau pemilik akun yang memberikan komentar tersebut adalah Angga. Pria yang pertama kali di cintainya. Pria yang pertama kali menerobos masuk dan mewarnai hatinya dan juga Pria untuk pertama kalinya yang memberi kesuraman lewat kekecewaan yang diberikan Angga sebab ia lebih memilih seorang model cantik, yaitu Dahlia dibandingkan dengan dirinya yang saat itu statusnya masih mahasiswa bimbingannya.Keyakinan Delindra bertambah bahwa itu adalah Angga saat mengklik profil sosmed tersebut. Disana Delindra menemukan foto-foto Angga di album sosmednya.Hati Delindra berdebar-debar. Melihat foto Angga sama saja halnya mengingatkan pada masa-masa bucinnya ia pada Angga. Seorang Dosen baru dengan sejuta pesonanya.Saat itu Delindra yang baru mengenal apa itu cinta, selalu saja sembunyi-sembunyi mengirimi surat untuk Angga. Surat itu ia selalu selipkan di map atau tas Angga.Delindra yakin, bahwa sampai saat ini Angga tidak akan pernah tahu bahwa sur

    Last Updated : 2023-01-01
  • Mengintip Kamar Pengantin   Surat itu....

    "Hay, sudah lama datang, Bro?" Terdengar oleh Delindra, Angga menyapa Aditya. Namun ia masih takut untuk membalikkan badannya."Tidak, masih barusan, Kawan," jawab Aditya, berusaha akrab."Oh, ya? Sendirian?" Angga bertanya seolah-olah tak melihat keberadaan Delindra yang terhalang oleh keberadaan Aditya, dengan tubuh masih tak berbalik."Tidak, dengan istriku, Delindra," jawab Aditya."Oh ya, mana?""Sayang!" Aditya menepuk pundak Delindra. Sontak Delindra kaget."Iya, Mas!" Delindra menatap Aditya, yang dibalas oleh Aditya dengan senyuman sambil menunjuk keberadaan Angga.Perlahan Delindra membalikkan badannya dan menatap Angga." H-hai…!" sapa Delindra. Gugup."Hai," balas Angga, sambil mengulurkan tangannya pada Delindra untuk bersalaman.Delindra tak segera menyambut uluran tangan Angga. Namun setelah beberapa lama kemudian, ragu-ragu, Delindra menyambutnya juga.Delindra terkesiap saat sentuhan tangan Angga terasa berbeda. Angga menggenggam tangan Delindra dengan erat dan terasa

    Last Updated : 2023-01-02
  • Mengintip Kamar Pengantin   Kita Teman

    "Delindra!"Spontan Angga dan Delindra menoleh ke arah sumber suara."Mas Adit!" Delindra segera menarik tangannya dari cekalan Angga, lalu segera melangkah ke arah Aditya."Mas Adit baru pulang?" Delindra memegang lengan Aditya. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa gugup. Seolah-olah baru saja kepergok sedang berselingkuh saja.Aditya tak menjawab, dipandanginya Delindra dengan lekat oleh Aditya. Dan itu semakin membuat Delindra panik saja menerima tatapan seperti itu dari Adit.Aditya mengukir senyum sambil mengeluarkan bunga dari tasnya."Ini buat kamu?" Aditya memberikan rangkaian bunga yang tadi di belinya pada Delindra."Wah, manis sekali." Delindra menerima rangkaian bunga tersebut dan menciumnya." Terimakasih, Mas," ucap Delindra."Sama-sama," balas Aditya."Yasudah, aku sudah siapin makanan buat Mas Adit, ayo masuk, Mas." Delindra segera menarik Aditya ke dalam."Ganti dulu bajunya." Delindra membantu Aditya melepas jas Aditya setelah tiba dikamar."Del," panggil Aditya di sela-

    Last Updated : 2023-01-03
  • Mengintip Kamar Pengantin   Kepiluan Angga

    Saat ini Angga dan Delindra sedang berada Wahana permainan. Ikut bermain dengan Dewa, yang sedari tadi tak mau di ajak pulang, terus ingin bermain. Sehingga Angga dan Delindra Pun ikut bermain juga. Menuruti permintaan Dewa.Sesekali Angga dan Delindra terlibat dalam diskusi dan obrolan yang seru saat menceritakan tentang rumah tangga masing-masing. Sehingga menghadirkan tawa diantara keduanya, saat ada yang lucu dari apa yang dibahasnya.Kadang mereka saling support dan memberi saran dan masukan cara menghadapi pasangan satu sama lain, yang belum mereka ketahui caranya.Setelah permainan satu telah selesai, Angga dan Delindra pindah ke permainan lainnya bersama dengan Dewa tentunya. Mereka bertiga asyik bercanda ria, sudah seperti satu hubungan keluarga yang lengkap. Ayah, Ibu dan Anak."Kalian benar-benar pasangan yang serasi!" tanggap penjual ice cream saat Angga dan Delindra membelikan Dewa ice cream.Angga dan Delindra saling berpandangan, cukup lama, namun selanjutnya tawa kedu

    Last Updated : 2023-01-05
  • Mengintip Kamar Pengantin   Sebuah Kebenaran

    Sekitar jam 9 malam, Aditya baru pulang kerja. Sedikit heran, sebab ia tak menemukan Delindra menyambutnya seperti biasanya. Bahkan sudah 3 hari kebelakang ini.Dengan langkah gontai, Aditya melangkah ke arah kamar dan masuk. Dan disana ia mendapati Delindra yang termenung di dekat jendela.Delindra sangat fokus dengan lamunannya, hingga pintu yang sengaja Aditya tutup dengan nyaring tak bisa menyadarkan dari lamunannya.Dan itu membuat Aditya penasaran, apa yang sedang istrinya tersebut pikirkan, hingga segitunya."Apa yang lebih membuatmu kepikiran hingga kau melupakan—" kata-kata Aditya terhenti sebab Delindra yang terkejut segera menatap Aditya yang berada di belakangnya."Mas Adit," seru Delindra, sambil membalikkan tubuhnya menghadap Aditya."M-mas Adit kapan pulang? Kenapa aku tidak menyadarinya?" tanya Delindra.Aditya menarik nafas kasar. "Bagaimana kau sadar, sebab kau asik ngelamun." Aditya memutar tubuh melangkah ke arah sofa."Ya, Tuhan…maaf, Mas. Aku gak dengar suara

    Last Updated : 2023-01-07
  • Mengintip Kamar Pengantin   Hubungan yang Lemah

    Delindra masih membekap mulutnya sendiri agar suara isakannya tak terdengar oleh Angga setelah mendengar kebenaran yang dikatakan oleh Angga."Kenapa harus menangisinya, Del, heum, kenapa?" tanya Angga, menatap tajam Delindra."Kenapa, Mas…kenapa?" lirih Delindra di sela-sela isakannya yang tertahan."Kamu tanya kenapa padaku, Del?" Angga tersenyum sinis."Apa kau ingin menyalahkan aku disini? Ayo kita pikirkan sama-sama disini, Del. Kira-kira siapa yang bersalah, aku atau dirimu." Angga masih menatap tajam."Siapa yang pantas disalahkan, heum? Kau sendiri yang tak mengatakan kebenarannya saat diriku salah paham, dengan berprasangka kalau surat itu dari Dahlia, sebab aku melihat ia yang memegangnya kala itu," ucap Angga menggebu-gebu.Delindra segera mengusap air matanya, lalu menatap ke arah Angga. Bibir Delindra tertarik membentuk sebuah senyuman."Tak perlu saling menyalahkan, Mas. Tidak Mas Angga, tidak aku…ataupun salah takdir." Senyuman Delindra masih terukir di wajahnya."Mungk

    Last Updated : 2023-01-09
  • Mengintip Kamar Pengantin   Sepi dalam Keramaian

    "Kenapa gak mengaku saja sebagai ibunya Dewa tadi."Delindra yang mendengar suara yang seperti mengajaknya bicara, segera menoleh kebelakang."Mas Angga!"Delindra segera meluruskan punggungnya, berdiri didepan Angga dengan tegap.Angga maju satu langkah, hingga kini ia berdiri cukup dekat dengan Delindra."Kenapa tak mengaku saja tadi sebagai ibu Dewa saat ditanya oleh ibu guru Dewa?" Angga mengulangi kata-katanya."Kenapa aku harus melakukan itu?" Kening Delindra mengernyit saat menanyakannya."Karena Dewa!" Angga menjawab dengan mata lekat menatap Delindra."Kenapa dengan Dewa?""Karena aku ingin Mama datang kesini."Delindra menoleh, menatap Dewa yang barusan menjawab pertanyaannya."Maksud Dewa?" tanya Delindra tak mengerti."Dewa sedih, sebab selalu saja ditanya kenapa Mama tidak pernah kesini. Teman-teman Dewa selalu saja menanyakan yang mana Mama Dewa. Tak hanya teman-teman Dewa yang menanyakan Mama Dewa, tapi orang tua teman Dewa dan para guru Dewa juga menanyakan." Entah ke

    Last Updated : 2023-01-11
  • Mengintip Kamar Pengantin   Tak Ingin Kehilangan

    "Kalau kau mencintainya, lalu apa masalahnya?" tanya Aditya yang saat ini sudah kembali melanjutkan perjalanan mobilnya setelah terjebak macet."Masalahnya adalah pekerjaanku," jawab Dahlia."Aku sampai tak punya waktu untuk Mas Angga…untuk mengungkapkan perasaanku juga padanya," lanjut Dahlia."Dan aku selalu mengutarakan perasaanku padanya, meskipun aku sendiri sama seperti dirimu, tak punya waktu untuknya, demi masa depannya." Aditya berucap sambil tersenyum-senyum. Membayangkan Delindra.Entah kenapa, saat mengingat Delindra, pemilik dua lesung pipi yang bak Preity Zinta tersebut selalu mampu bisa menghilangkan segala kejenuhan dan kekelahanj hatinya. Di saat pertama kali melihatnya.Melihat tatapan sinis Delindra saat pertama kali melihat Aditya yang ingin menginap ke rumahnya. Entah kenapa tatapan sinis itu lah yang membuat Aditya mabuk dan akhirya jatuh cinta.Kadang Aditya merasa beruntung, sebab bisa mendapatkan Delindra. Sekalipun Aditya tahu, kalau Delindra belum bisa memb

    Last Updated : 2023-01-14

Latest chapter

  • Mengintip Kamar Pengantin   Ingin Sayang bukan Uang

    "Kalau kau mencintainya, lalu apa masalahnya?" tanya Aditya yang saat ini sudah kembali melanjutkan perjalanan mobilnya setelah terjebak macet."Masalahnya adalah pekerjaanku," jawab Dahlia."Aku sampai tak punya waktu untuk Mas Angga…untuk mengungkapkan perasaanku juga padanya," lanjut Dahlia."Dan aku selalu mengutarakan perasaanku padanya, meskipun aku sendiri sama seperti dirimu, tak punya waktu untuknya, demi masa depannya." Aditya berucap sambil tersenyum-senyum. Membayangkan Delindra.Entah kenapa, saat mengingat Delindra, pemilik dua lesung pipi yang bak Preity Zinta tersebut selalu mampu bisa menghilangkan segala kejenuhan dan kekelahanj hatinya. Di saat pertama kali melihatnya.Melihat tatapan sinis Delindra saat pertama kali melihat Aditya yang ingin menginap ke rumahnya. Entah kenapa tatapan sinis itu lah yang membuat Aditya mabuk dan akhirya jatuh cinta.Kadang Aditya merasa beruntung, sebab bisa mendapatkan Delindra. Sekalipun Aditya tahu, kalau Delindra belum bisa memb

  • Mengintip Kamar Pengantin   Tak Ingin Kehilangan

    "Kalau kau mencintainya, lalu apa masalahnya?" tanya Aditya yang saat ini sudah kembali melanjutkan perjalanan mobilnya setelah terjebak macet."Masalahnya adalah pekerjaanku," jawab Dahlia."Aku sampai tak punya waktu untuk Mas Angga…untuk mengungkapkan perasaanku juga padanya," lanjut Dahlia."Dan aku selalu mengutarakan perasaanku padanya, meskipun aku sendiri sama seperti dirimu, tak punya waktu untuknya, demi masa depannya." Aditya berucap sambil tersenyum-senyum. Membayangkan Delindra.Entah kenapa, saat mengingat Delindra, pemilik dua lesung pipi yang bak Preity Zinta tersebut selalu mampu bisa menghilangkan segala kejenuhan dan kekelahanj hatinya. Di saat pertama kali melihatnya.Melihat tatapan sinis Delindra saat pertama kali melihat Aditya yang ingin menginap ke rumahnya. Entah kenapa tatapan sinis itu lah yang membuat Aditya mabuk dan akhirya jatuh cinta.Kadang Aditya merasa beruntung, sebab bisa mendapatkan Delindra. Sekalipun Aditya tahu, kalau Delindra belum bisa memb

  • Mengintip Kamar Pengantin   Sepi dalam Keramaian

    "Kenapa gak mengaku saja sebagai ibunya Dewa tadi."Delindra yang mendengar suara yang seperti mengajaknya bicara, segera menoleh kebelakang."Mas Angga!"Delindra segera meluruskan punggungnya, berdiri didepan Angga dengan tegap.Angga maju satu langkah, hingga kini ia berdiri cukup dekat dengan Delindra."Kenapa tak mengaku saja tadi sebagai ibu Dewa saat ditanya oleh ibu guru Dewa?" Angga mengulangi kata-katanya."Kenapa aku harus melakukan itu?" Kening Delindra mengernyit saat menanyakannya."Karena Dewa!" Angga menjawab dengan mata lekat menatap Delindra."Kenapa dengan Dewa?""Karena aku ingin Mama datang kesini."Delindra menoleh, menatap Dewa yang barusan menjawab pertanyaannya."Maksud Dewa?" tanya Delindra tak mengerti."Dewa sedih, sebab selalu saja ditanya kenapa Mama tidak pernah kesini. Teman-teman Dewa selalu saja menanyakan yang mana Mama Dewa. Tak hanya teman-teman Dewa yang menanyakan Mama Dewa, tapi orang tua teman Dewa dan para guru Dewa juga menanyakan." Entah ke

  • Mengintip Kamar Pengantin   Hubungan yang Lemah

    Delindra masih membekap mulutnya sendiri agar suara isakannya tak terdengar oleh Angga setelah mendengar kebenaran yang dikatakan oleh Angga."Kenapa harus menangisinya, Del, heum, kenapa?" tanya Angga, menatap tajam Delindra."Kenapa, Mas…kenapa?" lirih Delindra di sela-sela isakannya yang tertahan."Kamu tanya kenapa padaku, Del?" Angga tersenyum sinis."Apa kau ingin menyalahkan aku disini? Ayo kita pikirkan sama-sama disini, Del. Kira-kira siapa yang bersalah, aku atau dirimu." Angga masih menatap tajam."Siapa yang pantas disalahkan, heum? Kau sendiri yang tak mengatakan kebenarannya saat diriku salah paham, dengan berprasangka kalau surat itu dari Dahlia, sebab aku melihat ia yang memegangnya kala itu," ucap Angga menggebu-gebu.Delindra segera mengusap air matanya, lalu menatap ke arah Angga. Bibir Delindra tertarik membentuk sebuah senyuman."Tak perlu saling menyalahkan, Mas. Tidak Mas Angga, tidak aku…ataupun salah takdir." Senyuman Delindra masih terukir di wajahnya."Mungk

  • Mengintip Kamar Pengantin   Sebuah Kebenaran

    Sekitar jam 9 malam, Aditya baru pulang kerja. Sedikit heran, sebab ia tak menemukan Delindra menyambutnya seperti biasanya. Bahkan sudah 3 hari kebelakang ini.Dengan langkah gontai, Aditya melangkah ke arah kamar dan masuk. Dan disana ia mendapati Delindra yang termenung di dekat jendela.Delindra sangat fokus dengan lamunannya, hingga pintu yang sengaja Aditya tutup dengan nyaring tak bisa menyadarkan dari lamunannya.Dan itu membuat Aditya penasaran, apa yang sedang istrinya tersebut pikirkan, hingga segitunya."Apa yang lebih membuatmu kepikiran hingga kau melupakan—" kata-kata Aditya terhenti sebab Delindra yang terkejut segera menatap Aditya yang berada di belakangnya."Mas Adit," seru Delindra, sambil membalikkan tubuhnya menghadap Aditya."M-mas Adit kapan pulang? Kenapa aku tidak menyadarinya?" tanya Delindra.Aditya menarik nafas kasar. "Bagaimana kau sadar, sebab kau asik ngelamun." Aditya memutar tubuh melangkah ke arah sofa."Ya, Tuhan…maaf, Mas. Aku gak dengar suara

  • Mengintip Kamar Pengantin   Kepiluan Angga

    Saat ini Angga dan Delindra sedang berada Wahana permainan. Ikut bermain dengan Dewa, yang sedari tadi tak mau di ajak pulang, terus ingin bermain. Sehingga Angga dan Delindra Pun ikut bermain juga. Menuruti permintaan Dewa.Sesekali Angga dan Delindra terlibat dalam diskusi dan obrolan yang seru saat menceritakan tentang rumah tangga masing-masing. Sehingga menghadirkan tawa diantara keduanya, saat ada yang lucu dari apa yang dibahasnya.Kadang mereka saling support dan memberi saran dan masukan cara menghadapi pasangan satu sama lain, yang belum mereka ketahui caranya.Setelah permainan satu telah selesai, Angga dan Delindra pindah ke permainan lainnya bersama dengan Dewa tentunya. Mereka bertiga asyik bercanda ria, sudah seperti satu hubungan keluarga yang lengkap. Ayah, Ibu dan Anak."Kalian benar-benar pasangan yang serasi!" tanggap penjual ice cream saat Angga dan Delindra membelikan Dewa ice cream.Angga dan Delindra saling berpandangan, cukup lama, namun selanjutnya tawa kedu

  • Mengintip Kamar Pengantin   Kita Teman

    "Delindra!"Spontan Angga dan Delindra menoleh ke arah sumber suara."Mas Adit!" Delindra segera menarik tangannya dari cekalan Angga, lalu segera melangkah ke arah Aditya."Mas Adit baru pulang?" Delindra memegang lengan Aditya. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa gugup. Seolah-olah baru saja kepergok sedang berselingkuh saja.Aditya tak menjawab, dipandanginya Delindra dengan lekat oleh Aditya. Dan itu semakin membuat Delindra panik saja menerima tatapan seperti itu dari Adit.Aditya mengukir senyum sambil mengeluarkan bunga dari tasnya."Ini buat kamu?" Aditya memberikan rangkaian bunga yang tadi di belinya pada Delindra."Wah, manis sekali." Delindra menerima rangkaian bunga tersebut dan menciumnya." Terimakasih, Mas," ucap Delindra."Sama-sama," balas Aditya."Yasudah, aku sudah siapin makanan buat Mas Adit, ayo masuk, Mas." Delindra segera menarik Aditya ke dalam."Ganti dulu bajunya." Delindra membantu Aditya melepas jas Aditya setelah tiba dikamar."Del," panggil Aditya di sela-

  • Mengintip Kamar Pengantin   Surat itu....

    "Hay, sudah lama datang, Bro?" Terdengar oleh Delindra, Angga menyapa Aditya. Namun ia masih takut untuk membalikkan badannya."Tidak, masih barusan, Kawan," jawab Aditya, berusaha akrab."Oh, ya? Sendirian?" Angga bertanya seolah-olah tak melihat keberadaan Delindra yang terhalang oleh keberadaan Aditya, dengan tubuh masih tak berbalik."Tidak, dengan istriku, Delindra," jawab Aditya."Oh ya, mana?""Sayang!" Aditya menepuk pundak Delindra. Sontak Delindra kaget."Iya, Mas!" Delindra menatap Aditya, yang dibalas oleh Aditya dengan senyuman sambil menunjuk keberadaan Angga.Perlahan Delindra membalikkan badannya dan menatap Angga." H-hai…!" sapa Delindra. Gugup."Hai," balas Angga, sambil mengulurkan tangannya pada Delindra untuk bersalaman.Delindra tak segera menyambut uluran tangan Angga. Namun setelah beberapa lama kemudian, ragu-ragu, Delindra menyambutnya juga.Delindra terkesiap saat sentuhan tangan Angga terasa berbeda. Angga menggenggam tangan Delindra dengan erat dan terasa

  • Mengintip Kamar Pengantin   Pertemuan Kembali

    " Mas Angga!" lirih Delindra.Delindra yakin, kalau pemilik akun yang memberikan komentar tersebut adalah Angga. Pria yang pertama kali di cintainya. Pria yang pertama kali menerobos masuk dan mewarnai hatinya dan juga Pria untuk pertama kalinya yang memberi kesuraman lewat kekecewaan yang diberikan Angga sebab ia lebih memilih seorang model cantik, yaitu Dahlia dibandingkan dengan dirinya yang saat itu statusnya masih mahasiswa bimbingannya.Keyakinan Delindra bertambah bahwa itu adalah Angga saat mengklik profil sosmed tersebut. Disana Delindra menemukan foto-foto Angga di album sosmednya.Hati Delindra berdebar-debar. Melihat foto Angga sama saja halnya mengingatkan pada masa-masa bucinnya ia pada Angga. Seorang Dosen baru dengan sejuta pesonanya.Saat itu Delindra yang baru mengenal apa itu cinta, selalu saja sembunyi-sembunyi mengirimi surat untuk Angga. Surat itu ia selalu selipkan di map atau tas Angga.Delindra yakin, bahwa sampai saat ini Angga tidak akan pernah tahu bahwa sur

DMCA.com Protection Status