Tinggal di Jakarta seorang diri dengan biaya hidup yang serba tinggi membuat Selena merelakan diri dinikahi oleh Raka. Pengusaha muda sukses yang memiliki perusahaan cabang di seluruh kota besar di Indonesia. Sebagai pria yang paling diidamkan kaum hawa, Raka selalu dikelilingi wanita-wanita cantik. Menjadi istri dari Raka tidaklah mudah, Selena harus bisa mempertahankan posisinya sebagai istri sah. Ya, ia dinikahi sah oleh Raka, tapi sewaktu-waktu bisa berakhir dengan perpisahan. Bagaimana cara Selena mempertahankan posisinya sebagai istri sah? Berapa lama ia sanggup berdiri di samping Raka? Akankah ia bisa menjadi ratu selamanya di singgasana kerajaan sang suami?
View MoreSelena memasak untuk sarapan pagi ini, meski Raka sudah pergi ke kantor. Selama ini ia jarang sarapan karena menghemat, berhubung di rumah Raka ada begitu banyak bahan makanan, kenapa tidak ia masak? Lagi pula bisa mubazir jika bahan makanan itu membusuk.Rupanya seperti ini tipe ideal Raka. Gadis cantik dengan kebiasaan ibu rumah tangga. Berbeda dengan perempuan di sekeliling Raka. Hm … menarik, batin Naomi mengamati Selena dari meja makan.Selena mulai mencicipi masakannya."Hm …."Ia tersenyum puas dengan hasil masakannya. Rasanya enak di lidah. Segera selena menyajikan makanan buatannya ke meja makan."Aku akan membantumu."Naomi berdiri.
Selena masih tak percaya. Bagaimana ia dibayar Raka karena telah menggodanya pagi tadi. Jika dikatakan menggoda, memang benar, ia menggoda Raka supaya pria itu tidak tergoda wanita lain selain dirinya. Jadi, Selena tetap mempertahankan posisinya sebagai istri Raka.Selena tersenyum kecut. Ia tak menyangka jika akan dibayar semudah ini. Meski begitu, ada hati kecil Selena yang tak terima dengan perlakuan Raka. Ia seperti wanita bayaran."Hahhh ...."Menikah tanpa dasar cinta, apa yang Selena harapkan. Sejak awal dirinya sudah seperti wanita bayaran. Menikah hanya karena fasilitas mewah yang akan diberikan."Nyonya Selena. Lebih baik saya saja yang masak," ucap Bi Rohimah, asisten rumah tangga bagian masak."Tidak, Bi. Saya saja. Saya istri Tuan Raka. Jadi, biarkan saya yang menyiapkan semuanya.""Tapi, Nyonya...."Selena menoleh dan berkata, "Bagaimana jika aku butuh sesuatu, Bibi membantuku mengambilkannya?"Bi Rohimah te
Selena tiba di kantor bersama Naomi. Penampilannya yang berbeda dari kemarin membuatnya menjadi pusat perhatian. Rambutnya yang dulu diikat, kini terurai cantik sepunggung. Anting-anting panjang menambah kesan cantik elegan. Dress sepanjang lutut yang menunjukan lekuk tubuhnya membuat kaum adam di kantor melongo.Selena tampil elegan, tak kalah dengan Naomi yang dikenal sebagai sekretaris cantik sang CEO. Bagaimana ia melangkah sudah terlihat luwes, padahal high heel yang dipakai Selena setinggi sebelas sentimeter.Keluar dari lift, Selena menuju ruangan Raka."Aku ada urusan dengan manager keuangan, kamu duluan menemui Raka."Selena mengangguk. Naomi berbelok ke ruangan yag dituju. Selena tetap lurus ke arah ruang Raka."Selamat siang, Bu," sapa Maya pada istri bosnya itu."Siang," sahut Selena dengam senyuman.Ia langsung membuka pintu ruangan tanpa ketuk pintu. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Jessie dengan posisi seper
Selena mengamati Raka yang sedang melakukan evaluasi bulanan di setiap bidang perusahaan. Pria itu tampak menguasai setiap bidang dan mempunya strategi untuk mengembangkan bidang yang sedang dibahas.Sepanjang peengamatannya pada Raka, tak bisa Selena pungkiri. Raka memang tampan, di usianya yang sudah 25 tahun ia terlihat gagah dan karimastik. Sebagai pria, ia mendekati kata sempurma. Secara fisik, psikis, dan juga kekayaan. Raka sangat mapan."Pantas saja, Naomi bilang banyak wanita yang ingin menjadi istri Raka," gerutu batin Naomi.Naomi mengepalkan tangan. Ia tak menyangka. Jika suaminya akan dikelilingi banyak wanita seperti ini. Mau tidak mau, ia harus lebih unggul daripada mereka. Ia harus mempertahankan posisinya sebagai istri sah Raka.Raka melirik Selena. Ia melihatnya bingung ketika mengamati istrinya itu mengerucutkan bibir, seperti sedang kesal."Apakah ada pertanyaan?" tanya Raka pada manager yang hadir.***Setelah rap
Selena dan Raka memasuki kamar utama."Tunggu, bajuku!"Selena membalikkan tubuhnya ketika Raka menutup pintu kamar mereka."Bajumu? Dilemari.""Lemari?"Selena mengedarkan pandangannya, tapi tak menemukan satu bentuk benda yang disebut lemari. Ia hanya menemukan meja rias di sebelah kirinya. Dan sofa beserta meja di sebelah kanan.Raka mendekati Selena."Lemari tidak ada di sini.""Lalu?"Raka menggenggam tangan Selena. Membawa gadis itu ke pintu yang dekat dengan sofa. Menembus ruangan sebelah yang berisi berbagai macam lemari putih dan lemari kaca."Semua pakaianmu ada di lemari putih. Naomi sudah menyiapkan semuanya."Selena mendekati lemari putih dan membukanya. Betapa takjubnya ia ketika dress berbagai warna tergantung rapi. Selena membuka lemari di sebelahnya. Ada linger yang pendek. Ia segera menutupnya, tak ingin Raka melihatnya."Kamu tak perlu menyembunyikannya. Aku sudah melihatnya.
Selena menyiapkan koper, menata pakaian dan barang-barangnya yang berharga. Apa Selena punya barang berharga? Tentu punya. Seperti saat ini, ia sedang memegang foto keluarga."Ibu. Bapak. Aku bakal nikah sama Raka."Selena memaksakan senyumnya."Aku udah tanda tangan kontrak nikah sama Raka. Raka bakal ngasih fasilitas untuk aku. Aku nggak salah pilih, kan, Pak, Bu?"Selena menatap foto dirinya bersama kedua orang tuanya, di mana ia berdiri di samping kanan ayahnya yang duduk, sementara ibu berdiri di kiri ayah.Selena segera memasukkan pigura kecil foto tersebut ke dalam koper. Matanya menelusuri setiap inci di kosnya, setelah memastikan tak ada yang tertinggal, barulah Selena keluar dari kos.Ia mengunci pintu kos, sebelum akhirnya benar-benar pergi. Tak lupa, ia pergi ke rumah Ibu Kos dan Jane untuk pamitan."Kamu mau pindah? Ke mana?!"Selena bingung harus menjawab apa. Tadi Ibu Kos juga bertanya hal yang sama, dan ia
Pintu rumah terbuka lebar. Menampilkan sosok pria yang duduk di sofa, terlihat tidak asing untuk Selena. Ia tampak sedang menunggu Selena. Matanya lurus menatap kedatangan gadis tersebut. Dan seorang wanita yang berdiri di sampingnya.Pria berjas yang ada di depannya berhenti. Naomi ikut berhenti. Lalu pria berjas di depannya dan yang ada di belakang menepi, berdiri di belakang pria yang duduk di sofa.Keheningan terjadi. Selena masih mencoba mengingat siapa pria yang ada dihadapannya. Sementara pria tersebut mengamati Selena. Ia sadar gadis itu tidak mengingatnya, ia bisa melihat eksprasi awal Selena ketika melihatnya.Gadis itu bukannya terkejut, malah mengerutkan kening seperti berpikir."Anda?!" seru Selena mengingat pelanggan barnya kemarin."Raka."Selena terdiam. Benar, namanya Raka. Ia ingat ketika pria yang memanggilnya kemarin menyebut nama Raka."Maaf. Em ... Saya kenapa dibawa ke sini?""Duduklah."Raka
"Kamu yakin? Aku pakai ini?"Selena memandang risi dress bewarna merah terang menyala yang diberikan Jane. Dress ini benar-benar menarik perhatian jika ia benar-benar memakainya. Terlebih panjangnya di atas lutut.Dress ini tidak sependek yang dipakai Jane, tapi cukup menampakkan paha Selena jika benar ia pakai."Iya, Len. Kamu butuh uang, kan?"Selena mengangguk."Nah, udah saatnya kamu keluar zona nyaman, kayak aku dulu.""Zona nyaman?""Iya, hari pertama kemarin, kan kamu udah jaga meja bar. Hari kedua kamu udah keliling. Tapi nggak banyak yang pesen, kan?"Selena mengangguk lagi."Nah, sekarang kamu coba pakai ini. Biar banyak yang manggil kamu. Aku jamin deh, pasti hari ini kamu dapat banyak fee."Jane tersenyum."Gimana, ya?""Aku tahu, kamu pasti masih merasa canggung. Aku juga gitu. Lama-lama malah ketagihan."Jane terkekeh membayangkan dirinya yang masih polos lima tahun lalu, s
"Lena."Selena menoleh."Ya?""Gimana? Mau nambah fee nggak?" tanya Jane mendekati Selena yang sudah berganti seragam hitam putih."Ya mau, tapi ....""Sekarang aja, Len. Udah hari kedua kamu kerja di sini. Kamu juga udah lihat kan aku nawarin botol. Kenapa nggak kamu coba sekarang?"Selena terdiam. Ia memang membutuhkan uang. Ia bisa saja mendapatkan uang lebih dari semalam, jika ia mau berkeliling, tapi apa bisa? Ia sendiri masih asing dan canggung."Dulu aku juga kayak kamu, Len. Awalnya malu gitu. Canggung. Pokoknya nggak nyaman deh. Eh, malah kesenangan."Jane terkekeh mengingat dirinya yang dulu, mirip dengan Selena."Gimana, ya?" Selena bingung. "Kamu yakin aku bisa?"Jane mengangguk mantap dan memberikan senyun tulusnya."Aku yakin kamu bisa. Kamu cuma perlu nawarin sambil keliling. Nanti kalau ada macam-macam, bilang aja sama aku. Biar aku sikat."Selena mengangguk dan berkata, "Oke."
"Dua puluh juta?!" seru Selena setelah melihat nominal biaya kuliahnya. Ia tak percaya dengan nominal yang tertera di surat edaran elektronik. Berulang kali ia hitung jumlah nol di belakang angka dua yang berderat rapi. Tetaplan sama. Ia tak salah baja. Selena merasakan kakinya lemas detik itu juga. Ia langsung jongkok dan menundukkan kepala. "Gimana caranya aku bayar biaya kuliah sebanyak itu?" Gadis berambut panjang sepinggang itu tampak bingung. Uang dari orang tuanya, hasil jual tanah di kampung sudah habis untuk semester tujuh kemarin. Uang itu benar-benar tidak mencukupi semua kebutuhannya. Ia sampai bekerja paruh waktu untuk menutupi biaya hidupnya di Jakarta. Selena mengembuskan napas panjang. Melepas sedikit beban yang ia rasakan. Lalu berdiri dan menyemangati diri sendiri. "Masih ada waktu buat nyari uang, aku pasti bisa lulus." Selena mengangguk, meyakinkan dirinya sendiri sembari mengepalkan tangan. Ia yakin bisa membayar biaya kuliahnya dan lulus dari jurusan akuntans...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments