Teriak Tiara dari luar dengan terus menggebrak pintu Mobil mewah itu. Mendengar teriakan itu, sejenak Valdo memejamkan matanya seraya menarik nafasnya dalam-dalam. Dan pada akhirnya ia mengendurkan cekalan tangannya dari lengan Gladisa hingga membuka kunci mobilnya. Klik Setelah pintu tak terkunci lagi, Gladis buru-buru kuat dari Mobil itu tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada Valdo. Sementara Tiara nampak begitu khawatir dengan memindai tubuh Atasannya itu dari ujung kaki hingga ujung kepala setelah keluar dari mobil Pria tampan yang membawanya tadi. "Nona anda baik-baik saja kan? Pria tampan itu tidak berbuat jahat pada anda kan?" "Hei, kau pikir aku ini penjahat hingga menyakitinya?" protes Valdo, lalu ia berjalan mendekat ke arah Gladis yang sejak tadi menatapnya. "Glad maafkan aku!" Ucap pria itu, lalu menarik tangan Gladis untuk ia genggam. "EHEM, bukan muhrim!" Ketua Tiara, lalu wanita itu menepis tangan Valdo yang sudah berani menggenggam tangan Atasannya i
Sepanjang perjalanan Pulang menuju ke rumahnya, Gladis terlihat tak fokus dalam mengemudikan mobilnya, hingga beberapa kali ia hampir saja menabrak, bahkan di tabrak oleh pengemudi mobil yang lainnya. Bayangan bagaimana Nathan meratukan Clara dengan membelikan gaun rancangannya, membuatnya sampai hilang akal. Gaun yang awalnya memang ia buat untuk sesuai permintaan adiknya itu tanpa ia ketahui, yang pada akhirnya ia batalkan karena tau Clara telah memanfaatkan kebodohannya, pada akhirnya benar-benar jatuh pada Wanita itu. Cittttt Tiba-tiba mobil Gladis di paksa Mengerem mendadak karena menghindari Mobil yang tiba-tiba berhenti di lampu merah. BRAK Mobilnya pun tak sengaja menabrak Body mobil yang ada di depannya hingga ringsek. Gladis yang masih Shock, masih berusaha untuk menguasai kesadarannya. Perlahan ia mencoba menarik nafasnya dalam-dalam agar bisa berfikir logis, bahkan dahinya sedikit terluka karena benturan pun tak ia rasakan saat ini. Tok Tok Tok "Nona, apa a
Setelah meletakan tubuh Gladis di atas ranjang. Nathan mengambil ponselnya dari kantung jasnya, ia mencoba menghubungi asisten pribadinya untuk mengamankan mobil milik Gladisa agar di perbaiki. Setelah itu, ia menaruh kembali ponselnya di atas nakas sembari duduk di samping tubuh sang istri yang tengah terlelap dalam alam mimpi. Nathan menatap lekat wajah cantik istrinya itu guna menyelami perasaannya sendiri. Perasaan yang tiba-tiba muncul hingga membuatnya kebingungan, harus bagaimana untuk mengambil sikap karena surat cerai mereka sudah jadi dan tinggal di bubuhi tanda tangan mereka saja. Namun, entah kenapa Nathan urung memberikannya ke pada Gladisa dan memilih untuk menyelami perasaannya sendiri. Mau di bawa kemana hubungan mereka nantinya?? Tok Tok Tok Tak berselang lama, pintu kamar pun di ketuk dari luar. "Masuk!" Ucap Nathan memerintahkan seorang yang ada di luar untuk masuk ke dalam. lalu tak berselang lama, Melisa dan dua pelayan masuk membawa Tas dan se
"Selalu saja kakak lebih membelanya dari pad aku." ucap Gladys yang kini sudah membuang muka ke arah lain, untuk menghindari tatapan mata Nathan yang sejak tadi terlihat menahan kekesalan. "lalu aku harus apa? Membelamu begitu? Kau sendiri tidak ada bedanya denganku, kau berjalan bersama pria lain tanpa seijin suamimu, lalu apa menurutmu orang tidak akan salah paham dengan sikapmu itu?" "Kak, Perlu kau garis bawahi jika aku sama tidak hanya berdua dengan kak Valdo! Kami jalan berempat bersama Tiara juga." "Lalu apa bedanya?" Deg Gladis tertegun mendengar pertanyaan itu dari suaminya. "Kenapa diam? Kenapa aku merasa jika kau seakan berlagak lupa jika Valdo memiliki perasaan padamu? Gladis terpaksa mengangguk, karena tidak ada yang ingin ia sangkal saat ini. Lagi pula tidak ada hubungan apapun di antara dirinya dan Valdo. Mereka murni berteman itu saja. Melihat anggukan dari istrinya, Sontak membuat Nathan mengerutkan keningnya dan berusaha menjangkau wajah sang istri.
CEKLEK Saat pintu kamar mandi terbuka, Gladis sudah selesai merapikan tas Nathan dan mengembalikannya di atas meja. Namun ia belum sempat pergi dari sana hingga membuatnya putar otak saat Nathan kembali mencecarnya. "Kau sudah bangun?kenapa berdiri di sana?" Tanya pria itu, lalu ia berjalan mendekat ke arah Gladis yang kini berdiri membelakangi dirinya. Nathan menepuk punggung Gladis hingga wanita itu kini terbelalak kaget, hingga memutuskan untuk langsung memutar tubuhnya menghadapi sang suami yang saat ini tengah mengerutkan keningnya curiga. "Kau baik-baik saja?" Tanya Nathan. "Ya," jawab nya seraya memaksakan senyumannya. Meskipun hatinya telah hancur, namun Gladis sudah memantapkan dirinya untuk menandatangani surat itu sebelum Nathan memberikannya padanya. Dia kira pria itu ingin memperbaiki hubungan mereka dengan kembali menyentuhnya, namun faktanya apa yang ia pikirkan tidak menjadi kenyataan. Karena tanpa ia tau, Nathan sudah satu langkah lebih maju ketimba
Pagi ini Gladis berangkat ke kantor di antar oleh sang suami. Entah kenapa perasaan Nathan selalu tidak enak setelah mendengar kabar jika Gladis akan pergi ke Bangkok siang ini. Nathan memberanikan diri untuk menyentuh lengan sang istri, namun nyatanya respon Gladis malah seperti terkejut hingga reflek menarik lengannya. Kedua alis Nathan mengerut melihat respon Gladis sedemikian rupa. Tidak salah lagi, istrinya itu sudah sangat berubah dan cenderung menghindari dirinya. "Ada apa? Kenapa kau kaget seperti itu?" Gladis menggigit bibir bawahnya, entah kenapa sejak merencanakan pelarian itu Gladis seperti merasa ketakutan setiap Nathan mengajaknya bicara. Dan siapa sangka Nathan menyadari perubahan sikap Gladisa hingga membuatnya kembali menarik tangan istrinya itu untuk ia genggam. "Bisakah kau batalkan saja keinginanmu ke Bangkok hari ini? Atau bisakah hanya Tiara dan timmu yang lainnya saja yang berangkat ke sana?" Pinta Nathan penuh harap. Sejenak Gladis termenung mend
Sial, kenapa kau baru bicara sekarang hah?" Nathan mencengkeram kuat Bahu Yuda dengan tatapan membunuh, Yuda tak melawan namun ia menahan sakit akibat cengkeraman Nathan yang semakin kuat. "Karena saya sendiri juga baru tau tuan. Tadi saat saya memeriksa data semua penumpang ternyata di sana ada nama Nona Clara Hadiatmaja di sana. Saya pikir anda sudah mengetahuinya lebih dulu, bukannya nona Clara selalu mengatakan semuanya pada anda? Atau jangan-jangan dia sering kali membohongi anda seperti ini---" "Diam ,Yuda!" Bentak Nathan , lalu pria itu berusaha untuk mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celana. Hingga ia memutuskan untuk melakukan panggilan Vidio pada adik sepupunya itu, namun. Sepertinya Clara enggan untuk mengangkatnya. Tak berselang lama, sebuah pesan pun masuk dan Clara lah pengirimnya. "Maafkan aku kak, aku sedang sibuk dan mungkin beberapa hari ini tidak akan bisa kau hubungi!" Saat membaca pesan itu, Nathan mengerutkan keningnya Hingga membuat Yuda
Dari kejauhan, Dua pria tadi juga melihat kedatangan Clara yang kini tengah berjalan ke arah Gladisa. Namun buru-buru keduanya menutupi wajah mereka menggunakan masker, dan yang satunya berlagak seakan sibuk menghubungi seseorang. Dua pria itu lantas memotret kedatangan Wanita cantik itu untuk dokumentasi saat memberikan laporan nanti. Wajah Gladis nampak dingin tanpa expresi saat melihat adiknya itu tanpa tau malu berani muncul di hadapannya. Hingga pada saat gadis itu menarik lengannya, barulah Gladis Menepis tangan Adik nakalnya itu, yang entah kebetulan atau tidak juga ada di Bangkok bersamaan dengan dirinya. "Hai kak, apa kabar?" Sapa Clara, namun tatapan wajahnya tidak menemukan kedamaian. Malah justru menunjukan Aura permusuhan yang amat ketara. "Tidak usah basa-basi! Sedang apa kau di sini?" Mendengar itu, sontak Clara tersenyum licik seakan tengah mencemooh pertanyaan Gladis padanya. "Aku adalah model terkenal kak. Wajar saja aku ada di sini untuk bekerja!" Ja