Tak berselang lama, ponsel Gladisa pun berbunyi. Namun sepertinya itu bukan pesan balasan dari sang suami, melainkan dari asisten pribadinya yang bernama Yuda. "Nyonya maaf, hari ini mungkin tuan Nathan tidak bisa pulang karena kami harus pergi keluar kota" Begitulah isi pesan dari Yuda yang terkirim ke padanya. Kini Gladis menghela nafasnya dengan berat. Ia sepertinya sudah kehilangan banyak harapan untuk bisa meraih cinta dari suaminya. Hantunya terasa getir mana kala menyadari, bahkan untuk membalas pesannya saja Nathan harus menyuruh Yuda untuk sekedar pamit padanya. Padahal suaminya itu bisa saja membalas pesannya sekalian pamitan padanya bukan? Tapi kenapa ia harus menyuruh asistennya? Sekelebat bayangan buruk akan suaminya membuat Hati Gladis tak tenang. Sedang apa sebenarnya suaminya itu? Bersama siapa dia sekarang? Kenapa tidak mengabarinya melalui sambungan telepon seperti biasanya? Perlahan Tubuh Gladis jatuh terlentang di tempat tidurnya. Kini ia menatap
"Apakah suamiku belum ada tanda-tanda pulang bik? Maksudku apa asisten Yuda belum mengabari mereka akan pulang jam berapa nanti? Karena ponselku mati akibat kehabisan daya, mungkin saja mereka menelepon ku tapi aku tidak tau." Ucap Gladis memberi alasan.Sang kepala pelayan pun saling pandang dengan pelayan yang lainnya. Lalu akhirnya sang kepala mengatakan jika sama sekali tidak ada kabar dari tuan muda Nathan."Sepertinya tidak ada Nyonya"PrangBaru juga ingin memasukkan satu sendok makanannya ke dalam mulutnya, Gladis malah menjatuhkan sendoknya karena kaget mengetahui kenyataan jika sang suami sama sekali tidak memberi kabar orang rumah, di mana keberadaannya saat ini.Melihat itu, sang kepala pelayan yang bernama Melisa sontak langsung berjalan mendekat ke arah Gladis, dan meminta salah satu pelayan di sana untuk membersikan sendok dan makanan yang tumpah berserakan di lantai."Nyonya anda baik-baik saja?" Tanya Melisa memastikan jika Nyonyanya baik-baik saja.Tidak lupa ia men
Tak berselang lama, setelah perutnya kenyang. Gladis kembali memasuki kamarnya, ia memang sengaja meninggalkan ponselnya di kamar dengan alasan yang hanya Gladisa sendiri yang tau. Setelah duduk di ranjang, Gladis menatap ke arah ponselnya hingga pada akhirnya mengambil ponsel itu dari atas nakas. Ia membukanya, banyak sekali panggilan dari sang suami bahkan pesan darinya. "Cih, bahkan dia saja tidak mau mendengar ucapan ku ketika ingin mengatakan semuanya tentang Clara. Untuk apa dia menghubungiku?? Apa hanya untuk melampiaskan kekesalannya seperti biasanya?" Cibir Gladis. Lalu tanpa terasa air matanya menetes hingga membuatnya harus menghapusnya sebelum air mata itu membasahi tubuhnya. Ia sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak menangisi suaminya lagi. Tak berselang lama ponselnya kembali berdering dan nama sang suami lah yang terpampang di sana. Beberapa kali Gladis mengabaikannya hingga pada panggilan ke tiga ia baru mau mengangkatnya. "Dari mana saja? Ke
Clara menarik Kantong itu lalu meremas-remasnya dan langsung memasukannya ke dalam tasnya. "Ah ini, Itu Adalah tas bekas Aku beli makanan di sana. Kau tau kan aku cukup kesulitan jika harus membawa kotak makan itu tanpa kantong" Ucap Clara dengan menyengir kuda. Sungguh ia malu sekali saat ini karena sudah tertangkap basah oleh Yuda jika sudah membeli makanan dari Lestoran dekat perusahaan Collins. Sementara Nathan, ia nampak tidak perduli hingga memilih untuk kembali duduk di meja kerjanya untuk menikmati makanan yang sudah di bawa Clara. "Biar aku bukakan!" Ucap Clara, lalu dengan cepat ia mengatakan makanan ke depan Nathan agar pria itu dengan mudah menikmati makanannya. "Terimakasih" Ucap Nathan. "You're welcome" Jawab Clara dengan tersenyum lembut, Kali ini ia yakin jika Nathan akan semakin menyukainya karena hanya dia yang selalu perduli pada pria itu. Dan setelah makan satu sampai dua suap makanan, bukannya menikmati makanan itu. Nathan malah merasa jika M
"Kau diam, itu tandanya apa yang aku katakan barusan itu benar." Imbuh Valdo dengan menghela nafasnya gusar. "Sudahlah kak, aku sudah mengikhlaskan semuanya! Mungkin saja jalannya memang seperti ini." Ucap Gladis tak mau memperpanjang masalah. "Bagaimana bisa kau mengatakan seperti itu? Kau harus membongkar semua yang sudah di lakukan Clara padamu!! Termasuk soal kebohonganmu tentang Keguguran itu Glad." Deg Mendengar Ucapan Valdo barusan, membuat Jantung Gladis seakan ingin melompat dari tempatnya. "Na--bagaimana mungkin kakak tau soal ini?" Setahunya, keluarganya sudah berjanji tidak akan membongkar soal ini kepada siapapun sebelum Nathan bisa berubah dan menerimanya sebagai istri dengan baik. Namun, dari mana Valdo yang notabene orang luar tau soal rencananya ini?? **** "Kau lupa siapa aku Glad? Apa yang tidak aku tau tentangmu Glad? Semakin panik Lah Gladis mendengar ucapan Valdo barusan. "Kak, ku mohon padamu!! Jangan katakan ini kepada siapapun." Mende
Setelah keluar dari kamarnya, Gladis berjalan dengan cepat menuju ke arah Balkon teras lantai dua yang biasanya ia gunakan untuk bersantai. Di sana ia bebas meluapkan keluh kesahnya dengan menatap hamparan tumbuhan hijau yang ada di bawahnya. "Glad, Kau harus kuat! Jika Daddy dan Mommy mu tau soal ini, pastinya mereka akan sedih." Ucap Gladis menyemangati dirinya sendiri. Sejujurnya hatinya begitu terpukul saat Nathan menganggap dirinya adalah tempat pelampiasan nafsunya saja selama ini. "Bagaimana mungkin ada seseorang yang bisa menyentuh wanita yang tidak ia cintai dalam keadaan sadar sepertimu Kak? ku pikir kau menyentuhku karena cinta, karena selama ini kau melakukannya hampir setiap saat jika kita bersama." Gladis terkekeh geli seraya memukuli dadanya yang terasa ingin meledak saat ini. bayangan bagaimana Nathan menyentuhnya, dan bayangan bagaimana Nathan mengatakan kebenciannya kini berputar bagaikan kaset kusut yang menjadi beban mental Untuk Gladisa. Pantas saj
Sesampainya di kantor, Tiara sudah menyambut kedatangan Gladisa dengan tersenyum ramah. "Nona, Akhirnya anda datang juga. Em apakah anda sudah benar-benar sehat nona?" Tanya Tiara, lalu mengikuti langkah kaki Gladisa menuju ke arah lift menuju lantai tiga. "Kau lihat sendiri jika aku sudah baikan hari ini! makanya aku ingin menyelesaikan pekerjaan ku yang tertunda." Jawab Gladis sedikit berbohong mengenai kesehatannya. "Nona, saya turun prihatin tentang keadaan yang menimpa calon bayi anda!" Deg Gladis yang terkejut sontak langsung menghentikan langkah kakinya, hingga membuat Tiara tak sengaja menabrak bahunya karena terlalu fokus menatap ke arah Gladisa sejak tadi. "Ups, maaf Nona!" Ucap Tiara tak enak hati. Lalu ia menelisik tubuh Gladisa apakah ada yang terluka karena kecerobohannya tadi. Gladis sontak langsung menatap tingkah aneh Tiara yang sejak tadi menelisik tubuhnya. "Kau ini kenapa? Jangan menatapku seperti itu!" Tergur Gladis yang merasa tidak nyaman
Siang harinya, Nathan yang baru saja terbangun dari tidurnya berusaha untuk meraba-raba sisi ranjangnya mencari keberadaan istrinya. Namun karena sejak tadi ia tidak menemukan Gladisa, Sejenak ia menghentikan gerakan tangannya lalu mengangkat kepalanya untuk mengecek keadaan tempat tidurnya. "Glad, kau di mana?" Panggil Nathan, lalu ia bangkit untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Pria itu menelisik seisi kamarnya mencari keberadaan Gladisa yang tak terlihat batang hidungnya. "Kemana dia?" Nathan yang sejak tadi tidak mendapati keberadaan Gladisa, sontak langsung merayap turun dari ranjangnya berharap istrinya itu ada di luar. Saat menuruni anak tangga, Nathan kembali berteriak memanggil nama istrinya namun yang keluar adalah Kepala pelayan yang berlari tergopoh-gopoh untuk menuju ke arahnya. Melihat itu Nathan langsung menghentikan langkah kakinya seraya bertanya ke pada wanita paruh baya itu. "Di mana istriku?" "Selamat siang Tuan" sapa kepala pelayan itu sera
Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala
Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku
Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru
Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa
Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k
"Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk
"Lepaskan dia!" Valdo berteriak membentak Clara yang sedang berusaha untuk menangkap Brian. Bocah itu menangis ketakutan sementara Clara terus berusaha untuk menariknya masuk ke dalam Mobil. Melihat itu, Valdo langsung bergegas mendekat demi bisa menyelamatkan Brian dari wanita gila seperti Clara. sementara Gladys, wanita itu baru saja keliat dari ruang kerjanya setelah melakukan meeting dengan beberapa Client yang ingin memakai jasa desainnya untuk di kenakan pada acara special mereka. "Nona," Tiara berteriak, sembari berjalan cepat ke arah Gladys. Hal itu membuat Gladys sedikit heran, mengingat wajah Tiara yang di landa kepanikan. "Ara, ada apa?" Tanya Gladys sesampainya Tiara di dekatnya. Sementara Tiara, Wanita tengah berusaha untuk menetralkan nafasnya karena terlalu panik. Melihat itu, Gladys tentu saja tidak tinggal diam dan memilih menggiring Tiara untuk masuk ke ruangannya dan mengambilkannya minuman terlebih dahulu. "Minum lah!" Ucap Gladys sembari ik
Nathan yang baru keluar dari toilet, memutuskan untuk berjalan mendekati Gladys yang masih terduduk di atas Ranjang dengan wajah Shock. "Kak, kau masih di sini? tumben." Celetukan keceplosan. Namun agaknya Gladys tak berniat meralat ucapannya karena merasa jika yang ia katakan memang lah benar, dulu Nathaniel selalu meninggal kan dirinya seusai bercinta. jadi, hal ini adalah hal langka yang baru pertama kalinya di lakukan oleh sang mantan suami setelah pernikahan mereka. Namun sayangnya hal itu terjadi setelah mereka berpisah, hingga Gladys tak bisa berbuat apa-apa jika sampai ingatan Nathan pulih sehingga melupakan memori tentangnya saat ini. "Kenapa? aku suamimu, kenapa kau bicara seperti itu?" Nathan duduk di bibir ranjang, Sehingga tatapan keduanya kini bertemu. Hati Gladys bergetar mendengar ucapan itu keluar dari bibir Nathan, ingin sekali ia berteriak jika mereka sudah bukan pasangan suami istri lagi. namun, Ia tak punya cukup keberanian untuk mengambil resiko
"Glad" Panggil Nathan, saat Gladys baru saja masuk ke dalam rumah mereka. "Ya" Jawab Gladys acuh tak acuh. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya sembari memegang bahu Gladys, lalu menelisik tubuh sang istri dari ujung kaki hingga ujung kepala, pria itu memastikan jika keadaan wanita itu baik-baik saja. "Aku baik-baik saja kak, jangan khawatir. Maaf, aku harus ke kamar!" Ucap Gladys, sembari menepis tangan Nathan dari bahunya. "Tapi Glad, Kata Tiara, tadi Clara datang ke butikmu. sebenarnya apa yang ia lakukan di sana?" Deg Gladys, langsung menghentikan langkahnya karena terkejut. bukan terkejut karena Nathan tau jika Clara datang ke butiknya? namun terkejut karena Nathan menanyakan apa tujuan Clara datang ke butiknya. apakah itu berarti Nathaniel, sudah mengingat siapa Clara? Gladys, langsung berbalik kembali menatap ke arah Nathan dengan ekspresi wajah curiga. "Kak tau soal Clara?" Deg Kini giliran Nathan yang terkejut mendengar pertanyaan dari Gladys, pria itu b